33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:23 PM WIB

Ajarkan Kejujuran & Nasionalisme, Dekat dengan Keluarga Guntur Sukarno

Ni Luh Putu Sugianitri atau kerap disapa  Nitri, mantan ajudan Presiden Pertama Indonesia, Ir. Sukarno menjelang peralihan kekuasaan tahun 1965, telah berpulang, Senin (15/3) dini hari di RS Sanglah.

Perempuan 72 tahun tersebut meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Di mata anak dan kerabatnya,

Nitri adalah sosok yang kerap mengajarkan kejujuran, kebangsaan, kedisiplinan, prinsip hidup dan juga gemar berbagi kepada sesama.

 

MADE DWIJA PUTRA, Denpasar

RUMAH duka Ni Luh Putu Sugianitri alias Nitri yang berlokasi di Jalan Drupadi 99 X Denpasar, terlihat dipenuhi kerabat dan handai taulan saat Jawa Pos Radar Bali datang.

Di jalan masuk rumah terpampang sejumlah karangan bunga yang berisi ungkapan turut berduka cita atas kepergian ajudan presiden pertama yang berasal dari Desa Babahan, Penebel, Tabanan ini.

Memasuki rumah, anak-anak almarhumah terlihat berkumpul di kediamannya. Jenazah Nitri masih titip di RS Sanglah sembari menunggu proses ritual kremasi, Kamis besok (18/3) di Krematorium Mumbul, Kuta Selatan.

Fajar Rohita, anak pertama  Nitri menerangkan, ibunya merasakan sakit semenjak enam bulan lalu. Sebelum meninggal, almarhumah mengidap penyakit kista, ginjal dan juga anemia.

Selama enam bulan itu sudah tiga kali sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Namun yang opname yang ketiga kali kondisi sudah mulai drop yakni pada tanggal 10 Maret sempat dirawat di RS Bali Med.

Karena kesehatannya menurun pada Pengerupukan atau pada tanggal 13 Maret dirujuk ke RSUP Sanglah. Kesehatannya sempat stabil.

Ketika mau menjalani operasi, kesehatan almarhumah kembali menurun dan akhirnya meninggal dunia.

“Ibu meninggal di RS Sanglah pada Senin 15 Maret pukul 03.00 atau masih dalam suasana nyepi,” terang Fajar Rohita kepada Jawa Pos Radar Bali.

Nitri meninggalkan tujuh orang anak dan lima cucu. Tiga anak almarhum dari suami pertama, Memet Slamet adalah Fajar Rohita, Oki Kurniawan, dan Pria Kunta Biswara.

Memet Slamet pada zaman Orde Lama adalah penyanyi istana. Memet adalah vokalis dari Aneka Nada Band yang beranggotakan Sam (vokal),

Atjil (vokal dan gitar), Guntur Sukarnoputra (gitar), Iwan (Bass), Jessy Wenas (gitar dan vocal), dan Indradi (Drummer). Memet Slamet juga dikenal sebagai vokalis di Kwartet Bintang.

Kemudian dari suami keduanya Tu Gde Parwatha asal Tainsiat, Denpasar, almarhumah dikaruniai empat anak. Yakni Putu Aliki, Kadek Damana, Komang Alia dan Ketut Damesa.

“Pengalaman kami berkesan sebagai anak, selain sebagai ibu saya, banyak hal yang diajarkan kepada kami. Saya yakin semua ibu mengajarkan yang baik seperti tentang kejujuran,

kebangsaan, prinsip itu yang cukup mengejutkan bagi saya. Juga soal berbagi ke sesama orang lain walaupun kecil,” bebernya.

Mengenai pengalaman ibunya sebagai ajudan Bung Karno, Fajar mengakui tidak begitu banyak tahu tentang pengalaman ibunya.

Itu pun banyak diketahui melalui media. Namun, yang ia paling ingat dan diceritakan langsung ibunya itu selalu bertugas tanpa seragam.

Yakni seperti secret service walau pun di acara tertentu ibunya membawa senjata tetapi orang-orang menyangka Nitri itu seperti keluarganya, terlebih juga seumuran dengan anak-anaknya.

“Itu yang sering diceritakan, selain itu juga kerap menemani pada acara kesenian karena Bung Karno penyuka seni seperti keroncong. Itu saja yang saya ingat, ” terangnya.

Ibunya itu sebagai ajudan cuma dua tahun yakni dari 1965-1967. Namun setelah dijadwalkan ditugaskan di tempat lain, ibunya malah memilih berhenti dan menikah.

Setelah berumah tangga, Nitri membangun bisnisnya seperti ekspor perhiasan, furniture, lukisan dan aneka kerajinan ke Jerman.

Selain itu juga sempat membuka restoran Korea di Kuta. Setelah berbisnis dia kerap berkebun jeruk dan aneka tanaman buah, selain juga sibuk mengurusi anak-anaknya.

Kendati begitu hubungan dengan keluarga Bung Karno masih tetap baik. Sebab, ibunya juga hampir semua tahu anak-anak dari Presiden RI pertama tersebut.

“Kita tidak berhubungan secara politik, tapi hubungan keluarga masih baik. Kalau saya sendiri juga sering bertemu dengan om Guntur (Guntur Sukarno Putra),” pungkasnya. (*)

 

Ni Luh Putu Sugianitri atau kerap disapa  Nitri, mantan ajudan Presiden Pertama Indonesia, Ir. Sukarno menjelang peralihan kekuasaan tahun 1965, telah berpulang, Senin (15/3) dini hari di RS Sanglah.

Perempuan 72 tahun tersebut meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Di mata anak dan kerabatnya,

Nitri adalah sosok yang kerap mengajarkan kejujuran, kebangsaan, kedisiplinan, prinsip hidup dan juga gemar berbagi kepada sesama.

 

MADE DWIJA PUTRA, Denpasar

RUMAH duka Ni Luh Putu Sugianitri alias Nitri yang berlokasi di Jalan Drupadi 99 X Denpasar, terlihat dipenuhi kerabat dan handai taulan saat Jawa Pos Radar Bali datang.

Di jalan masuk rumah terpampang sejumlah karangan bunga yang berisi ungkapan turut berduka cita atas kepergian ajudan presiden pertama yang berasal dari Desa Babahan, Penebel, Tabanan ini.

Memasuki rumah, anak-anak almarhumah terlihat berkumpul di kediamannya. Jenazah Nitri masih titip di RS Sanglah sembari menunggu proses ritual kremasi, Kamis besok (18/3) di Krematorium Mumbul, Kuta Selatan.

Fajar Rohita, anak pertama  Nitri menerangkan, ibunya merasakan sakit semenjak enam bulan lalu. Sebelum meninggal, almarhumah mengidap penyakit kista, ginjal dan juga anemia.

Selama enam bulan itu sudah tiga kali sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Namun yang opname yang ketiga kali kondisi sudah mulai drop yakni pada tanggal 10 Maret sempat dirawat di RS Bali Med.

Karena kesehatannya menurun pada Pengerupukan atau pada tanggal 13 Maret dirujuk ke RSUP Sanglah. Kesehatannya sempat stabil.

Ketika mau menjalani operasi, kesehatan almarhumah kembali menurun dan akhirnya meninggal dunia.

“Ibu meninggal di RS Sanglah pada Senin 15 Maret pukul 03.00 atau masih dalam suasana nyepi,” terang Fajar Rohita kepada Jawa Pos Radar Bali.

Nitri meninggalkan tujuh orang anak dan lima cucu. Tiga anak almarhum dari suami pertama, Memet Slamet adalah Fajar Rohita, Oki Kurniawan, dan Pria Kunta Biswara.

Memet Slamet pada zaman Orde Lama adalah penyanyi istana. Memet adalah vokalis dari Aneka Nada Band yang beranggotakan Sam (vokal),

Atjil (vokal dan gitar), Guntur Sukarnoputra (gitar), Iwan (Bass), Jessy Wenas (gitar dan vocal), dan Indradi (Drummer). Memet Slamet juga dikenal sebagai vokalis di Kwartet Bintang.

Kemudian dari suami keduanya Tu Gde Parwatha asal Tainsiat, Denpasar, almarhumah dikaruniai empat anak. Yakni Putu Aliki, Kadek Damana, Komang Alia dan Ketut Damesa.

“Pengalaman kami berkesan sebagai anak, selain sebagai ibu saya, banyak hal yang diajarkan kepada kami. Saya yakin semua ibu mengajarkan yang baik seperti tentang kejujuran,

kebangsaan, prinsip itu yang cukup mengejutkan bagi saya. Juga soal berbagi ke sesama orang lain walaupun kecil,” bebernya.

Mengenai pengalaman ibunya sebagai ajudan Bung Karno, Fajar mengakui tidak begitu banyak tahu tentang pengalaman ibunya.

Itu pun banyak diketahui melalui media. Namun, yang ia paling ingat dan diceritakan langsung ibunya itu selalu bertugas tanpa seragam.

Yakni seperti secret service walau pun di acara tertentu ibunya membawa senjata tetapi orang-orang menyangka Nitri itu seperti keluarganya, terlebih juga seumuran dengan anak-anaknya.

“Itu yang sering diceritakan, selain itu juga kerap menemani pada acara kesenian karena Bung Karno penyuka seni seperti keroncong. Itu saja yang saya ingat, ” terangnya.

Ibunya itu sebagai ajudan cuma dua tahun yakni dari 1965-1967. Namun setelah dijadwalkan ditugaskan di tempat lain, ibunya malah memilih berhenti dan menikah.

Setelah berumah tangga, Nitri membangun bisnisnya seperti ekspor perhiasan, furniture, lukisan dan aneka kerajinan ke Jerman.

Selain itu juga sempat membuka restoran Korea di Kuta. Setelah berbisnis dia kerap berkebun jeruk dan aneka tanaman buah, selain juga sibuk mengurusi anak-anaknya.

Kendati begitu hubungan dengan keluarga Bung Karno masih tetap baik. Sebab, ibunya juga hampir semua tahu anak-anak dari Presiden RI pertama tersebut.

“Kita tidak berhubungan secara politik, tapi hubungan keluarga masih baik. Kalau saya sendiri juga sering bertemu dengan om Guntur (Guntur Sukarno Putra),” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/