24 C
Jakarta
13 September 2024, 1:01 AM WIB

Mesadu ke Golkar, GUPBI Bali Sebut Ada “Permainan” Harga Babi

DENPASAR – Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali mendatangi kantor Golkar Bali, Jumat  (5/2) kemarin.

Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa beserta pengurus dan peternak diterima oleh Ketua DPD Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry.

Hari Suyasa membeberkan permasalahan mengenai peternakan babi di Bali. Terutama persediaan bibit babi yang kurang karena diluluhlantakan oleh virus ASF (African Swine Fever (ASF) yang membuat jumlah babi tersisa 10 persen.

Diduga ada permainan harga babi di pasaran. Sebab, ada masuknya babi yang sakit diduga suspect ASF ke Bali dari Solo.

“Tinggal 10 persen. Artinya sebagian besar yang terdampak  tidak menikmati kejadian ini. Nah, dengan kejadian harga babi mahal seakan-akan diopinikan masyarakat ternak

mendapatkan profit tinggi itu tidak benar. Kemudian ada upaya memasukkan daging babi akhirnya dianggap peternak mengambil untung dan itu diamini sebagian konsumen dan daya pikir itu salah,” jelas Hari.

Bahkan kata Hari, babi yang dikirim dari Solo bukan daging potong, tetapi induk babi yang diduga kena ASF. Dikirim ke Bali dengan biaya yang murah ditingkat tukang potong.

Tetapi di masyarakat tetap dijual tinggi. “Ada permainan yang tidak sehat terjadi. Kemudian ada masuk babi “sampah”. Saya rasa banyak mudarat daripada manfaat.

Pertama penyakit akan masuk kembali terjadi gelombang kedua penyakit di Bali. Babi kita tinggal 10 persen dengan adanya penyakit masuk kacau lagi,” kesalnya.

Menanggapi masalah ini, Sugawa Korry, Wakil Ketua DPRD Bali dan juga ketua DPD Golkar Bali mendesak pemerintah supaya menganggarkan bibit babi baru untuk menghasilkan babi yang sehat.

Sugawa memerintahkan semua anggota DPRD Golkar baik provinsi dan kabupaten/kota mendukung hal ini dan mendesak pemerintah kabupaten/kota.

Sugawa mengaku Bali jangan sampai kebobolan penyakit babi lagi sebab ini akan mematikan masyarakat Bali. Terlebih babi merupakan sumber ekonomi  dan juga tradisi Bali yang identik dengan babi di setiap upacara adat.

“ASF masuk ke Bali setahun lalu mengakibatkan posisi babi di Bali 10 persen. Harga menjadi tinggi, stok langka. Peternak tidak untung karena mereka tidak punya stok karena sudah ada penyakit,

karena  kita sudah dibobol dan daging babi yang diduga ada penyakit lain  masuk ke Bali dan menghabiskan babi di Bali. Kami sepakat  kami dengarkan kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Sugawa meminta Pemerintah Provinsi  Bali ini harus melakukan  persediaan kembali (restocking) babi. Hal ini dilakukan pemerintah supaya meningkatkan ekonomi di tengah  keadaan  ekonomi yang terpuruk ini.

Selain itu, Golkar mendesak agar menyiapkan anggaran yang cukup menyiapkan bibit sehat. Menghilangkan penyakit  atau virus  dengan obat-obatan  mencegah penyakit atau virus  yang menyerang babi. 

DENPASAR – Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali mendatangi kantor Golkar Bali, Jumat  (5/2) kemarin.

Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa beserta pengurus dan peternak diterima oleh Ketua DPD Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry.

Hari Suyasa membeberkan permasalahan mengenai peternakan babi di Bali. Terutama persediaan bibit babi yang kurang karena diluluhlantakan oleh virus ASF (African Swine Fever (ASF) yang membuat jumlah babi tersisa 10 persen.

Diduga ada permainan harga babi di pasaran. Sebab, ada masuknya babi yang sakit diduga suspect ASF ke Bali dari Solo.

“Tinggal 10 persen. Artinya sebagian besar yang terdampak  tidak menikmati kejadian ini. Nah, dengan kejadian harga babi mahal seakan-akan diopinikan masyarakat ternak

mendapatkan profit tinggi itu tidak benar. Kemudian ada upaya memasukkan daging babi akhirnya dianggap peternak mengambil untung dan itu diamini sebagian konsumen dan daya pikir itu salah,” jelas Hari.

Bahkan kata Hari, babi yang dikirim dari Solo bukan daging potong, tetapi induk babi yang diduga kena ASF. Dikirim ke Bali dengan biaya yang murah ditingkat tukang potong.

Tetapi di masyarakat tetap dijual tinggi. “Ada permainan yang tidak sehat terjadi. Kemudian ada masuk babi “sampah”. Saya rasa banyak mudarat daripada manfaat.

Pertama penyakit akan masuk kembali terjadi gelombang kedua penyakit di Bali. Babi kita tinggal 10 persen dengan adanya penyakit masuk kacau lagi,” kesalnya.

Menanggapi masalah ini, Sugawa Korry, Wakil Ketua DPRD Bali dan juga ketua DPD Golkar Bali mendesak pemerintah supaya menganggarkan bibit babi baru untuk menghasilkan babi yang sehat.

Sugawa memerintahkan semua anggota DPRD Golkar baik provinsi dan kabupaten/kota mendukung hal ini dan mendesak pemerintah kabupaten/kota.

Sugawa mengaku Bali jangan sampai kebobolan penyakit babi lagi sebab ini akan mematikan masyarakat Bali. Terlebih babi merupakan sumber ekonomi  dan juga tradisi Bali yang identik dengan babi di setiap upacara adat.

“ASF masuk ke Bali setahun lalu mengakibatkan posisi babi di Bali 10 persen. Harga menjadi tinggi, stok langka. Peternak tidak untung karena mereka tidak punya stok karena sudah ada penyakit,

karena  kita sudah dibobol dan daging babi yang diduga ada penyakit lain  masuk ke Bali dan menghabiskan babi di Bali. Kami sepakat  kami dengarkan kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Sugawa meminta Pemerintah Provinsi  Bali ini harus melakukan  persediaan kembali (restocking) babi. Hal ini dilakukan pemerintah supaya meningkatkan ekonomi di tengah  keadaan  ekonomi yang terpuruk ini.

Selain itu, Golkar mendesak agar menyiapkan anggaran yang cukup menyiapkan bibit sehat. Menghilangkan penyakit  atau virus  dengan obat-obatan  mencegah penyakit atau virus  yang menyerang babi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/