32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:00 PM WIB

Hindari Kerumunan, Suasana Imlek di Kota Gianyar Tak Lagi Semarak

GIANYAR – Semarak Imlek di Konco Cong Po Kong Bio di Kelurahan Gianyar tak seperti sebelum Covid.

Tidak ada pemasangan lampion. Yang menyelenggarakan perayaan pada 12 Februari, hanya 10 orang pengurus saja.

Ketua Pemaksan Konco, Gede Sugiarthana, menyatakan kota Gianyar masuk zona merah. “Karena situasi Gianyar masih zona merah.

Cuma dihadiri pengurus kurang lebih 10 orang. Untuk warga, kami tidak sarankan,” ujarnya ditemui di tempat usahanya kemarin.

Pihaknya juga membuat surat berkop Konco, yang ditujukan kepada masyarakat Tionghoa di kota Gianyar. Pada intinya, menyerukan supaya tidak ke Konco saat perayaan Imlek.

Khusus tanggal 12, atau saat Imlek, tidak ada perayaan. “Biasanya, kalau nggak covid, dari pagi sampai sore ada datang sembahyang. Bawa aturan (persembahan) ke Konco,” jelasnya.

Disamping itu, Konco juga tidak berhias seperti tahun sebelumnya. “Hanya pasang tebu di depan. Tapi nanti pasang tebu tanggal 10. Kalau lampion, kami tidak ada memasang. Kalau dulu pasang lampion,” ungkapnya.

Untuk prosesi upacara, tetap digelar oleh pengurus saja. “Di Konco, pengurus saja yang sembahyang, hanya malam saja.

Tanggal 11 sampai tanggal 12 (pergantian hari). Sembahyang di malam pergantian itu saja. Ritualnya sembahyang penyambutan tahun baru,” terangnya.

Setahu dia, tidak semua Konco menutup pintu. “Tergantung. Kalau kami, karena di Gianyar situasi merah, itu saja sih. Kalau daerah lain, mungkin hijau, ada (dirayakan),” terangnya.

Meski sembahyang ke Konco ditiadakan, namun tidak mengurangi makna Imlek. “Sebenarnya Imlek pergantian tahun, khusus untuk Konghucu, bukan sekadar pergantian tahun.

Seminggu sebelum Imlek ada sembahyang, bersihkan Konco dan pratima. Lalu setelah Imlek, sembahyang jam 12 malam. Waktu Imlek biasanya saling kunjungi,” terangnya.

Kemudian, seminggu setelah Imlek, kata Sugiarthana, sembahyang ke Tuhan. “Itu khusus, secara religi maknanya berjanji tahun ini mau ngapain saja.

Terakhir, saat Cap Gomeh, 15 hari setelah Imlek. Cap Gomeh ini Purnama pertama setelah Imlek,” bebernya.

Meski tidak semeriah tahun sebelumnya, namun rentetan acara tetap digelar di Konco. “Itu, yang dari awal sudah kami saja, terbatas orangnya. Dan kami juga lengkap pakai masker, tetap ikuti protokol kesehatan,” ungkapnya.

Yang jelas, kata dia, pada intinya, perayaan Imlek kali ini untuk memohon keselamatan. “Ada juga orang yang dari sisi Feng shui ada yang tak cocok di hari kelahirannya.

Di sana kita minta (memohon, red). Ada juga di sejumlah kelenteng, melakukan ritual buang sial,” ungkapnya.

Khusus situasi Covid, pihaknya mohonkan keselamatan supaya cepat berakhir. “Untuk umat di kota Gianyar sebanyak 120 KK kami minta sembahyang di rumah masing-masing,” pungkasnya. 

GIANYAR – Semarak Imlek di Konco Cong Po Kong Bio di Kelurahan Gianyar tak seperti sebelum Covid.

Tidak ada pemasangan lampion. Yang menyelenggarakan perayaan pada 12 Februari, hanya 10 orang pengurus saja.

Ketua Pemaksan Konco, Gede Sugiarthana, menyatakan kota Gianyar masuk zona merah. “Karena situasi Gianyar masih zona merah.

Cuma dihadiri pengurus kurang lebih 10 orang. Untuk warga, kami tidak sarankan,” ujarnya ditemui di tempat usahanya kemarin.

Pihaknya juga membuat surat berkop Konco, yang ditujukan kepada masyarakat Tionghoa di kota Gianyar. Pada intinya, menyerukan supaya tidak ke Konco saat perayaan Imlek.

Khusus tanggal 12, atau saat Imlek, tidak ada perayaan. “Biasanya, kalau nggak covid, dari pagi sampai sore ada datang sembahyang. Bawa aturan (persembahan) ke Konco,” jelasnya.

Disamping itu, Konco juga tidak berhias seperti tahun sebelumnya. “Hanya pasang tebu di depan. Tapi nanti pasang tebu tanggal 10. Kalau lampion, kami tidak ada memasang. Kalau dulu pasang lampion,” ungkapnya.

Untuk prosesi upacara, tetap digelar oleh pengurus saja. “Di Konco, pengurus saja yang sembahyang, hanya malam saja.

Tanggal 11 sampai tanggal 12 (pergantian hari). Sembahyang di malam pergantian itu saja. Ritualnya sembahyang penyambutan tahun baru,” terangnya.

Setahu dia, tidak semua Konco menutup pintu. “Tergantung. Kalau kami, karena di Gianyar situasi merah, itu saja sih. Kalau daerah lain, mungkin hijau, ada (dirayakan),” terangnya.

Meski sembahyang ke Konco ditiadakan, namun tidak mengurangi makna Imlek. “Sebenarnya Imlek pergantian tahun, khusus untuk Konghucu, bukan sekadar pergantian tahun.

Seminggu sebelum Imlek ada sembahyang, bersihkan Konco dan pratima. Lalu setelah Imlek, sembahyang jam 12 malam. Waktu Imlek biasanya saling kunjungi,” terangnya.

Kemudian, seminggu setelah Imlek, kata Sugiarthana, sembahyang ke Tuhan. “Itu khusus, secara religi maknanya berjanji tahun ini mau ngapain saja.

Terakhir, saat Cap Gomeh, 15 hari setelah Imlek. Cap Gomeh ini Purnama pertama setelah Imlek,” bebernya.

Meski tidak semeriah tahun sebelumnya, namun rentetan acara tetap digelar di Konco. “Itu, yang dari awal sudah kami saja, terbatas orangnya. Dan kami juga lengkap pakai masker, tetap ikuti protokol kesehatan,” ungkapnya.

Yang jelas, kata dia, pada intinya, perayaan Imlek kali ini untuk memohon keselamatan. “Ada juga orang yang dari sisi Feng shui ada yang tak cocok di hari kelahirannya.

Di sana kita minta (memohon, red). Ada juga di sejumlah kelenteng, melakukan ritual buang sial,” ungkapnya.

Khusus situasi Covid, pihaknya mohonkan keselamatan supaya cepat berakhir. “Untuk umat di kota Gianyar sebanyak 120 KK kami minta sembahyang di rumah masing-masing,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/