Hobi merawat bonsai tidak lekang oleh waktu. Seperti yang dilakoni oleh I Wayan Artana. Kepala Dinas Perhubungan Gianyar itu bukan baru kemarin menggeluti dunia bonsai.
Sejak duduk di bangku kuliah, pada era 1980-an, pria kelahiran Desa Ketewel tersebut jatuh cinta dengan tanaman tersebut.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
RUMAH dengan style Bali milik Artana di Banjar Puseh, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar tampak asri.
Puluhan bonsai koleksinya itu menghiasi setiap sudut rumah. Ada puluhan bonsai yang tak terhitung. Untuk bonsai andalan, dia letakkan di depan ruang tamu.
Tentu saja, supaya tamu yang bertandang ke rumahnya melihat koleksi miliknya. Artawan bercerita panjang lebar terkait hobi yang kerap mendatangkan uang melimpah itu.
Pria berkumis itu tertarik dengan memelihara bonsai sekitar tahun 1980-an. Dia belajar menata bonsai dari orang-orang bonsai senior, seperti Gede Merta seorang master bonsai yang tinggal di Renon, Denpasar.
Selain banyak membaca buku-buku tentang teori bonsai, Wayan Artana ini banyak belajar tentang bonsai dengan Pak Tawi.
“Sejak awal menggeluti dunia bonsai, sudah ratusan bonsai saya hasilkan dari puluhan jenis pohon bahan bonsai,” ujar Arthana.
Sekalian cerita, dia juga membagi sedikit tips umum. Kata Artana, tanaman yang bagus dijadikan bonsai diantaranya pohon Santigi, jenis Ficus seperti pohon bunut, beringin; pohon asam; pohon serut; pohon Bugenvil; Delima Batu; pohon Gumantum; Pohon Sancang; Hokyantea dan sejumlah pohon lainnya.
Pejabat Gianyar ini mengaku sudah beberapa kali mengaikuti pameran bonsai seperti di Bandung, Sragen, Yogjakarta, Situbondo, Banyuwangi, Semarang, Jember, Lombok serta sejumlah daerah lainnya.
Dia juga menjadi tuan rumah pameran Bonsai baik regional maupun nasional saat HUT Kota Gianyar yang digelar di Lapangaan Astina Gianyar.
Yang paling berkesan selama mengikuti pameran yakni di Kota Baru, Pariyangan, Bandung. Dalam Pameran yang bertajuk “Grand Indonesian Bonsai Suiseki Exhibition” saat itu tim juri internasional terdiri dari Shinichi Na Kajima (asal Jepang); Ng Sing Fat (Hongkong), Huang Jiu We (Tiongkok); Hsuan Lo (Taiwan); Chen Chang (Tiongkok); Jase Luis Rodriguez (Puerto Rico) dan Rob Kem Punski (US).
Saat pameran bonsai kala itu, bonsai miliknya jenis Santigi berhasil menyabet tiga kategori sekaligus. Yakni keluar sebagai Best In Show, Best In Class dan Best Of The Best atau Best Over Hall dari semua peserta.
Saat itu juga, bonsai jenis Santigi miliknya juga menyabet penghargaan The Dragon. Tentu saja, senyum lega terus menemaninya. Lalu, usai pameran, bonsai dibawa kembali ke rumahnya di Gianyar.
“Tak lama kemudian, bonsai yang berhasil merebut tiga kategori penghargaan itu ditawar oleh kolektor bonsai,” ujarnya.
Harga yang di nego pun mencapai Rp 360 juta. Dengan harga tinggi, akhirnya bonsai kebanggaan tersebut dilepas kepada kolektor bonsai dari Jakarta.
Kini, Artana mengaku mendapatkan bonsai dengan memburu ke sejumlah tempat di Bali. Ada beberapa lokasi buruan, seperti Bangli, Buleleng, Klungkung, Karangasem dan di Bukit Jimbaran termasuk di Nusa Dua.