GIANYAR — Megaproyek Pasar Seni Sukawati yang dibangun hingga 2021 sudah tampak berdiri. Ornamen batu bata yang dipergunakan ternyata tidak dari Gianyar. Produk bata lokal dari Desa Temesi dan Tulikup rupanya tersingkir.
Terkait tidak dilibatkan produk bata Gianyar, dibenarkan Bupati Gianyar, Made Mahayastra. “Kalau batu bata itu kewenangan pemborong,” ujarnya.
Pemborong proyek justru memilih bata Desa Pejaten di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ketimbang bata Gianyar. Dari sisi kualitas lebih unggul bata luar Gianyar.
Mahayastra mengaku sudah bertemu dengan pengusaha bata di Desa Temesi. “Saya beri tahu, jangan monoton dengan produk. Orang Pejaten bisa buat begitu, kami minta berubah,” ujarnya.
Bupati berharap pengusaha bata bisa berinovasi dengan produk bata. Sehingga kualitas dan rupanya lebih menarik.
“Nggak boleh berpikiran Gianyar harus Gianyar. Harus dipacu,” tegasnya.
Bahkan, bupati sempat meminta perkumpulkan pengusaha bata di Gianyar menggelar studi banding untuk belajar tentang bata. Baik dari sisi pembuatan hingga pemasaran.
“Ketua asosiasi kami minta studi banding ke Pejaten,” pintanya.
Apabila bata berkualitas ada di Gianyar, tentunya pemerintah akan menyarankan pemborong membeli produk lokal ketika mengerjakan proyek.
“Kalau sudah ada sesuai keinginan kita di Gianyar mengapa harus cari ke luar. Hanya saja membuat kualitas yang bagus ini dapat memicu semangat pengerajin batu bata membuat beberapa produk,” jelasnya.
Seperti diketahui, bangunan Pasar Seni Sukawati yang masih dalam tahap pengerjaan tersebut berornamen bata merah. Bangunan pasar seni yang lama diratakan pada 2019 lalu. Kemudian, Kamis, 5 Desember 2019, dimulai pembangunan pasar seni dengan nilai proyek Rp 70,8 miliar.