WAKTU terus berlalu dan musim terus berganti hingga penghujung 2020. Baliho konser artis memudar dan sudah bolong termakan usia, dan masih terdapat 1 unit Mobil Rantis dipajang persis di gerbang. Walaupun Kota Denpasar diguyur hujan sejak pagi hingga sore Minggu lalu, beberapa personel Brimob Polda Bali bersenjata lengkap masih stan by di halaman bagian dalam Akasaka, salah satu tempat karaoke dan diskotek terbesar di Denpasar.
Sejak diskotek di bawah bendera PT Bali Surya Dewata itu digerebek dan ditemukan 19 ribu butir ektasi oleh tim gabungan Mabes Polri dan Polda Bali, 5 Juli 2017 sekitar pukul 14.30. Lalu disegel Pemkot, Kamis, 22 Juni 2017 15:39, Kapolda Bali Irjenpol Petrus Golose kerahkan pasukan melakukan pengamanan.
Pasukannya pun tak pernah kenal lelah walaupun cuaca tak bersahabat, yakni hujan-panas, silih berganti sejak pertengahan 2017 hingga detik ini, dengan cara jaga bergantian regu atau shift. Karena Cafe Bibir sudah tak beroperasi lagi bahkan bangunannya sudah dirobohkan petugas difokuskan berjaga hanya di dua diskotek yakni Akasaka dan Sky Garden.
Garis Polisi masih melintang di dinding tembok Akasaka walapun di beberapa titik sudah terputus. Sambil ngopi dan rokok di seputatan lokasi gedung Akasaka sekitar dua pekan lalu, salah satu dari beberapa anggota Brimob mengatakan bahwa, sebenarnya ia sudah bosan berjaga namun apa mau dikata, jika yang dilakukannya adalah tugas yang diberikan dari pimpinan sehingga mau tidak mau harus taat.
Diskotek itu pun kosong. Tak beroperasi. Satu-satunya diskotek termewah, megah juga tempat peredaran narkoba dan aksi striptease secara terang-terangan itu menyimpan cerita mistis.
Anggota polisi ini bercerita, di balik gedung mewah ini terdapat nuansa mistis. Lelaki yang meminta namanya dirahasiakan ini sendiri pernah mengalami kejadian yang tak masuk akal itu.
Ketika itu, ceritanya, ia mau kencing di bagian belakang Club malam itu. Tiba-tiba, terdengar suara teriakan cewek dari dalam gedung itu. Seolah-olah memberikan kode bahwa di Akasaka ternyata tak kosong melainkan terdapat penghuni. Kejadian itu pun membuat badannya merinding dan bulu kuduknya berdiri.
“Wih merinding, Bro. Akhirnya tak jadi buang air kecil. Saya lalu bergegas dari bagian belakang munuju ke depan tempat penjagaan. Ya percaya nggak percaya sih. Saya alami dan rasakan,” jelas sumber ini.
Suasana mistis Akasaka yang dialami tahun lalu itu langsung diceritakan kepada teman-temannya. Perasaannya sempat bercampur baur antara takut dan gelisah.
Namun ia berbesar hati agar saat diceritakan ke teman, tak terpancar ketakutan dari raut wajah dan bahasa tubuh. Setelah diyakinkan oleh teman-teman bahwa mereka juga pernah merasakan hal yang sana mambuat pikirannya lega.
“Ternyata hal ini juga dialami beberapa teman, tapi mistis yang dialami itu beda. Yakni bunyi tepukan tangan, juga bunyi langkah kaki cewek mengenakan sepatu hak tinggi,” ceritanya sambil duduk dan menenteng senjata laras panjang.
Karena sudah terbiasa, belakangan ini ia sendiri tak takut lagi mengenai mistis walaupun berada di wilayah gelap halaman dalam Akasaka yang lumayan panjang itu. Memang ada lampu, tapi di beberapa titik, termasuk halaman bagian belakang itu gelap gulita. Meski begitu, akunya, ada beberapa teman yang parno (ketakutan).
“Tapi mereka tidak ambil pusing, Bro. Berlagak seperi lelaki berani. Hal itu justru dianggap sebagai lelucon untuk menghibur diri. Memang sih percaya tak percaya, tapi yang aneh-aneh seperti itu ada. Apalagi bangunan segede ini. Pasti ada penghuni dan kami sudah terbiasa,” cetusnya.
Ati Fatima, 60, warga pemilik salah satu warung tak jauh dari Akasaka mengaku tak tahu cerita mistis di gedung Akasaka. Namun, katanya, kata orang tua zaman dulu, jika terdapat bangunan kosong, kemungkinan ada makhluk halus sebagai penghuni.
Apakah itu hanya bercanda untuk menakut-nakuti anak atau benar tapi memiliki pemahaman sendiri. Menurutnya tergantung percaya atau tidak. Kalau dia sendiri percaya. Sebab dulu, infonya ada wanita yang overdosis, entah alkohol atau karena narkoba, ia tidak begitu tahu.
“Tapi meninggalnya seorang wanita itu katanya bukan di dalam Akasaka. Lupa saya sudah sekian lama kejadiannya. Ada versi bahwa cewek itu pekerja di Akasaka, ada juga yang bilang freelance. Juga ada yang mengatakan ia mati di kos, ada juga yang bilang tewas di RS. Pokoknya simpang siur info yang saya dapat,” lagi bebernya.
Seperti catatan RadarBali.id, kasus Akasaka bermula saat tim gabungan mengendus pergerakan Dedi Setiawan dari Tangerang yang membawa 19 ribu butir pil ekstasi pada 1 Juni 2017. Hasil pengembangan, BB sebanyak itu dipesan Willy, seorang manajer di Akasaka.
Willy akhirnya ditangkap di lobi Diskotek Akasaka, Jalan Teuku Umar, Denpasar, pada 5 Juni 2017 siang. Kasus Akasaka sudah selesai dan berkekuatan hukum tetap.
Bahkan Willy bersama jaringannya sudah dikenakan hukuman pidana seumur hidup. Lalu Willy, Lima Sentoso, Dedi, dan Iskandar Aris dipindahkan dari Lapas Kerobokan ke Nusakambangan, Jawa Tengah, 27 Maret 2019 lalu.