AMLAPURA – Komoditi cabai mengalami lonjakan harga yang signifikan sejak dua hari menjelang pergantian tahun. Kondisi ini dipicu cuaca hujan yang berlangsung sejak awal Desember dan diperparah sejak beberapa minggu terakhir membuat tanaman cabai terutama cabai rawit mengalami kerusakan. Kondisi ini berimbas pada kenaikan harga cabai di pasar tradisional.
Pantauan koran ini, Jumat (12/3) di Pasar tradisional Amlapura Timur, bahan dapur yang memiliki nama latin capsicum frutescens ini harganya mencapai Rp110 ribu per kilogram. Tingginya harga cabai rawit membuat konsumen terutama para pelaku usaha kuliner yang membutuhkan cabai dalam jumlah banyak harus puta otak menyiasati situasi ini.
Salah seorang pedagang bahan dan bumbu dapur Ni Wayan Wardani mengungkapkan kondisi kenaikan harga cabai ini terjadi dua hari menjelang pergantian tahun baru. Saat itu, untuk harga cabai kecil ia harga jualnya sudah mencapai Rp40 ribu per kilogram. “Harganya kadang naik, nanti turun. Nah sejak beberapa minggu ini naik. Sekarang harga jualnya sudah mencapai Rp110 ribu per kilo,” ujarnya.
Cabai kecil yang ia dapatkan tersebut merupakan cabai pasokan dari Jawa Timur. Kenaikan harga cabai kata dia akibat musim hujan yang terus berlangsung dan membuat tanaman cabai jadi rusak.
“Karena hujan, hasil panen petani jadi turun. Karena pasokan sedikit, otomatis harganya naik dua kali lipat,” kata pedagang asal Lingkungan Batan Nyuh, Kecamatan Karangasem ini.
Salah seorang pembeli, Ramli, 36, yang kesehariannya sebagai pedagang bakso terpaksa mengurangi pembelian cabai kecil yang digunakan sebagai sambal. Biasanya, untuk kebutuhan sambal ia membeli cabai setengah kilogram.
“Sekarang seperempat aja. Mahal kalau beli setengah kilo,” akunya.
Ia berharap harga cabai kembali normal sehingga semua masyarakat bisa membeli kebutuhan seperti biasa. Terlebih di masa pandemi yang masih cukup sulit.