TABANAN – Hampir setiap tahun sejak 33 tahun lalu, warga yang tinggal di kawasan markas Rindam IX/Udayana, Kediri, Tabanan langganan dilanda banjir. Bahkan, lapangan sampai seperti lautan.
Pemicunya tak lain akibat dari drainase yang minim di kawasan tersebut terutama disisi utara Rindam IX/Udayana.
Kejadian serupa terjadi pada 10 November lalu. “Waktu itu hujan mengguyur selama 25 jam. Setelah anggota mengecek,
ternyata di RT 2, 3, dan 4 sudah terendam air setinggi pusar orang dewasa,” terang Danrindam IX/Udayana Kolonel Inf. Joao Xavier Barreto Nunes kemarin.
Inisiatif pun muncul untuk membuat tanggul dan tembok antara sisi luar Rindam dengan rumah penduduk.
Selama dua minggu, masyarakat yang tinggal di Rindam swadaya membangun tembok dan tanggul. Alhasil, banjir pun tidak mendatangi Rindam kembali.
Tapi ada permasalahan lain. Area perumahan disisi utara yang mulai gentian terendam banjir. Setelah pembangunan tembok dan tanggul, Kolonel Barreto Nunes mengungkapkan ada sedikit kendala yang dialami.
“Banyak tantangan dan demo dari masyarakat karena mereka kebanjiran setelah pembangunan ini,” ucap mantan Dandim Salatiga tersebut.
Yang menjadi akar permasalahan adalah dari banjir ini adalah tidak adanya selokan untuk pembuangan air hujan.
Dia ingin Pemkab Tabanan bisa memperhatikan masalah ini yang terus menerus terjadi setiap tahun selama 33 tahun terakhir.
Solusi yang paling ideal menurut pria yang lahir di Bobonaro, Timor Leste tersebut, adalah Pemkab Tabanan membuat drainase dibawah jalan (box culvert) untuk resapan air hujan.
“Tentu harapannya ada pembuatan drainase. BPBD bisa juga melakukan mitigasi bencana. Intinya kalau ada drainase yang dibangun dibawah jalan,
tidak akan ada masalah seperti ini lagi. Mudah-mudahan konstruksinya bisa dilakukan pada tahun 2021,” tutupnya.