33.4 C
Jakarta
20 November 2024, 15:45 PM WIB

SMKN 3 Singaraja Mulai Simulasi Tatap Muka, Ini Skema yang Diterapkan

SINGARAJA – Sejumlah sekolah mulai melakukan simulasi pembelajaran tatap muka. Terlebih pemerintah telah membuka peluang untuk

menyelenggarakan pertemuan tatap muka meski daerah tersebut berada dalam zona oranye, bahkan dalam zona merah sekali pun.

Salah satu sekolah yang melakukan simulasi pembelajaran tatap muka ialah SMKN 3 Singaraja (Stemsi). Kemarin (7/12) sejumlah siswa telah diminta datang ke sekolah, guna menjalani simulasi pembelajaran.

Nantinya mereka hanya mengikuti pembelajaran yang bersifat praktik atau peningkatan kompetensi.

Wajar saja Stemsi menggelar simulasi jelang pembelajaran tatap muka.

Sebab sekolah ini memiliki jumlah siswa terbanyak di Buleleng. Tercatat ada 2.191 orang siswa yang tengah menempuh pendidikan di sekolah ini.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, suasana di Stemsi pagi kemarin relatif lengang. Hanya ada 200 orang siswa yang tengah melakukan simulasi pembelajaran.

Areal sekolah yang luas, membuat pembatasan interaksi menjadi lebih mudah. Kepala SMKN 3 Singaraja Nyoman Suastika mengatakan,

simulasi itu sengaja dilakukan jelang diterapkannya kebijakan pembelajaran tatap muka pada tahun 2021 mendatang.

Pihak sekolah memutuskan tak seluruh pelajaran akan dilakukan secara tatap muka. Hanya pembelajaran yang bersifat praktik dan pengembangan kompetensi saja yang dilakukan secara tatap muka.

“Kalau teori, masih bisa kami lakukan lewat daring. Tapi kalau yang kompetensi, tentu tidak bisa. Misalnya untuk kompetensi las, bubut, pembuatan local area network,

itu kan tidak bisa hanya sekadar teori. Makanya hanya materi tertentu saja yang dilakukan secara tatap muka,” kata Suastika.

Rencananya dalam sehari hanya ada 300-400 orang siswa yang datang ke sekolah. Rencananya akan ada dua shift pembelajaran.

Yakni shift pagi dan shift siang. Shift pagi akan diikuti 150-200 orang siswa. Begitu juga dengan shift siang. Dengan pembagian itu, Suastika optimistis social distancing bisa dilakukan dengan lebih optimal.

“Kami kan ada 10 jurusan. Jadi kalau itu dibagi, per kelas hanya ada 15-20 orang siswa. Mereka juga kan tidak belajar di kelas, tapi melakukan praktik di bengkel kerja. Jadi social distancing pasti bisa dilakukan,” tegasnya.

Khusus untuk sarana dan prasarana, Suastika menyatakan pihaknya sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.

Mulai dari thermo gun, alat penyemprot disinfektan, serta wastafel. Dia menjamin seluruh ketentuan dalam protokol kesehatan, akan dilakukan dengan ketat.

Pihak sekolah juga mengklaim telah menyampaikan informasi pembelajaran tatap muka pada orang tua siswa.

“Memang tidak semua mengizinkan. Sampai hari ini, ada 50 orang tua siswa yang tidak mengizinkan anaknya ikut tatap muka.

Tentu kami tidak memaksa. Kami akan siapkan alternatif lain, untuk memastikan keahlian dan kompetensi siswa kami,” tandas Suastika. 

SINGARAJA – Sejumlah sekolah mulai melakukan simulasi pembelajaran tatap muka. Terlebih pemerintah telah membuka peluang untuk

menyelenggarakan pertemuan tatap muka meski daerah tersebut berada dalam zona oranye, bahkan dalam zona merah sekali pun.

Salah satu sekolah yang melakukan simulasi pembelajaran tatap muka ialah SMKN 3 Singaraja (Stemsi). Kemarin (7/12) sejumlah siswa telah diminta datang ke sekolah, guna menjalani simulasi pembelajaran.

Nantinya mereka hanya mengikuti pembelajaran yang bersifat praktik atau peningkatan kompetensi.

Wajar saja Stemsi menggelar simulasi jelang pembelajaran tatap muka.

Sebab sekolah ini memiliki jumlah siswa terbanyak di Buleleng. Tercatat ada 2.191 orang siswa yang tengah menempuh pendidikan di sekolah ini.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, suasana di Stemsi pagi kemarin relatif lengang. Hanya ada 200 orang siswa yang tengah melakukan simulasi pembelajaran.

Areal sekolah yang luas, membuat pembatasan interaksi menjadi lebih mudah. Kepala SMKN 3 Singaraja Nyoman Suastika mengatakan,

simulasi itu sengaja dilakukan jelang diterapkannya kebijakan pembelajaran tatap muka pada tahun 2021 mendatang.

Pihak sekolah memutuskan tak seluruh pelajaran akan dilakukan secara tatap muka. Hanya pembelajaran yang bersifat praktik dan pengembangan kompetensi saja yang dilakukan secara tatap muka.

“Kalau teori, masih bisa kami lakukan lewat daring. Tapi kalau yang kompetensi, tentu tidak bisa. Misalnya untuk kompetensi las, bubut, pembuatan local area network,

itu kan tidak bisa hanya sekadar teori. Makanya hanya materi tertentu saja yang dilakukan secara tatap muka,” kata Suastika.

Rencananya dalam sehari hanya ada 300-400 orang siswa yang datang ke sekolah. Rencananya akan ada dua shift pembelajaran.

Yakni shift pagi dan shift siang. Shift pagi akan diikuti 150-200 orang siswa. Begitu juga dengan shift siang. Dengan pembagian itu, Suastika optimistis social distancing bisa dilakukan dengan lebih optimal.

“Kami kan ada 10 jurusan. Jadi kalau itu dibagi, per kelas hanya ada 15-20 orang siswa. Mereka juga kan tidak belajar di kelas, tapi melakukan praktik di bengkel kerja. Jadi social distancing pasti bisa dilakukan,” tegasnya.

Khusus untuk sarana dan prasarana, Suastika menyatakan pihaknya sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.

Mulai dari thermo gun, alat penyemprot disinfektan, serta wastafel. Dia menjamin seluruh ketentuan dalam protokol kesehatan, akan dilakukan dengan ketat.

Pihak sekolah juga mengklaim telah menyampaikan informasi pembelajaran tatap muka pada orang tua siswa.

“Memang tidak semua mengizinkan. Sampai hari ini, ada 50 orang tua siswa yang tidak mengizinkan anaknya ikut tatap muka.

Tentu kami tidak memaksa. Kami akan siapkan alternatif lain, untuk memastikan keahlian dan kompetensi siswa kami,” tandas Suastika. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/