AMLAPURA – Meski Pembelajaran Tatap Muka (PTM) hingga saat ini ditunda pelaksanaanya, namun Pemkab Karangasem terus melakukan upaya verifikasi terkait kesiapan sekolah dalam menghadapi PTM yang sewaktu-waktu akan digelar.
Hingga saat ini, sudah ada ratusan sekolah dari jenjang SMP dan SD yang siap menempuh PTM.
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Kadisdikpora) Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika mengungkapkan, pihaknya beserta intansi terkait terus melakukan proses verifikasi.
Ketika kondisi perkembangan kasus Covid-19 menurun, pemerintah tinggal memberikan rekomendasi izin untuk pemberlakuan PTM ini.
Sebelumnya jumlah sekolah yang dinyatakan siap melakukan PTM dan telah tercatat di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) hanya 5 SMP dan 26 SD.
“Per Selasa 26 Januari, data di Dapodik itu sudah mencapai 30 SMP dari 48 SMP di Karangasem dan 275 SD dari 357 sekolah yang ada di Karangasem. Jumlah ini akan terus meningkat,” ujarnya.
Setelah dilakukan pemantauan, masih ada beberapa sekolah yang belum siap. Terutama sekolah-sekolah yang ada di daerah pinggiran.
Salah satunya di Kecamatan Kubu. Kondisi kesiapan dalam pemberlakuan PTM di Kubu terkendala air yang cukup sulit.
“Memang itu kan sebetulnya tempat cuci tangan sudah disiapkan tetapi air tidak ada berarti belum berani juga. Kasus-kasus seperti sekolah juga sangat berhati-hati ketika akan menjalankan PTM ini.
Mau tidak mau sesuai arahan pusat juga bupati dan pemprov yang diutamakan adalah kesehatan,” jelas Kartika.
Disinggung apakah ada batasan waktu untuk bisa melakukan PTM ini, Kartika menuturkan tidak ada pembatasan waktu dan hal tersebut merupakan kebijaka dari Pemkab mengacu SKB 4 Menteri yang terbaru.
“SKB 4 menteri yang saat ini tidak mensyaratkan zona tetapi berdasarkan analisis kebijakan dari Pemkab.
Diberikan kewenangan karena Pemkab lah yang tahu persis perkembangan situasi dan kondisi di daerah masing-masing, terutama kaitanya dampak pembelajaran jarak jauh,” ucapnya.
Dia menambahkan, wali murid di Karangasem sebagian besar menginginkan PTM ini bisa segera dilakukan.
Mengingat proses belajar jarak jauh atau pembelajaran daring banyak menemukan kendala. Misalnya ketika belajar jarak jauh peran orang tua sangat vital mendampingi anak belajar.
Terutama peserta didik dari jenjang kelas rendah seperti kelas 1 dan 2. “Walaupun punya HP dia kan belum bisa membaca dan menyimak maakanya harus dibimbing.
Selain itu orang tua juga sudah bosan dengan keadaan seperti ini. Dan kondisi ini juga membuat menurunnya kompetensi peserta didik seperti kaitan dengan karakter anak,” tandasnya.