32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:06 PM WIB

Kabar Gembira, Pemprov Ganti Ternak yang Dijual Pengungsi, Asal…

RadarBali.com – Ada sedikit kabar gembira bagi para pengungsi Gunung Agung yang sudah terlanjur menjual ternaknya.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, menyatakan bakal mengganti hewan ternak yang sudah terlanjur dijual.

Dengan catatan ternak tersebut merupakan ternak bantuan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) milik Pemprov Bali.

“Hewan simantri yang sudah terlanjur dijual akan kami ganti,” ujar Pastika diwawancarai belum lama ini. Namun, Pemprov Bali meminta petani serius.

Petani harus benar-benar memiliki niat untuk kembali memelihara ternak.  “Bagi yang mau pelihara lagi ya kami kasih lagi,” tukasnya.

Menurut Pastika, sudah menjadi kewajiban pemerintah mengurusi para pengungsi. Tidak hanya mengevakuasi dan memberi bantuan logistik, tapi juga memerhatikan kelangsungan hidupnya.

“Pemerintah tidak ada mengurus profit (keuntungan). Kalau ada yang ngitung kerugian Rp 2 triliun itu bukan saya.

Gimana caranya mengitung perasaan tidak menyenangkan? Nggak bisa dihitung,” tukas gubernur yang besar di tanah perantuaan itu.

Gubernur Pastika kembali menegaskan, pemerintah tidak pernah memaksa masyarakat Karangasem pulang. Apalagi warga yang ada di zona merah.

Pemprov kembali memasrahkan pada pengungsi, jika ingin pulang dipersilakan. Namun, jika ingin bertahan di pengungsian juga tetap dipersilakan. 

Untuk diketahui, data yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak Gunung Agung ditetapkan status Awas, sebanyak 7.670 ekor ternak (sapi 6.238 ekor, kambing 823 ekor, babi 609 ekor) sudah dievakuasi di 43 titik.

Sementara 22.683 ekor ternak (sapi 15.731 ekor, kambing 4.052 ekor, babi 2.900 ekor) belum dievakuasi.

Total potensi kerugian mencapai Rp 1,5 – 2 triliun. Kerugian Rp 2 triliun itu meliputi: potensi kerugian sektor pariwisata Rp. 264 miliar,

perkiraan kerugian sektor perbankan Rp. 1,05 triliun, perkiraan kerugian dari hilangnya pekerjaan para pengungsi Rp. 204,5 miliar,

perkiraan kerugian dari sektor pertanian, peternakan, kerajinan, tidak kurang dari Rp. 100 miliar.

Kerugian aktivitas pertambangan, pembangunan di Karangasem, dan kerugian lainnnya sekitar Rp 200 – 500 miliar.

Dampak lain yakni pariwisata di Karangasem ikut terhenti. Bahkan, pariwisata di Bali ikut terdampak. Jika dibiarkan terus menerus, dampaknya semakin besar. Kondisi ini menyebabkan pariwisata di Bali turun 40 persen.

RadarBali.com – Ada sedikit kabar gembira bagi para pengungsi Gunung Agung yang sudah terlanjur menjual ternaknya.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, menyatakan bakal mengganti hewan ternak yang sudah terlanjur dijual.

Dengan catatan ternak tersebut merupakan ternak bantuan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) milik Pemprov Bali.

“Hewan simantri yang sudah terlanjur dijual akan kami ganti,” ujar Pastika diwawancarai belum lama ini. Namun, Pemprov Bali meminta petani serius.

Petani harus benar-benar memiliki niat untuk kembali memelihara ternak.  “Bagi yang mau pelihara lagi ya kami kasih lagi,” tukasnya.

Menurut Pastika, sudah menjadi kewajiban pemerintah mengurusi para pengungsi. Tidak hanya mengevakuasi dan memberi bantuan logistik, tapi juga memerhatikan kelangsungan hidupnya.

“Pemerintah tidak ada mengurus profit (keuntungan). Kalau ada yang ngitung kerugian Rp 2 triliun itu bukan saya.

Gimana caranya mengitung perasaan tidak menyenangkan? Nggak bisa dihitung,” tukas gubernur yang besar di tanah perantuaan itu.

Gubernur Pastika kembali menegaskan, pemerintah tidak pernah memaksa masyarakat Karangasem pulang. Apalagi warga yang ada di zona merah.

Pemprov kembali memasrahkan pada pengungsi, jika ingin pulang dipersilakan. Namun, jika ingin bertahan di pengungsian juga tetap dipersilakan. 

Untuk diketahui, data yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak Gunung Agung ditetapkan status Awas, sebanyak 7.670 ekor ternak (sapi 6.238 ekor, kambing 823 ekor, babi 609 ekor) sudah dievakuasi di 43 titik.

Sementara 22.683 ekor ternak (sapi 15.731 ekor, kambing 4.052 ekor, babi 2.900 ekor) belum dievakuasi.

Total potensi kerugian mencapai Rp 1,5 – 2 triliun. Kerugian Rp 2 triliun itu meliputi: potensi kerugian sektor pariwisata Rp. 264 miliar,

perkiraan kerugian sektor perbankan Rp. 1,05 triliun, perkiraan kerugian dari hilangnya pekerjaan para pengungsi Rp. 204,5 miliar,

perkiraan kerugian dari sektor pertanian, peternakan, kerajinan, tidak kurang dari Rp. 100 miliar.

Kerugian aktivitas pertambangan, pembangunan di Karangasem, dan kerugian lainnnya sekitar Rp 200 – 500 miliar.

Dampak lain yakni pariwisata di Karangasem ikut terhenti. Bahkan, pariwisata di Bali ikut terdampak. Jika dibiarkan terus menerus, dampaknya semakin besar. Kondisi ini menyebabkan pariwisata di Bali turun 40 persen.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/