33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:43 PM WIB

Beasiswa Bidikmisi Tak Cair, Mahasiswa Universitas Udayana Protes

RadarBali.com – Gara-gara beasiswa Bidikmisi tak kunjung cair, mahasiswa Universitas Udayana (Unud) penerima beasiswa melayangkan protes.

Mereka memasang spanduk di gapura Unud Kampus Jimbaran Bukit kemarin (30/10).  Spanduk yang bertuliskan “Bidikmisi Terlambat Cair Mahasiswa Miskin Sengsara” terpasang di gapura Universitas Udayana.

Pembantu Rektor III Unud Prof I Made Sudarma mengakui beasiswa bidikmisi belum  cair. Tapi, diakuinya kewenangan mencairkan beasiswa ada ditangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, bukan kewenangan kampus.

“Kalau pasang spanduk itu salah sasaran. Bukan kepada kami tapi tujukan Kemeristekdikti semestinya,” ucap Prof Sudarma.

Guru besar Fakultas Pertanian ini menerangkan, kampus sudah menjalankan kewajiban yaitu  mengirim surat pertanggungjawaban (SPJ) ke Kemenristekdikti.

Namun, terkait pencairan beasiswa tersebut menjadi urusan Kemenristekdikti. “Terkait surat pertanggungjawaban dari kampus sudah dikirim ke pusat. Tapi, masalahnya kemenristekdikti kapan mencairkan? Kenapa terlambat? Kami tak tahu,” bebernya.

Menurutnya, beasiswa bidikmisi diperuntukkan bagi mahasiswa yang tidak mampu. Dengan tujuan meringankan beban mahasiswa tersebut dan juga memotivasi agar mahasiwa cepat lulus.

Lanjutnya, mahasiwa yang dapat beasiswa itu, bebas dari uang spp atau disebut uang kuliah tunggal (UKT). Selain itu juga mendapat uang saku berjumlah Rp 650 ribu perbulan.  

Untuk jumlah angkatan baru yang memperoleh beasiswa bidikmisi sebanyak 1800 mahasiswa.  Koordinator UKM Bidikmisi Universitas Udayana Azriatul Hadi mengatakan, pencairan Bidikmisi biasanya pada awal atau pertengahan Oktober.

Dia juga membenarkan pertanggungjawaban pencairan Bidikmisi bukan wewenang pihak Unud. Saat ditanya siapa yang memasang spanduk di gapura, Hadi mengaku tiga orang mahasiswa.

“Sebagai ketua UKM saya sangat menyayangkan sekali adanya tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa Bidikmisi,” ujarnya.

Dijelaskan, bahwa beasiswa tersebut memang meringankan mahasiswa yang menerima beasiswa itu. Bayangkan saja, si penerima Bidikmisi dibebaskan uang SPP atau saat ini disebut UKT yang harus dibayar per semester.

Selain itu juga setiap tiga bulan sekali mahasiswa bidikmisi mendapatkan uang living cost semacam uang saku sebesar Rp.1.950.000. 

“Iya total living cost per semester sebesar Rp 3. 900.000,” ungkapnya. Presiden BEM Universitas Udayana, I Komang Arta Yasa mengakui ada spanduk yang terpasang di gapura pintu masuk Unud dan viral di dunia maya.

Untuk membendung permasalahan serupa tak terjadi, pihak BEM bersama koordinator  penerima Bidikmisi di setiap fakultas melakukan pertemuan dengan pihak rektorat membahas tentang pencairan bidikmisi. 

Pria yang akrab dipanggil Tikok ini mengatakan pertemuan tersebut diselenggarakan untuk menyelaraskan dan menyamakan persepsi terkait beasiswa bidikmisi.

RadarBali.com – Gara-gara beasiswa Bidikmisi tak kunjung cair, mahasiswa Universitas Udayana (Unud) penerima beasiswa melayangkan protes.

Mereka memasang spanduk di gapura Unud Kampus Jimbaran Bukit kemarin (30/10).  Spanduk yang bertuliskan “Bidikmisi Terlambat Cair Mahasiswa Miskin Sengsara” terpasang di gapura Universitas Udayana.

Pembantu Rektor III Unud Prof I Made Sudarma mengakui beasiswa bidikmisi belum  cair. Tapi, diakuinya kewenangan mencairkan beasiswa ada ditangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, bukan kewenangan kampus.

“Kalau pasang spanduk itu salah sasaran. Bukan kepada kami tapi tujukan Kemeristekdikti semestinya,” ucap Prof Sudarma.

Guru besar Fakultas Pertanian ini menerangkan, kampus sudah menjalankan kewajiban yaitu  mengirim surat pertanggungjawaban (SPJ) ke Kemenristekdikti.

Namun, terkait pencairan beasiswa tersebut menjadi urusan Kemenristekdikti. “Terkait surat pertanggungjawaban dari kampus sudah dikirim ke pusat. Tapi, masalahnya kemenristekdikti kapan mencairkan? Kenapa terlambat? Kami tak tahu,” bebernya.

Menurutnya, beasiswa bidikmisi diperuntukkan bagi mahasiswa yang tidak mampu. Dengan tujuan meringankan beban mahasiswa tersebut dan juga memotivasi agar mahasiwa cepat lulus.

Lanjutnya, mahasiwa yang dapat beasiswa itu, bebas dari uang spp atau disebut uang kuliah tunggal (UKT). Selain itu juga mendapat uang saku berjumlah Rp 650 ribu perbulan.  

Untuk jumlah angkatan baru yang memperoleh beasiswa bidikmisi sebanyak 1800 mahasiswa.  Koordinator UKM Bidikmisi Universitas Udayana Azriatul Hadi mengatakan, pencairan Bidikmisi biasanya pada awal atau pertengahan Oktober.

Dia juga membenarkan pertanggungjawaban pencairan Bidikmisi bukan wewenang pihak Unud. Saat ditanya siapa yang memasang spanduk di gapura, Hadi mengaku tiga orang mahasiswa.

“Sebagai ketua UKM saya sangat menyayangkan sekali adanya tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa Bidikmisi,” ujarnya.

Dijelaskan, bahwa beasiswa tersebut memang meringankan mahasiswa yang menerima beasiswa itu. Bayangkan saja, si penerima Bidikmisi dibebaskan uang SPP atau saat ini disebut UKT yang harus dibayar per semester.

Selain itu juga setiap tiga bulan sekali mahasiswa bidikmisi mendapatkan uang living cost semacam uang saku sebesar Rp.1.950.000. 

“Iya total living cost per semester sebesar Rp 3. 900.000,” ungkapnya. Presiden BEM Universitas Udayana, I Komang Arta Yasa mengakui ada spanduk yang terpasang di gapura pintu masuk Unud dan viral di dunia maya.

Untuk membendung permasalahan serupa tak terjadi, pihak BEM bersama koordinator  penerima Bidikmisi di setiap fakultas melakukan pertemuan dengan pihak rektorat membahas tentang pencairan bidikmisi. 

Pria yang akrab dipanggil Tikok ini mengatakan pertemuan tersebut diselenggarakan untuk menyelaraskan dan menyamakan persepsi terkait beasiswa bidikmisi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/