DENPASAR – Bali kembali “dipukul” dengan predikat 6 besar ranking dengan kasus HIV di Indonesia. Bagi LSM seperti Yayasan Kesehatan Bali (YAKEBA), bukanlah menjadi sesuatu yang baru lagi.
Direktur Yakeba, Adi Mantara menyebut berbagai faktor yang memengaruhi posisi Bali dalam kasus ini. Pertama, angka meningkat tersebut karena itu merupakan angka kumulatif.
“Artinya sejak kasus ditemukan sampai saat ini, kasusnya masih tercatat hingga saat ini,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Rabu (2/12).
Yang kedua, lanjutnya, akibat masifnya kegiatan deteksi (testing). Saat ini testing HIV bukan hanya disarankan kepada populasi berisiko tetapi juga wajib disarankan kepada para ibu hamil. Sehingga temuan kasus menjadi tinggi.
Ketiga, populasi beresiko masih di kriminalisasi, sehingga berat untuk memonitoring perilaku risikonya. Salah satunya adalah mudahnya akses melalui prostitusi online. Bahkan, menggunakan aplikasi macam mi-chat.
“Nah itu, karena banyaknya lokalisasi yang ditutup maka mereka beralih online, dan susah untuk dimonitor perilaku risikonya,” ungkapnya.
Keempat, yang juga tak kalah penting dan menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Bali melalui dinas terkait adalah melihat perilaku pencegahan masih sangat minim.
Lalu apa saran Yakeba melihat hal ini? Terutama terkait pengawasan untuk prostitusi online seperti ini di Bali?
“Kalau kami melihat ini kan dari sisi kesehatan, sedangkan kalau mengawasi prostitusi online itu bukan perkara mudah, sama seperti mengawasi judi online. Mereka tidak akan terlihat kasat mata sedang menjalankan aktivitas tersebut,” jawabnya.
“Dan yang lebih sulitnya lagi HIV ini berkaitan dengan perilaku. Artinya walaupun seseorang mengetahui status HIV-nya, belum tentu dia akan melakukan pencegahan. Nah, apalagi orang yang belum mengetahui status HIV-nya, kebanyakan tidak akan mau untuk melakukan pencegahan. Nah, hal ini juga berkaitan dengan stigma dan diskriminasi terhadap HIV sehingga orang enggan melakukan pencegahan dan testing,” jawabnya.
Diketahui, kasus HIV di Bali memang menduduki rangking 6 se-Indonesia dengan 409.857 orang menurut data nasional hingga Bulan September 2020.