32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 17:24 PM WIB

Bikin Naga Perak Rp 10 M, Memilih Naga ala Tiongkok Biar Ekspresif

Prosesi pengabenan (kremasi) almarhum I Wayan Kantor, 90, mantan Bendesa Pakraman Calo, Tegalalang, yang menjabat lima kali berturut-turut telah berlangsung Senin lalu (23/10).

Pengabenan itu menyisakan cerita spektakuler, patung naga perak bernilai miliaran.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SEMASA hidup, pria ini memang berkecimpung dalam usaha perak. Wayan Kantor merupakan pendiri usaha perak di bilangan Jalan Raya Tohpati-Batubulan, bernama UC Silver.

Sepeninggal almarhum, pihak keluarganya pun ingin memberi penghargaan spesial untuknya. Yakni berupa mahakarya yang belum sempat digarap almarhum.

Jika di Jimbaran ada patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), patung yang satu ini adalah patung naga yang semuanya berbahan perak.

Keluarganya membuat patung naga dan dipercayakan kepada seniman muda Gianyar, Komang Suryambawa. 

Patung ini bertemakan Dewata Nawa Sanga,  dibuat sepanjang 20 meter, seberat 500 kilogram. “Awal tahun 2018 mendatang, akan diabadikan di museum perak di Denpasar,” ujar Suryambawa, yang merupakan seniman asal Desa Calo, Kecamatan Tegalalang, Gianyar,  itu.

Patung naga ini dibuat di kediaman keluarga I Wayan Kantor di Banjar Calo. Komang Suryambawa sendiri saat koran ini datang dia tampak sedang serius menggarap karya spektakuler tersebut.

Nanti, Naga Dewata Nawa Sanga itu akan terangkai cerita. Jadi ada sembilan patung naga raksasa yang akan dirangkai menjadi satu.

Tidak tanggung-tanggung, patung ini berbahan perak murni dengan bobot kurang lebih 500 kilogram.

Seniman yang belajar seni patung perak secara otodidak ini pun mengaku bersyukur, karena mendapat dukungan dan support dari pengusaha lokal. 

Diungkapkan, biaya pembuatan patung dengan bahan dasar perak serta aksesori permata  ditaksir akan menelan dana hingga Rp 10 miliar.  

“Meski proses pembuatannya sangat rumit, detail patung wajib saya perhatikan dalam beberapa tahapan garapannya. Mulai dari pembuatan sisik  hingga ornamen lainnya,” ungkap pria berusia 30 tahun itu.  

Secara perwujudan dan anatomi, Komang memang sengaja cenderung memilih naga bergaya Tiongkok. Itu karena naga bergaya Tiongkok lebih mudah diekspresikan. 

Namun demikian, dalam penggarapannya, juga dikombinasikan dengan ornamen khas Bali. “Sempat berpikir untuk memilih naga versi Bali. Tapi sangat sulit dikreasikan dan saya yakin akan mencederai kewibawaannya,” terangnya.

Ditambahkan Suryambawa, pengerjaan patung yang baru mencapai 60 persen ini rencananya  akan diperkenalkan awal tahun 2018 mendatang.  

Sekaligus diabadikan saat launching museum perak di Denpasar. Patung ini juga diharapkan mampu menembus rekor dunia dan diharapkan meraih pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Karena bahannya yang serba perak dan ukurannya yang terbilang raksasa. Putra ketiga almarhum Kantor, Nyoman Eriawan, didampingi kakak sulungnya I Wayan Sutedja menjelaskan,

semasa hidup ayahnya dikenal sebagai seorang pekerja keras. UC Silver yang dikenal dengan produk kerajinan perak yang eksotis merupakan sebuah hasil kerja kerasnya.

Namun hingga akhir hayatnya, masih ada cita-cita yang belum terwujud. “Bapak sangat ingin membuat ikon patung yang bisa dikenal dunia.

Ini yang sekarang coba direalisasikan,” ujarnya. Pemilihan ikon Naga, merupakan lambang kemakmuran atau kesejahteraan.

Prosesi pengabenan (kremasi) almarhum I Wayan Kantor, 90, mantan Bendesa Pakraman Calo, Tegalalang, yang menjabat lima kali berturut-turut telah berlangsung Senin lalu (23/10).

Pengabenan itu menyisakan cerita spektakuler, patung naga perak bernilai miliaran.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SEMASA hidup, pria ini memang berkecimpung dalam usaha perak. Wayan Kantor merupakan pendiri usaha perak di bilangan Jalan Raya Tohpati-Batubulan, bernama UC Silver.

Sepeninggal almarhum, pihak keluarganya pun ingin memberi penghargaan spesial untuknya. Yakni berupa mahakarya yang belum sempat digarap almarhum.

Jika di Jimbaran ada patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), patung yang satu ini adalah patung naga yang semuanya berbahan perak.

Keluarganya membuat patung naga dan dipercayakan kepada seniman muda Gianyar, Komang Suryambawa. 

Patung ini bertemakan Dewata Nawa Sanga,  dibuat sepanjang 20 meter, seberat 500 kilogram. “Awal tahun 2018 mendatang, akan diabadikan di museum perak di Denpasar,” ujar Suryambawa, yang merupakan seniman asal Desa Calo, Kecamatan Tegalalang, Gianyar,  itu.

Patung naga ini dibuat di kediaman keluarga I Wayan Kantor di Banjar Calo. Komang Suryambawa sendiri saat koran ini datang dia tampak sedang serius menggarap karya spektakuler tersebut.

Nanti, Naga Dewata Nawa Sanga itu akan terangkai cerita. Jadi ada sembilan patung naga raksasa yang akan dirangkai menjadi satu.

Tidak tanggung-tanggung, patung ini berbahan perak murni dengan bobot kurang lebih 500 kilogram.

Seniman yang belajar seni patung perak secara otodidak ini pun mengaku bersyukur, karena mendapat dukungan dan support dari pengusaha lokal. 

Diungkapkan, biaya pembuatan patung dengan bahan dasar perak serta aksesori permata  ditaksir akan menelan dana hingga Rp 10 miliar.  

“Meski proses pembuatannya sangat rumit, detail patung wajib saya perhatikan dalam beberapa tahapan garapannya. Mulai dari pembuatan sisik  hingga ornamen lainnya,” ungkap pria berusia 30 tahun itu.  

Secara perwujudan dan anatomi, Komang memang sengaja cenderung memilih naga bergaya Tiongkok. Itu karena naga bergaya Tiongkok lebih mudah diekspresikan. 

Namun demikian, dalam penggarapannya, juga dikombinasikan dengan ornamen khas Bali. “Sempat berpikir untuk memilih naga versi Bali. Tapi sangat sulit dikreasikan dan saya yakin akan mencederai kewibawaannya,” terangnya.

Ditambahkan Suryambawa, pengerjaan patung yang baru mencapai 60 persen ini rencananya  akan diperkenalkan awal tahun 2018 mendatang.  

Sekaligus diabadikan saat launching museum perak di Denpasar. Patung ini juga diharapkan mampu menembus rekor dunia dan diharapkan meraih pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Karena bahannya yang serba perak dan ukurannya yang terbilang raksasa. Putra ketiga almarhum Kantor, Nyoman Eriawan, didampingi kakak sulungnya I Wayan Sutedja menjelaskan,

semasa hidup ayahnya dikenal sebagai seorang pekerja keras. UC Silver yang dikenal dengan produk kerajinan perak yang eksotis merupakan sebuah hasil kerja kerasnya.

Namun hingga akhir hayatnya, masih ada cita-cita yang belum terwujud. “Bapak sangat ingin membuat ikon patung yang bisa dikenal dunia.

Ini yang sekarang coba direalisasikan,” ujarnya. Pemilihan ikon Naga, merupakan lambang kemakmuran atau kesejahteraan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/