TABANAN – Proyek pemerintah pusat berupa pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) di Desa Sanda, Kecamatan Pupuan, Tabanan yang mencapai puluhan miliar tak jelas peruntukkan dan nasibnya.
Pembangunan proyek itu sejatinha telah rampung dan diserahkan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan pada 2019 lalu. Ironisnya TPP Sanda yang dibangun malah tanpa adanya aktivitas apapun. Hanya sebuah hiasan semata.
TTP Sanda dilakukan pembangunan oleh pihak BWS Bali Penida dengan pagu anggaran sebesar Rp 11 miliar.
Dari pantauan RadarBali.id, TTP Sanda memiliki luas lahan sekitar enam hektar lebih. Namun dalam kawasan tersebut hanya ditata seadanya.
Memang beberapa unit bangunan penunjang telah dibanguan. Sayangnya tidak ada aktivitas sama sekali. Sekalipun TTP itu kini sudah dilengkapi dengan dua embung penampungan air untuk pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana yang dikonfirmasi tak menampik perihal kondisi TTP Sanda Pupuan.
Menurutnya, situasi itu tidak lepas dari ketiadaan tenaga atau sumber daya manusia (SDM). Khususnya yang berkompeten di bidang teknologi pertanian. Sesuai dengan namanya.
“Kami sudah mengupayakan agar bisa dijadikan UPTD. Sehingga ada tenaga khusus yang bertugas di sana. Hasil koordinasi sementara ini dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali belum bisa,” jelas Budana, Minggu (20/3).
Dikatakannya, gagasan untuk mengupayakan agar TTP tersebut menjadi UPTD bukan tanpa sebab. Meniru langkah yang diterapkan di Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, TTP setempat telah berbentuk UPTD.
“Gambaran awalnya seperti itu. Kami berharap bisa jadi UPTD. Tapi belum disetujui provinsi,” sebutnya.
Sempat juga ada usulan untuk menempatkan Pegawai Penyuluh Lapangan (PPL) di sana. Namun, itu hanya bisa dilakukan sebatas dua orang saja.
Itupun dengan tugas sebatas memelihara dan mengawasi gedung dan areal TTP. Kalau mengandalkan tenaga atau SDM dari Dinas Pertanian sendiri, jumlah yang ada saat ini sudah sangat terbatas.
“Mesti tenaga khusus. Misalnya, mengolah kopi. Tenaga yang kompeten di bidang itu. Sempat kami mengusulkan untuk pembibitan benih sayuran. Namun terbatas anggaran. Dua (hal) ini yang penting. Tenaga khusus dan dukungan anggaran,” ujarnya.
Selain mengajukan usulan itu, pihaknya juga telah berinisiatif untuk meminta masukan sejumlah akademisi. Setidaknya ada tiga profesor dari Universitas Udayana yang telah diminta pendapatnya terkait aktivitas apa yang bisa dikembangkan di TTP Sanda.
“Itu inisiatif kami tanpa anggaran. Maksudnya agar ada aktivitas di TTP sesuai dengan namanya. Hasil diskusi kami dengan beberapa akademisi, salah satunya membuat greenhouse,” ungkapnya.
Keberadaan greenhouse diharapkan bisa menjadi tempat uji coba pola tanam dari berbagai jenis tanaman. Baik hortikultura atau pangan.
Terlebih TTP juga sudah dilengkapi dengan sarana gedung penunjang seperti gedung alsinta (alat dan mesin pertanian), gedung hasil pengolahan, dan beberapa gedung lainnya.
“Sebenarnya program kami seperti itu. Supaya jalan. Namanya Taman Teknologi Pertanian. Ya biar sesuai dengan namanya. Tetapi sekarang ini kendalanya yang pertama adalah tenaga,” jelasnya.
Kondisi TTP Sanda tidak beroperasi sama sekali sebenarnya juga diketahui oleh Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya ketika melakukan inspeksi mendadak usai menghadiri lomba Barista Kopi yang digelar di Desa Batungsel, Pupuan.