25.1 C
Jakarta
21 September 2024, 7:57 AM WIB

Bali United Ingin Menang Kontra Sriwijaya, Matikan Beto Goncalves!

RadarBali.com – Sylvano Dominique Comvalius menjadi sosok yang menakutkan bagi lini pertahanan Sriwijaya FC.

Dengan koleksi 33 gol, pemain jangkung berdarah Belanda ini bak predator bagi tim lawan. Tapi, bagaimana dengan dari kubu Bali United?

Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro sepertinya sangat mewaspadai tukang gedor Sriwijaya FC, Alberto “Beto” Goncalves. Coach Widodo menilai, sosok Beto adalah tipikal penyerang yang komplit.

“Beto harus diwaspadai. Dia pemain komplit meskipun dia sendiri di pertahanan lawan. Apalagi dia didukung pemain lainnya.

Tapi, yang jelas tidak hanya Beto saja yang saya waspadai. Masih ada pemain lain yang patut diwaspadai,” ujar Coach Widodo kemarin (29/10).

Dia lantas memberi penjelasan tentang bagaimana perbedaan antara penyerang asal Belanda dan Brazil tersebut. Yang menarik, penjelasannya cukup menggelitik.

“Beto agak pendek dan Sylvano lebih tinggi,” ucapnya. “Tapi yang jelas, Sylvano harus ada support dari pemain lain karena di sepakbola tidak hanya bermain dengan satu pemain. Ini yang harus diantisipasi. Kalau Beto, dia bisa tanpa pemain lain,” terangnya.

Memang Beto jauh lebih pendek dari Sylvano. Mantan penyerang Persipura Jayapura itu “hanya” bertinggi badan 175 cm. Bandingkan dengan Sylvano yang memiliki postur menjulang dengan tinggi 189 cm.

Dengan postur seperti itu, Beto memiliki kecepatan yang tidak dimiliki Comvalius. Karena itu, Coach Widodo mengingatkan anak asuhnya dengan pergerakan sang pemain.

Jangan sampai melepas Beto begitu saja. Tetapi terlepas dari hal tersebut, Widodo lebih menekankan kepada anak asuhnya untuk melakukan transisi yang baik melawan Laskar Wong Kito – julukan Sriwijaya FC.

Dia meminta anak asuhnya bisa melakukan serangan dan bertahan dengan sama baiknya. “Tentu yang memberikan instruksi tetap saya. Tapi, yang menjalankan adalah pemain itu sendiri di lapangan.

Mereka harus tetap waspada dan punya feeling untuk melakukan apapun di lapangan,” bebernya.

“Pertahanan terbaik adalah melakukan pressure ketat saat kehilangan bola. Jangan sampai semua mundur setelah kehilangan bola. Bertahan yang positif,” pungkas pelatih kelahiran Cilacap, 46 tahun silam itu. 

RadarBali.com – Sylvano Dominique Comvalius menjadi sosok yang menakutkan bagi lini pertahanan Sriwijaya FC.

Dengan koleksi 33 gol, pemain jangkung berdarah Belanda ini bak predator bagi tim lawan. Tapi, bagaimana dengan dari kubu Bali United?

Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro sepertinya sangat mewaspadai tukang gedor Sriwijaya FC, Alberto “Beto” Goncalves. Coach Widodo menilai, sosok Beto adalah tipikal penyerang yang komplit.

“Beto harus diwaspadai. Dia pemain komplit meskipun dia sendiri di pertahanan lawan. Apalagi dia didukung pemain lainnya.

Tapi, yang jelas tidak hanya Beto saja yang saya waspadai. Masih ada pemain lain yang patut diwaspadai,” ujar Coach Widodo kemarin (29/10).

Dia lantas memberi penjelasan tentang bagaimana perbedaan antara penyerang asal Belanda dan Brazil tersebut. Yang menarik, penjelasannya cukup menggelitik.

“Beto agak pendek dan Sylvano lebih tinggi,” ucapnya. “Tapi yang jelas, Sylvano harus ada support dari pemain lain karena di sepakbola tidak hanya bermain dengan satu pemain. Ini yang harus diantisipasi. Kalau Beto, dia bisa tanpa pemain lain,” terangnya.

Memang Beto jauh lebih pendek dari Sylvano. Mantan penyerang Persipura Jayapura itu “hanya” bertinggi badan 175 cm. Bandingkan dengan Sylvano yang memiliki postur menjulang dengan tinggi 189 cm.

Dengan postur seperti itu, Beto memiliki kecepatan yang tidak dimiliki Comvalius. Karena itu, Coach Widodo mengingatkan anak asuhnya dengan pergerakan sang pemain.

Jangan sampai melepas Beto begitu saja. Tetapi terlepas dari hal tersebut, Widodo lebih menekankan kepada anak asuhnya untuk melakukan transisi yang baik melawan Laskar Wong Kito – julukan Sriwijaya FC.

Dia meminta anak asuhnya bisa melakukan serangan dan bertahan dengan sama baiknya. “Tentu yang memberikan instruksi tetap saya. Tapi, yang menjalankan adalah pemain itu sendiri di lapangan.

Mereka harus tetap waspada dan punya feeling untuk melakukan apapun di lapangan,” bebernya.

“Pertahanan terbaik adalah melakukan pressure ketat saat kehilangan bola. Jangan sampai semua mundur setelah kehilangan bola. Bertahan yang positif,” pungkas pelatih kelahiran Cilacap, 46 tahun silam itu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/