JAKARTA, Radar Bali – Dorongan kader untuk mengusung Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto di Pilpres 2024 sudah bulat. Namun, Airlangga sendiri masih belum menyatakan dirinya untuk maju sebagai calon presiden (capres).
Ia selalu menegaskan masih fokus untuk menangani pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomian nasional. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menuturkan, meskipun Airlangga belum menyatakan maju secara terbuka, tetapi Airlangga dinilai memiliki dua keunggulan dibanding kandidat capres lain yang diprediksi akan bertarung di Pemilu 2024.
Dua keunggulan itu sudah melekat pada sosok Airlangga. Pertama, koneksi politik dan jejaring ekonomi. Ketua Umum Partai Golkar itu pernah berkiprah baik di jajaran elite parlemen DPR Senayan, maupun sektor ekonomi dengan menjabat sebagai ketua Asosiasi Emiten Indonesia dan sekarang sebagai Menko Perekonomian. Dengan dua kiprah di sektor berpengaruh ini, Airlangga dinilai lebih luwes untuk menggaet jaringan politik dan ekonomi sekaligus.
Keunggulan yang kedua adalah Airlangga sudah memiliki dukungan partai untuk lebih memuluskan jalan menjadi calon presiden. Hal ini juga sudah ditegaskan Golkar yang bulat mengusung sang ketua umum untuk menjadi capres 2024.
“Saya kira dia punya koneksi yang bagus dan punya sokongan partai. Dua hal itu di sejumlah calon belum dimiliki,” tutur Arya, Sabtu (3/4).
Golkar hanya perlu menggandeng satu partai menengah untuk mengusung Airlangga sebagai capres 2024. Arya memprediksi akan muncul empat poros dalam Pilpres 2024. Selain poros Golkar yang sepakat mengusung Airlangga, juga ada poros PDIP, Gerindra, dan Nasdem.
PDIP bisa mengusung capres sendiri karena perolehan suara di Pileg 2019 hampir mencapai 20 persen (19,33 persen). Sementara, Partai Gerindra juga masih ingin mengusung ketua umumnya Prabowo Subianto sebagai Capres 2024. Sama seperti Partai Golkar, Gerindra juga butuh partai menengah untuk mengusung Prabowo.
“Masih sangat panjang, fluktuatif, bisa saja porosnya berubah. Saya sepakat calon lebih dari dua, sehingga kandidat termotivasi untuk berkompetisi. Sehingga akan adu program yang bagus, ujungnya kepentingan publik,” ujar Arya.
Bahkan di antara keempat poros juga bisa saling berkoalisi. Namun, menurut Arya, peluang Airlangga menjadi capres bakal tipis jika berkoalisi dengan Gerindra. Sebab, Gerindra juga masih ngotot untuk memajukan Prabowo Subianto. Hal yang menarik juga dilihat soal kemungkinan koalisi Gerindra dengan PDIP. Arya mengatakan peluang koalisi PDIP-Gerindra memang terbuka. Namun, jika koalisi gagal, PDIP masih bisa mengusung capres sendiri.
Di sisi lain, menurut Arya Partai Golkar masih memiliki pekerjaan rumah untuk mendongkrak popularitas capresnya. Sebab, dikarenakan belum menyatakan maju sebagai capres, sehingga nama Airlangga belum populer menjadi salah satu yang teratas dalam sejumlah lembaga survei.
“Beliau punya tantangan dalam hal meningkatkan popularitas. Tapi calon calon lain juga punya tantangan, misal yang populer tapi tidak punya koneksi, terbatas di level high politic. Tidak bisa mengakses tokoh-tokoh penting di partai atau tidak punya sokongan partai,” ujar Arya.
Diakui Arya, Airlangga sudah terlihat membangun komunikasi dengan beberapa partai untuk menjajaki peluang koalisi. Dalam beberapa waktu terakhir, Airlangga sudah bertemu dengan Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Terakhir, Airlangga juga bertemu Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa.