DENPASAR – Bali dikabarkan berencana mengeskpor porang ke luar negeri pada tahun ini. Bahkan sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta mengatakan, sudah ada penandatanganan nota kesepahaman dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terkait eskpor porang tersebut.
Kendati demikian, Sunarta mengaku ada kesulitan barang dikarenakan banyak pihak berebut untuk mendapatkan porang, termasuk dari Jawa.
Ia berharap, nantinya porang tersebut bisa didapatkan dari petani di Bali karena jumlah yang akan diekspor mencapai 5.000 ton ke Tiongkok. Negara tersebut menjadi tujuan karena eksportir asal Bali mempunyai jaringan ke Tiongkok.
Selain Tiongkok, negara lain yang menjadi tujuan ekspor porang yakni Jepang, Korea, Vietnam dan Turki.
Barang akan diupayakan langsung dikirim dari Bali. Jika tidak, barang tersebut diekspor melalui Pulau Jawa maka tidak akan tercatat sebagai barang dari Bali.
“Sayang kalau dia masuk Jawa, tidak masuk daftarnya. Bukan dari Bali barangnya. Catatan ekspornya tidak masuk Bali dia kalau dikirim lewat Jawa,” tuturnya.
Menurut Sunarta, hampir semua daerah di Bali kini sedang membudidayakan tanaman porang, kecuali Kota Denpasar. Biasanya porang ini dipanen pada bulan Juni dan Juli atau bertepatan dengan musim kemarau. Jika porang dipanen pada musim penghujan, harganya akan murah karena kadar airnya cukup tinggi.
Sunarta berharap, dengan adanya rencana ekspor ini, petani nantinya akan lebih bergairah untuk membudidayakan porang. Meski begitu, dia menyarankan agar petani tidak menanamnya secara membabi-buta karena modal yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Selain modal, masa panen dari budidaya porang juga cukup lama yaitu sekitar tiga tahun.
Untuk permasalahan modal, Sunarta menyarankan para petani untuk menggunakan kredit usaha rakyat (KUR) yang sudah diluncurkan oleh pemerintah. KUR ini dinilai bisa menjadi salah satu solusi dalam permasalahan modal pada petani karena bunganya sangat rendah, yakni sekitar 6 persen per tahun.