29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:34 AM WIB

Pengusaha Hotel di Karangasem Pengeng Okupansi Kamar Rendah

AMLAPURA – Harapan hunian kamar hotel meningkat di Karangasem pascalibur Nataru seperti jauh panggang dari api.

Saat ini tingkat huniah kamar hotel belum ada tanda-tanda peningkatan. Sejumlah strategi oleh pelaku industri sudah dilakukan, namun belum memberikan efek apapun.

Kondisi ini membuat pengusaha hotel dan restoran di Karangasem pusing karena harus menutup biaya operasional yang cukup besar meski sudah dalam penghematan besar-besaran.

Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa mengungkapkan, tingkat hunian  hotel di Karangasem saat ini masih turun drastis.

Bahkan saat sesi weekend yang biasanya berada di atas 40 persen, justru hanya terisi satu sampai dua tamu saja.

“Menginap hanya satu hari kadang dua hari. Rata-rata tamu lokal. Kalau dari luar hampir tidak ada,” ujar Kariasa.

Selama masa pandemi covid-19, tingkat hunian yang paling tinggi dicapai terjadi saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Saat itu tingkat hunian kamar di atas 40 persen.

Namun, kata Kariasa, kalau dibandingka kondisi sebelum covid-19, tingkat okupansi kamar di Karangasem saat libur Nataru kemarin jauh menurun.

“Setidaknya cukup menggembirakan saat libur Nataru kemarin itu. Baik hotel atau restoran lumayan. Bahkan melebihi dari yang diprediksi . Setelah itu, kembali sepi,” tutur Kariasa.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Karangasem ini memprediksi, lesunya tingkat hunian hotel di Karangasem akan berlanjut hingga Hari Raya Nyepi.

Mengingat pandemi covid-19 hingga hari ini terus mengalami lonjakan kasus. “Kami terus berusaha survive. Sudah berbagai cara juga kami lakukan sampai memberikan harga promo

hingga 75 persen kepada wisatawan domestik yang menginap. Kami sudah lakukan promo ini dari April 2020 lalu. Minimal dengan memberikan promo biaya operasional bisa tertutup,” imbunnya.

Pihaknya berharap, di tengah kesulitan ini pemerintah kembali mengucurkan dana hibah pariwisata.

Dana itu setidaknya bisa meringankan biaya operasional seperti membayar gaji para pekerja, bayar tagihan listrik hingga perawatan hotel. 

AMLAPURA – Harapan hunian kamar hotel meningkat di Karangasem pascalibur Nataru seperti jauh panggang dari api.

Saat ini tingkat huniah kamar hotel belum ada tanda-tanda peningkatan. Sejumlah strategi oleh pelaku industri sudah dilakukan, namun belum memberikan efek apapun.

Kondisi ini membuat pengusaha hotel dan restoran di Karangasem pusing karena harus menutup biaya operasional yang cukup besar meski sudah dalam penghematan besar-besaran.

Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa mengungkapkan, tingkat hunian  hotel di Karangasem saat ini masih turun drastis.

Bahkan saat sesi weekend yang biasanya berada di atas 40 persen, justru hanya terisi satu sampai dua tamu saja.

“Menginap hanya satu hari kadang dua hari. Rata-rata tamu lokal. Kalau dari luar hampir tidak ada,” ujar Kariasa.

Selama masa pandemi covid-19, tingkat hunian yang paling tinggi dicapai terjadi saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Saat itu tingkat hunian kamar di atas 40 persen.

Namun, kata Kariasa, kalau dibandingka kondisi sebelum covid-19, tingkat okupansi kamar di Karangasem saat libur Nataru kemarin jauh menurun.

“Setidaknya cukup menggembirakan saat libur Nataru kemarin itu. Baik hotel atau restoran lumayan. Bahkan melebihi dari yang diprediksi . Setelah itu, kembali sepi,” tutur Kariasa.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Karangasem ini memprediksi, lesunya tingkat hunian hotel di Karangasem akan berlanjut hingga Hari Raya Nyepi.

Mengingat pandemi covid-19 hingga hari ini terus mengalami lonjakan kasus. “Kami terus berusaha survive. Sudah berbagai cara juga kami lakukan sampai memberikan harga promo

hingga 75 persen kepada wisatawan domestik yang menginap. Kami sudah lakukan promo ini dari April 2020 lalu. Minimal dengan memberikan promo biaya operasional bisa tertutup,” imbunnya.

Pihaknya berharap, di tengah kesulitan ini pemerintah kembali mengucurkan dana hibah pariwisata.

Dana itu setidaknya bisa meringankan biaya operasional seperti membayar gaji para pekerja, bayar tagihan listrik hingga perawatan hotel. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/