33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 13:19 PM WIB

Petani Hidroponik Ini Bertahan saat Pandemi dengan Tanam Kangkung

DENPASAR – Bertahan untuk hidup layak di tengah pandemi Covid 19 memang cukup sulit. Kini semua serba hemat karena pemasukan di perekonomian masyarakat kian menyusut.

Ini juga berdampak kepada pengusaha sayuran. Khususnya, mereka yang berkecimpung dengan sayuran hidroponik.

Agus Saskara, pemilik Garasiponik Farm di Ubung Kaja ini kini hanya bisa berharap penjualan sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik ini ke warung-warung kecil sejak pandemi.

“Dulu dibawa ke hotel-hotel, sekarang dibawa ke warung-warung kecil saja,” ujarnya di kebunnya pada Senin (8/2).

Dalam sekali panen, dari kebunnya bisa menghasilkan 200 kilogran sayuran. Seperti kangkung, pakcoy, kailan dan sawi. Namun karena pandemi seperti ini, Agus hanya menanam kangkung saja dengan jumlah yang tak terlalu banyak.

Kangkung-kangkung inilah yang dibawa ke sejumlah warung di seputaran Denpasar. Laku? Tentu, karena sayur hidroponik ini memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibanding dengan ditanam seperti biasanya.

“Lakunya karena dijual dengan harga yang murah saja. Yang penting habis dulu dan bisa dilakukan pembibitan lagi. Dalam sehari, 5 kilo ludes di warung-warung,” ujarnya sambil bersyukur.

Agus pun mengaku tetap optimistis dalam usahanya membangun kebun hidroponik meski saat pandemi seperti ini.

“Kalau kita tak berusaha, bagaimana bisa menyambung hidup meski dalam pandemi seperti ini. Kita harus kreatif,” pungkasnya.

DENPASAR – Bertahan untuk hidup layak di tengah pandemi Covid 19 memang cukup sulit. Kini semua serba hemat karena pemasukan di perekonomian masyarakat kian menyusut.

Ini juga berdampak kepada pengusaha sayuran. Khususnya, mereka yang berkecimpung dengan sayuran hidroponik.

Agus Saskara, pemilik Garasiponik Farm di Ubung Kaja ini kini hanya bisa berharap penjualan sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik ini ke warung-warung kecil sejak pandemi.

“Dulu dibawa ke hotel-hotel, sekarang dibawa ke warung-warung kecil saja,” ujarnya di kebunnya pada Senin (8/2).

Dalam sekali panen, dari kebunnya bisa menghasilkan 200 kilogran sayuran. Seperti kangkung, pakcoy, kailan dan sawi. Namun karena pandemi seperti ini, Agus hanya menanam kangkung saja dengan jumlah yang tak terlalu banyak.

Kangkung-kangkung inilah yang dibawa ke sejumlah warung di seputaran Denpasar. Laku? Tentu, karena sayur hidroponik ini memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibanding dengan ditanam seperti biasanya.

“Lakunya karena dijual dengan harga yang murah saja. Yang penting habis dulu dan bisa dilakukan pembibitan lagi. Dalam sehari, 5 kilo ludes di warung-warung,” ujarnya sambil bersyukur.

Agus pun mengaku tetap optimistis dalam usahanya membangun kebun hidroponik meski saat pandemi seperti ini.

“Kalau kita tak berusaha, bagaimana bisa menyambung hidup meski dalam pandemi seperti ini. Kita harus kreatif,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/