DENPASAR – Ini bukan dongeng indah yang sering kita dengar: kecil disayang, muda terkenal, dan tua kaya raya serta mati masuk surga. Ini potret buram salah satu anak Indonesia. Putu AHP, bocah 14 tahun ini hidup serba tak enak, kekurangan, dan berujung kriminalitas.
Ya, Putu AHP, kini menjadi tersangka kasus perampokan dan pembunuhan sadis terhadap teller Bank Mandiri, Ni Putu Widiastuti, 24, di Jalan Kertanegara, Gang Widura, Ubung, Denpasar, Senin (28/12).
Di usianya yang masih bocah, Putu AHP menjalani hidup penuh liku. Tidak seperti anak seusia pada umumnya.
Sebelum melakukan pembunuhan dengan kejam, dia memiliki latar belakang hidup yang cukup miris. Menurut perempuan berinisial Han, ibu tiri pelaku, dijelaskan bahwa Putu AHP ditinggal sejak kecil oleh ibunya. Setelah itu, ayahnya menikahi Han, yang kini menjadi ibu tiri pelaku.
“Saya tidak terlalu banyak tahu (Putu AHP),” kata Han saat ditemui di sebuah kos di Jalan Kertanegara Gang Widura dekat dari lokasi kejadian, Kamis (31/12).
Di kampung asalnya di Buleleng, sejak kecil, pelaku dirawat oleh neneknya. Pendidikan anak tirinya terlampau rendah. “Gak lanjut sekolah. Gak tamat SD,” jelas Han.
Putus sekolah, Putu AHP hidup tak jelas. Ia malah melakukan pencurian sesari di Pura Jagatnatha Singaraja, Mei 2020 lalu. Bulan Agustus 2020 ditangkap polisi.
Selepas dari kasus pencurian sesari di Pura Jagatnatha, Putu AHP dibawa saudara dari ayahnya ke Denpasar. Di usianya yang masih belia, Putu AHP bekerja sebagai buruh bangunan di Denpasar.
Namun, di Denpasar Putu AHP tinggal bersama ayah kandung, ibu tiri dan tiga adik tirinya di satu kamar kos yang ukurannya cukup sempit. Hanya sekitar 3×3 meter.
Mereka membiayai hidup mereka dengan upah dari kerja seadanya. Pelaku bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibu tirinya bekerja sebagai pekerja cuci pakaian (laundry) dengan upah Rp1,5 juta perbulan. Sedangkan sang ayah sedang menganggur dan hanya menjaga tiga anak dari istri keduanya di kos. “Gaji kami hanya pas untuk bayar kos dan makan,” ujar Han.
Han pun mengaku tidak menyangka jika anak tirinya itu nekat melakukan perampokan dan pembunuhan. Bahkan ayah pelaku, berinisial GC juga kaget atas perbuatan anaknya yang nekat dan sadis itu.
“Bapak (ayah pelaku) sempat nangis. Tidak menyangka anaknya seperti itu,” pungkas Han sambil mengemasi barang di kos.
Atas ulah Putu AHP, keluarga ini ikut kena batunya. Keluarga GC diusir dari kos itu, dan akan melanjutkan hidup di Singaraja, Buleleng. Mereka pulang kampung.