29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:13 AM WIB

Sektor Pariwisata Sensitif, Koster Mulai Lirik Pertanian dan Kelautan

SINGARAJA – Gubernur Bali Wayan Koster meminta agar para pedagang di Pasar Banyuasri memasang daftar harga tetap alias fix price saat berjualan.

Sehingga masyarakat mendapat kepastian harga dalam bertransaksi. Hal itu diungkapkan Wayan Koster, saat meresmikan Pasar Banyuasri pagi kemarin (30/3).

Koster nampak didampingi oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengaku cukup terkejut pasar bisa selesai tepat waktu.

Mengingat tahun 2020 terjadi pandemi covid-19. Sehingga pemerintah harus melakukan refocusing anggaran.

Bahkan pada tahun 2020 lalu, sempat muncul opsi pinjaman daerah untuk menyelesaikan proyek pasar tersebut.

“Kaget juga saya pasar ini bisa selesai tepat waktu, pada masa pandemi. Bisa selesai dengan kondisi keuangan yang terbatas. Ini pekerjaan besar untuk level kabupaten,” kata Koster.

Koster meminta agar Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng melakukan tata kelola manajerial pasar yang profesional. Salah satunya mendorong pedagang agar memasang daftar harga pada komoditas yang mereka jual.

“Kalau bisa sudah fix price. Jadi orang datang tidak metawah-tawahan lagi. Ini sudah diterapkan di Pasar Sukawati,” ujarnya.

Dengan keberadaan pasar tradisional dengan konsep semi modern itu, Koster berharap agar Pemkab Buleleng memberi porsi yang cukup besar bagi sektor pertanian.

Apalagi Buleleng memiliki sejumlah komoditas unggulan. Seperti anggur, durian, mangga, dan manggis.

Menurutnya Pemprov Bali sendiri tengah menyusun road map perekonomian Bali.

Sektor yang akan mendapat perhatian cukup besar adalah pertanian, kelautan, serta industri olahan. Sehingga Bali tak lagi bergantung pada sektor pariwisata.

“Kita tahu betapa sensitifnya sektor pariwisata. Sehingga kita harus menata kembali pondasi ekonomi kita. Kalau pandemi selesai,

kita akan jadikan pertanian sebagai pilar untuk memperkuat perekonomian Bali. Salah satunya pengadaan industri olahan.

Jadi dimana ada produk, di sana ada industri olahan. Jadi biaya angkut rendah, tenaga kerja terserap, ekonomi juga bergerak,” tegasnya.

SINGARAJA – Gubernur Bali Wayan Koster meminta agar para pedagang di Pasar Banyuasri memasang daftar harga tetap alias fix price saat berjualan.

Sehingga masyarakat mendapat kepastian harga dalam bertransaksi. Hal itu diungkapkan Wayan Koster, saat meresmikan Pasar Banyuasri pagi kemarin (30/3).

Koster nampak didampingi oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengaku cukup terkejut pasar bisa selesai tepat waktu.

Mengingat tahun 2020 terjadi pandemi covid-19. Sehingga pemerintah harus melakukan refocusing anggaran.

Bahkan pada tahun 2020 lalu, sempat muncul opsi pinjaman daerah untuk menyelesaikan proyek pasar tersebut.

“Kaget juga saya pasar ini bisa selesai tepat waktu, pada masa pandemi. Bisa selesai dengan kondisi keuangan yang terbatas. Ini pekerjaan besar untuk level kabupaten,” kata Koster.

Koster meminta agar Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng melakukan tata kelola manajerial pasar yang profesional. Salah satunya mendorong pedagang agar memasang daftar harga pada komoditas yang mereka jual.

“Kalau bisa sudah fix price. Jadi orang datang tidak metawah-tawahan lagi. Ini sudah diterapkan di Pasar Sukawati,” ujarnya.

Dengan keberadaan pasar tradisional dengan konsep semi modern itu, Koster berharap agar Pemkab Buleleng memberi porsi yang cukup besar bagi sektor pertanian.

Apalagi Buleleng memiliki sejumlah komoditas unggulan. Seperti anggur, durian, mangga, dan manggis.

Menurutnya Pemprov Bali sendiri tengah menyusun road map perekonomian Bali.

Sektor yang akan mendapat perhatian cukup besar adalah pertanian, kelautan, serta industri olahan. Sehingga Bali tak lagi bergantung pada sektor pariwisata.

“Kita tahu betapa sensitifnya sektor pariwisata. Sehingga kita harus menata kembali pondasi ekonomi kita. Kalau pandemi selesai,

kita akan jadikan pertanian sebagai pilar untuk memperkuat perekonomian Bali. Salah satunya pengadaan industri olahan.

Jadi dimana ada produk, di sana ada industri olahan. Jadi biaya angkut rendah, tenaga kerja terserap, ekonomi juga bergerak,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/