JAKARTA – Satgas Penanganan Covid-19 mengakui bahwa risiko penularan terbesar sekarang ini ada di klaster keluarga.
Beberapa hari lalu dikabarkan, di DKI Jakarta sekitar 40,1 persen dari total kasus positif Covid-19 berasal dari klaster ini.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi menjelaskan, liburan Tahun Baru menjadi salah satu faktor yang memicu terjadi penularan di klaster keluarga.
Pasalnya, anggota keluarga pergi berlibur tidak dengan orang serumah. “Kami sudah selalu ingatkan, kalaupun harus pergi maka pergilah dengan orang yang serumah saja.
Tapi masalahnya, sebaliknya. Ini yang menyebabkan ternyata di klaster keluarga terjadi peningkatan penularan virus corona,” tuturnya dalam diskusi virtual bersama Katadata, Jumat (8/1/2021).
Sepulang dari berlibur maka kita akan kembali berinteraksi intens dengan keluarga yang tinggal serumah.
Jika ternyata orang yang berlibur tertular Covid-19 saat melakukan perjalanan, maka sekembalinya ke rumah dia akan menulari keluarga lainnya.
Namun demikian, ada pula kondisi lain yang juga sering menjadi jalur penularan Covid-19 di lingkungan keluarga.
Pertama, kedatangan tamu atau orang lain yang tidak tinggal serumah yang ternyata pihak tersebut terjangkit virus corona.
Kedua, penularan yang berasal dari anggota keluarga serumah yang rutin melakukan aktivitas di luar rumah, lantas tertular dari lingkungan luar tersebut.
“Jadi, memang harus betul-betul sadar bahwa risiko penularan terhadap keluarga itu tinggi. Risiko terbesar memang di klaster keluarga,” ucap Sonny.
Satgas Covid-19 tak henti menegaskan, pentingnya protokol kesehatan 3M selama pandemi masih berlangsung.
Masyarakat juga diimbau agar tidak hanya mengedukasi diri terkait protokol pencegahan penularan, tetapi juga harus mengedukasi diri untuk menangani kondisi apabila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala.
“Setidaknya harus tahu ada tiga langkah jika mencurigai ada anggota keluarga yang bergejala. Pertama-tama, harus mengontak faskes tingkat satu.
Lalu jangan menutupinya, maka lapor ke RT dan RW. Setelah itu, lakukan tes pada semua anggota keluarga,” ucap Sonny.
Dia mengimbuhkan, meskipun hasil tes negatif anggota keluarga yang serumah lain negatif namun tetap dianjurkan untuk isolasi mandiri. “Sebab ada potensi false negative lantaran ada masa inkubasi virus,” tutur Sonny.