NEGARA – Warga Banjar Loloan, Desa Medewi terdampak banjir bandang 15 Januari lalu sebagian sudah meninggalkan tenda pengungsian.
Hingga kemarin hanya tiga kepala keluarga yang masih bertahan di tenda pengungsian karena rumah mereka rusak berat, bahkan hilang terbawa banjir bandang.
Sebanyak sembilan kepala keluarga yang kembali ke rumah masing-masing setelah beberapa hari tinggal di tenda pengungsian, karena rumah mereka tidak terdampak banjir terlalu parah.
Mereka mengungsi hanya karena masih trauma terjadi banjir susulan. “Sekarang hanya tinggal tiga kepala keluarga di pengungsian,” kata Agus Suparwan, salah satu pengungsi.
Menurut Agus, tiga kepala keluarga yang masih tinggal di pengungsian karena rumah sudah rusak parah. Seperti milik mertua Agus, Misbah, yang rumahnya hanyut terbawa banjir dengan tanahnya.
“Rumah saya juga rusak parah, bagian pondasi belakang hilang. Jadi tidak mungkin bisa ditempati lagi,” ungkapnya.
Kebutuhan sandang dan pangan warga yang tinggal di pengungsian tercukupi dengan bantu banyak donatur. Warga yang mengungsi berharap segera bisa tinggal di rumah sendiri.
Karena tanah yang sebelumnya rawan disapu banjir, Agus dan mertuanya akan membangun rumah baru di tanah lain di sebelah utara rumahnya yang saat ini rusak karena banjir. “Belum tahu sampai kapan tinggal di pengungsian. Rumah juga belum ada,” terangnya.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Gusti Ngurah Dharma Putra mengatakan, korban banjir bandang di Desa Medewi, saat ini memang masih tiga kepala keluarga bertahan di pengungsian.
Sementara sembilan kepala keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. “Bagi warga yang rumahnya terdampak bencana banjir, masih kami upayakan untuk mendapat bantuan dari provinsi melalui BPBD Provinsi,” ujarnya.
Menurutnya, untuk proses bantuan bagi warga yang rumahnya terdampak banjir, baik yang rusak ringan dan berat sudah dilakukan pendataan.
Pihaknya sudah mendorong perbekel untuk segera membuat surat permohonan bantuan agar koran terdampak banjir mendapat kepastian bantuan untuk membangun rumah.