TABANAN – Ada harapan ekonomi bagi nelayan dan suplayer lobster di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Tabanan di musim liburan panjang Natal dan Tahun Baru. Pasalnya permintaan lobster mengalami peningkatan diikuti dengan harganya pun yang juga mengalami kenaikan perlahan.
Sebelumnya di tengah pandemi Covid-19 sejak bulan Maret lal, permintaan lobster turun drastis. Ini lantaran banyak rumah makan atau restoran tutup di daerah Badung dan Denpasar.
Salah satu supplier lobster Pantai Yeh Gangga, Dewa Made Ada Artana mengaku memang ada permintaan lobster dari sejumlah rumah makan dan restaurant di Bali saat libur Natal dan Tahun Baru ini. Tetapi permintaan lobster tidak begitu banyak dibandingkan tahun baru sebelumnya. Mulai ada permintaan sejak 20 Desember lalu. Karena berdatangan tamu domestik.
Untuk sekelas restoran yang menyajikan menu makan lobster press (segar), sehari rata-rata mereka bisa order memesan lobster 5-10 kilogram. Tetapi sekarang restoran memesan lobster hanya mampu 2-3 kilogram.
“Kami sebagai supplier dan nelayan di Pantai Yeh Gangga sangat terbantu dengan momen Natal dan Tahun Baru. Ada permintaan lobster dibandingkan bulan-bulan sebelumnya ditengah pandemi Covid-19 yang permintaan nol sama sekali tak ada. Akibat restaurant yang tutup total,” ujarnya.
Sementara untuk lobster yang dipesan. Mulai dari lobster pasir, lobster batik, lobster mutiara dan lobster batu. Tetapi yang paling dominan lobster yang diminta restoran dengan jenis lobster pasir. Mengapa demikian di samping karena rasa juga karena kandungan gizinya.
Dia menambahkan untuk harga lobster liburan Natal dan Tahun Baru sekarang ini begitu stabil. Harga lobster berkisar Rp 350-400 ribu setiap perkilogramnya. Dengan menjual lobster tetap sesuai ukuran dan berat yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kelautan. Misalnya untuk lobster pasir harus yang dijual dengan berat 200 gram. Sedangkan lobster batu dengan 150 gram.
“Untuk berbagai jenis lobster tersebut kami pasok dari hasil tangkapan nelayan di Pantai Yeh Ganga, Pantai Kelanting, dan Pantai Pasut. Dengan rata-rata setiap hari ada sekitar 100 kilogram lobster dari tangkapan nelayan yang kami beli,” ungkapnya.
Sementara itu salah satu nelayan Pantai Yeh Gangga yang berburu lobster Made Sukaya, 57, mengaku mulai ada permintaan lobster saat ini sedikit tidak membawa angin segar bagi nelayan untuk melaut. Terlebih lagi sekarang ini musim lobster.
Rata-rata setiap melaut saat kondisi cuaca bersahabat dengan membawa 15 jaring tangkap lobster yang terbuat dari bambu atau yang disebut jaring tangkap bubu dan jaring tangkap kerangkeng. Mereka mampu mendapat lobster sekitar 2-3 kilogram.
“Kalau cuaca tidak baik kadang dapat dan kadang tidak. Ya, minimal 1 kilogram lobster bisa kami bawa pulang dari hasil tangkapan melaut selain juga tangkap ikan,” tutur pria yang sudah 20 tahun menjadi nelayan.
Diakuinya, sejatinya bulan-bulan mulai ramai lobster di laut dari bulan Agustus sampai Desember. Namun bulan November dan Desember karena ombak dan angin kencang sehingga sebagai besar nelayan harus berhenti melaut.
“Nah diakhir Desember ini gelombang laut mulai normal baru kami dan nelayan lainnya bisa melaut,” pungkasnya.