25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:33 AM WIB

Nyepi Barengan dengan Ibadah Minggu, Ini Persiapan Umat Kristen Bali

SINGARAJA – Musyawarah Pelayanan Umat Kristen (MPUK) Buleleng menyiapkan skema ibadah bagi umat, jelang hari raya Nyepi yang jatuh pada Minggu (14/3) lusa.

Skema disiapkan, sebab jemaat tidak akan bisa pergi ke gereja untuk beribadah pada Minggu nanti.

Ketua MPUK Buleleng Pendeta Putu Yosa Yogiartha mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan MPUK Bali.

Hasil kesepakatan dengan MPUK Bali, juga telah disampaikan pada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Buleleng dan jemaat gereja.

Menurut Pendeta Yogi, hari raya Nyepi merupakan hari yang sangat disucikan oleh umat Hindu. Umat kristiani yang tinggal di Bali pun sangat mengapresiasi hari raya itu.

Jemaat kristiani menyatakan bahwa nyepi menjadi hari dan memomentuk yang baik untuk bumi. Namun pada hari Minggu, umat kristiani juga biasanya menggelar ibadah di gereja.

Solusinya, MPUK Buleleng menyiapkan sejumlah skema dalam proses ibadah di gereja. Menurutnya gereja dianjurkan untuk menggelar ibadah pada hari Sabtu.

Ibadah dapat dilakukan secara bergelombang mulai dari sore hari hingga malam hari, guna menghindari kerumunan jemaat dalam proses ibadah.

Apabila ibadah tidak dapat dilaksanakan pada Sabtu, maka gereja dianjurkan merekam proses ibadah dan khotbah.

Sehingga jemaat dapat melakukan ibadah secara mandiri di rumah masing-masing. Jemaat juga dapat mengikuti ibadah secara daring, dengan merujuk denominasi masing-masing gereja.

“Ibadah daring ini sangat opsional. Karena saat Nyepi itu kan internet dari jaringan seluler non aktif. Hanya lewat jaringan kabel saja.

Kalau memang saat itu bisa mengakses internet, silahkan mengikuti ibadah daring. Jemaat sudah biasa mengikuti ibadah secara daring,” ujar Yogi.

Menurut Yogi, sebenarnya ada alternatif lain dalam pelaksanaan ibadah di gereja. Jemaat diizinkan melakukan ibadah mulai pukul 00.00 Minggu (14/3) dini hari hingga pukul 05.00 pagi.

Namun pola itu dianggap tidak efektif. “Karena nyepi itu kan sudah mulai jam 06.00 pagi. Kalau jemaat masih dalam perjalanan pulang,

itu kan justru memicu suasana yang tidak kondusif. Makanya kami anjurkan sebaiknya pindah hari. Toh tidak mengurangi makna dari ibadah,” tegasnya. 

SINGARAJA – Musyawarah Pelayanan Umat Kristen (MPUK) Buleleng menyiapkan skema ibadah bagi umat, jelang hari raya Nyepi yang jatuh pada Minggu (14/3) lusa.

Skema disiapkan, sebab jemaat tidak akan bisa pergi ke gereja untuk beribadah pada Minggu nanti.

Ketua MPUK Buleleng Pendeta Putu Yosa Yogiartha mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan MPUK Bali.

Hasil kesepakatan dengan MPUK Bali, juga telah disampaikan pada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Buleleng dan jemaat gereja.

Menurut Pendeta Yogi, hari raya Nyepi merupakan hari yang sangat disucikan oleh umat Hindu. Umat kristiani yang tinggal di Bali pun sangat mengapresiasi hari raya itu.

Jemaat kristiani menyatakan bahwa nyepi menjadi hari dan memomentuk yang baik untuk bumi. Namun pada hari Minggu, umat kristiani juga biasanya menggelar ibadah di gereja.

Solusinya, MPUK Buleleng menyiapkan sejumlah skema dalam proses ibadah di gereja. Menurutnya gereja dianjurkan untuk menggelar ibadah pada hari Sabtu.

Ibadah dapat dilakukan secara bergelombang mulai dari sore hari hingga malam hari, guna menghindari kerumunan jemaat dalam proses ibadah.

Apabila ibadah tidak dapat dilaksanakan pada Sabtu, maka gereja dianjurkan merekam proses ibadah dan khotbah.

Sehingga jemaat dapat melakukan ibadah secara mandiri di rumah masing-masing. Jemaat juga dapat mengikuti ibadah secara daring, dengan merujuk denominasi masing-masing gereja.

“Ibadah daring ini sangat opsional. Karena saat Nyepi itu kan internet dari jaringan seluler non aktif. Hanya lewat jaringan kabel saja.

Kalau memang saat itu bisa mengakses internet, silahkan mengikuti ibadah daring. Jemaat sudah biasa mengikuti ibadah secara daring,” ujar Yogi.

Menurut Yogi, sebenarnya ada alternatif lain dalam pelaksanaan ibadah di gereja. Jemaat diizinkan melakukan ibadah mulai pukul 00.00 Minggu (14/3) dini hari hingga pukul 05.00 pagi.

Namun pola itu dianggap tidak efektif. “Karena nyepi itu kan sudah mulai jam 06.00 pagi. Kalau jemaat masih dalam perjalanan pulang,

itu kan justru memicu suasana yang tidak kondusif. Makanya kami anjurkan sebaiknya pindah hari. Toh tidak mengurangi makna dari ibadah,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/