26.7 C
Jakarta
25 November 2024, 0:17 AM WIB

Ditetapkan Jadi WBTB, Buleleng Rancang Megoak-Goakan Kolosal

SUKASADA – Tradisi megoak-goakan kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Komponen adat di DesaPanji pun kini memiliki pemikiran untuk melangsungkan tradisi itu secara lebih kolosal.

Selama ini tradisi megoak-goakan hanya dilaksanakan setahun sekali di Desa Panji. Tepatnya pada saat hari ngembak geni atau sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Hanya saja pada tahun 2020 ini, tradisi terpaksa tak dilaksanakan karena pandemi. Selain saat ngembak geni, tradisi megoak-goakan tak pernah dilakukan lagi.

Kalau toh dilakukan, itu hanya berupa fragmentari yang dipentaskan pada acara-acara kesenian.

Penyarikan Desa Adat Panji Gusti Nyoman Mangku mengatakan, pihaknya sudah menerima sertifikat dari Kemendikbud yang isinya pengakuan tradisi megoak-goakan sebagai WBTB.

Menurutnya sertifikat itu diterima oleh Perbekel Panji Jro Mangku Made Ariawan pada 2 Desember lalu.

Nyoman Mangku menyebut sertifikat itu merupakan sebuah proses panjang perjuangan krama di Desa Adat Panji agar megoak-goakan diakui menjadi sebuah warisan budaya.

 “Sebab ini warisan langsung dari Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti. Tentu kewajiban kita adalah melestarikan tradisi ini,” katanya.

Mangku mengisahkan tradisi ini bermula dari rencana Raja Ki Barak Panji Sakti menyerang Kerajaan Blambangan.

Ki Barak Panji pun menyiapkan pasukan pilihan yang diberi nama Pasukan Truna Goak. Pasukan ini berhasil membuat Ki Barak Panji menguasai Blambangan.

Pasukan pun kembali dengan suka cita ke pusat kerajaan di Desa Panji. Konon pasukan sampai di Panji, sehari setelah tilem kesanga.

Kedatangan dan keberhasilan Truna Goak menguasai Blambagan itu disambut suka cita oleh masyarakat. Mereka pun ikut melakukan permainan rakyat megoak-goakan, sebagai simbol suka cita.

“Saya ingat betul, dulu waktu remaja itu jalan kaki dari rumah di (dusun) Pancoran sampai di Lapangan Panji sekarang. Hanya untuk ikut megoak-goakan,” ceritanya.

Nyoman Mangku menuturkan, tradisi megoak-goakan sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Tiap kali hari ngembak geni datang, para pemuda akan berkumpul.

Begitu terkumpul 10 orang, mereka akan langsung melakukan megoak-goakan. Biasanya tradisi itu akan mereka lakukan di lapangan desa atau di areal persawahan terdekat.

Kini setelah ditetapkan sebagai WBTB, desa adat berencana mementaskan tradisi megoak-goakan sebagai sebuah permainan rakyat yang dikemas secara kolosal. Ide itu sebenarnya sudah sempat dirancang pada awal tahun lalu.

“Sebenarnya sudah dirancang. Kami juga sudah bicara dengan Perbekel Panji, karena Desa Adat Panji ini kan terdiri dari 2 desa dinas.

Tapi karena pandemi, selain itu pendanaan juga harus digeser untuk penanganan pandemi, ya terpaksa ditunda dulu,” demikian Mangku.

SUKASADA – Tradisi megoak-goakan kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Komponen adat di DesaPanji pun kini memiliki pemikiran untuk melangsungkan tradisi itu secara lebih kolosal.

Selama ini tradisi megoak-goakan hanya dilaksanakan setahun sekali di Desa Panji. Tepatnya pada saat hari ngembak geni atau sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Hanya saja pada tahun 2020 ini, tradisi terpaksa tak dilaksanakan karena pandemi. Selain saat ngembak geni, tradisi megoak-goakan tak pernah dilakukan lagi.

Kalau toh dilakukan, itu hanya berupa fragmentari yang dipentaskan pada acara-acara kesenian.

Penyarikan Desa Adat Panji Gusti Nyoman Mangku mengatakan, pihaknya sudah menerima sertifikat dari Kemendikbud yang isinya pengakuan tradisi megoak-goakan sebagai WBTB.

Menurutnya sertifikat itu diterima oleh Perbekel Panji Jro Mangku Made Ariawan pada 2 Desember lalu.

Nyoman Mangku menyebut sertifikat itu merupakan sebuah proses panjang perjuangan krama di Desa Adat Panji agar megoak-goakan diakui menjadi sebuah warisan budaya.

 “Sebab ini warisan langsung dari Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti. Tentu kewajiban kita adalah melestarikan tradisi ini,” katanya.

Mangku mengisahkan tradisi ini bermula dari rencana Raja Ki Barak Panji Sakti menyerang Kerajaan Blambangan.

Ki Barak Panji pun menyiapkan pasukan pilihan yang diberi nama Pasukan Truna Goak. Pasukan ini berhasil membuat Ki Barak Panji menguasai Blambangan.

Pasukan pun kembali dengan suka cita ke pusat kerajaan di Desa Panji. Konon pasukan sampai di Panji, sehari setelah tilem kesanga.

Kedatangan dan keberhasilan Truna Goak menguasai Blambagan itu disambut suka cita oleh masyarakat. Mereka pun ikut melakukan permainan rakyat megoak-goakan, sebagai simbol suka cita.

“Saya ingat betul, dulu waktu remaja itu jalan kaki dari rumah di (dusun) Pancoran sampai di Lapangan Panji sekarang. Hanya untuk ikut megoak-goakan,” ceritanya.

Nyoman Mangku menuturkan, tradisi megoak-goakan sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Tiap kali hari ngembak geni datang, para pemuda akan berkumpul.

Begitu terkumpul 10 orang, mereka akan langsung melakukan megoak-goakan. Biasanya tradisi itu akan mereka lakukan di lapangan desa atau di areal persawahan terdekat.

Kini setelah ditetapkan sebagai WBTB, desa adat berencana mementaskan tradisi megoak-goakan sebagai sebuah permainan rakyat yang dikemas secara kolosal. Ide itu sebenarnya sudah sempat dirancang pada awal tahun lalu.

“Sebenarnya sudah dirancang. Kami juga sudah bicara dengan Perbekel Panji, karena Desa Adat Panji ini kan terdiri dari 2 desa dinas.

Tapi karena pandemi, selain itu pendanaan juga harus digeser untuk penanganan pandemi, ya terpaksa ditunda dulu,” demikian Mangku.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/