RadarBali.com – Rivalitas, psywar, dan teror yang pertama kali terjadi antara Bali United dan PSM Makassar akhirnya berbuah antiklimaks bagi kedua tim.
Apa yang dikatakan sebagian orang jika Bali United bisa imbang atau menang di Stadion Andi Mattalatta Senin malam kemarin (6/11), Bali United tidak bisa pulang dengan “selamat”, akhirnya terbukti.
Terus menggempur dari babak pertama, PSM Makassar akhirnya harus kalah dengan skor tipis 0-1 melalui gol yang dilesakkan Stefano Lilipaly pada menit ke-94.
Padahal, sebelumnya Stefano sempat bersitegang dengan Sylvano Comvalius karena tidak memberikan umpan kepadanya.
Mungkin itu sedikit taktik dan strategi untuk memecah konsentrasi di babak pertama. Setelah gol yang diciptakan Stefano, kerusuhan pun terjadi.
Suporter PSM langsung melempar botol ke arah lapangan. Sontak pula polisi pun langsung membuat barikade di bench Bali United.
Lemparan botol bertubi-tubi terus dilakukan dan diarahkan ke ofisial, pelatih dan pemain Bali United yang berada di tengah lapangan.
Tetapi awal mula kerusuhan dan emosi suporter terjadi sebelum gol. Dari penuturan saksi mata, Ferdinand Sinaga memulai provokasi dengan menendang bola ke arah bench Bali United.
Kejadian itu terjadi sekitar menit ke-88. Sontak I Gede Sukadana juga terlecut emosinya. Setelah gol terjadi, Asisten Pelatih PSM Makassar Bahar Muharram menuju bench Bali United dan memprotes gol tersebut.
Tetapi Ferdinand yang langsung marah kepada Yabes Roni Malaifani. Lanjut saksi, Bahar lebih dulu memukul Ricky Fajrin dari belakang. Sontak Ricky membalas pukulan yang dilakukan Bahar.
Kejadian terus berlangsung panas. Para pemain di lapangan termasuk pemain cadangan diarahkan ke tengah lapangan.
Sudah dikumpulkan di tengah lapangan, justru I Gede Sukadana mendapat dua kali pukulan dari belakang oleh salah satu oknum PSM.
Kemungkinan besar, oknum tersebut adalah ofisial PSM. Kejadian tidak mengenakkan berlanjut. Di tunnel, Asisten Pelatih Bali United Eko Purdjianto terkena tekel salah satu suporter.
DI ruang ganti pun, suasana cukup mencekam. Skuad Bali United tidak bisa keluar karena sudah dihadang oleh pendukung PSM Makassar.
Mereka terus berusaha mendobrak pintu masuk ruang ganti yang terhubung langsung ke luar stadion.
Kekalahan memang menyakitkan bagi PSM karena kekalahan jelas menutup harapan untuk menjadi juara di ulang tahunnya yang ke-102.
Skuad Bali United pun langsung diarahkan oleh panpel untuk menuju ruang disebelah locker room.
Suasana masih belum kondusif, akhirnya skuad Bali United menggunakan Barcuda diarahkan ke Mako Brimob Polda Sulsel.
Dengan kejadian ini, Ricky Fajrin dan Sukadana mengalami memar di kepala. Sedangkan Eko Purdjianto mengalami luka di kaki.
Sebelum pertandingan pun, sudah mulai sedikit tegang. Panpel PSM Makassar berlaku kasar kepada ofisial dan pemain Bali United setibanya di stadion dan ingin menuju ruang ganti pemain, panpel PSM tidak memberikan masuk salah satu ofisial Bali United.
Justru panpel mendoron gelandang Bali United Muhammad Taufiq. Sontak Taufiq sedikit naik pitam dan beruntung bisa diredam amarahnya.
Pun demikian dengan sang top skorer Bali United Sylvano Comvalius yang turun dari bus paling akhir. Dia justru tidak diberikan masuk oleh panpel. Ini benar-benar intimidasi yang sangat tidak terpuji oleh pihak PSM Makassar.
Atas kejadin ini, konferensi pers usai pertandingan pun tidak dilakukan. Untuk pihak PSM sendiri, belum jelas sanksi apa yang akan diberikan oleh PT LIB selaku operator dan PSSI sebagai induk organisasi sepakbola Indonesia