25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:29 AM WIB

BMKG Peringatkan Bali Terkait Hujan Sangat Lebat dan Angin Kencang

DENPASAR – Pihak BMKG sebagai Tropycal Cyclone Warning Center mendeteksi adanya 2 bibit siklon tropis, yaitu bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Sumatra dan bibit siklon tropis 99S di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.

Intensitas kedua bibit siklon Tropis cenderung menguat dengan pergerakan menjauhi wilayah Indonesia. Secara tidak langsung keberadaan bibit siklon tersebut dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatkan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia, selain itu dapat mendorong peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatkan ketinggian gelombang di sebagian wilayah perairan Indonesia.  

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrim hujan sangat lebat dan angin kencang di Provinsi Sulsel, Bali, NTT dan NTB dalam periode sepekan ke depan mulai tanggal 03 – 09 April 2021. Sedangkan untul banjir bandang (Siaga) pada tanggal 05-06 April 2021 di Provinsi NTT (Kota Kupang, Kab Kupang, dan Kab Rote Ndao). 

Untuk di Bali sendiri, Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG di Bali, Iman Fatchurochman menyebut, untuk Bali sendiri memang masih berpotensi cuaca buruk terutama di wilayah Bali Selatan. 

“Saat ini memang belum berdampak bagi Bali. Hanya saja, terjadi gelombang tinggi di selat Bali dan samudera hindia. Kami terus melakukan monitoring. Untuk nelayan, sebelum berlayar, perhatikan gelombang,” ujarnya saat dihubungi Senin (5/4).

Untuk itu pula, BMKG juga meminta agar BPBD Provinsi dapat berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/ Kota untuk menyiapkan langkah-langkah dan upaya kesiapsiagaan guna mencegah dampak yang mungkin timbul.

Antara lain, melakukan koordinasi secara berkala dengan dinas terkait dan aparatur Kabupaten/Kota di daerah setempat; melakukan monitoring untuk mendapatkan update informasi peringatan dini cuaca.

Selanjutnya, meningkatkan kegiatan sosialisasi, edukasi dan mitigasi terkait upaya pencegahan banjir dan banjir bandang dengan menggunakan media elektronik atau media sosial mengingat wilayah Indonesia sedang mengalami pandemi COVID-19;

Melakukan koordinasi dengan Dinas dan Lembaga/Organisasi terkait (Dinas Kominfo, RAPI, ORARI, SENKOM, Forum PRB Daerah, dll) dalam penyebarluasan informasi peringatan dini banjir, banjir bandang, dan tanah longsor secara berkala sampai kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah yang risiko tinggi;

Menyiapkan dan mensosialisasikan tempat evakuasi yang terpisah antara masyarakat yang sehat dengan terkonfirmasi positif COVID-19; Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat terkait penyiapan fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dsb) dan sistem rujukan terutama bagi rumah sakit yang berada di wilayah risiko tinggi bencana;

Menyiapkan infrastruktur 3T (tracing, testing, treatment) di tempat evakuasi dan pengungsian sesuai protokol tempat pengungsian pada masa pandemi COVID-19 (terlampir) serta menegakkan protokol kesehatan (3M) selama ditempat pengungsian;

Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya yang ada di daerah (sumber daya manusia, peralatan, logistik, dll) serta perencanaan mobilisasinya untuk pengungsi;

 

Apabila diperlukan, dapat menetapkan status darurat bencana dan pembentukan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana serta aktivasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi. 

DENPASAR – Pihak BMKG sebagai Tropycal Cyclone Warning Center mendeteksi adanya 2 bibit siklon tropis, yaitu bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Sumatra dan bibit siklon tropis 99S di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.

Intensitas kedua bibit siklon Tropis cenderung menguat dengan pergerakan menjauhi wilayah Indonesia. Secara tidak langsung keberadaan bibit siklon tersebut dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatkan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia, selain itu dapat mendorong peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatkan ketinggian gelombang di sebagian wilayah perairan Indonesia.  

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrim hujan sangat lebat dan angin kencang di Provinsi Sulsel, Bali, NTT dan NTB dalam periode sepekan ke depan mulai tanggal 03 – 09 April 2021. Sedangkan untul banjir bandang (Siaga) pada tanggal 05-06 April 2021 di Provinsi NTT (Kota Kupang, Kab Kupang, dan Kab Rote Ndao). 

Untuk di Bali sendiri, Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG di Bali, Iman Fatchurochman menyebut, untuk Bali sendiri memang masih berpotensi cuaca buruk terutama di wilayah Bali Selatan. 

“Saat ini memang belum berdampak bagi Bali. Hanya saja, terjadi gelombang tinggi di selat Bali dan samudera hindia. Kami terus melakukan monitoring. Untuk nelayan, sebelum berlayar, perhatikan gelombang,” ujarnya saat dihubungi Senin (5/4).

Untuk itu pula, BMKG juga meminta agar BPBD Provinsi dapat berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/ Kota untuk menyiapkan langkah-langkah dan upaya kesiapsiagaan guna mencegah dampak yang mungkin timbul.

Antara lain, melakukan koordinasi secara berkala dengan dinas terkait dan aparatur Kabupaten/Kota di daerah setempat; melakukan monitoring untuk mendapatkan update informasi peringatan dini cuaca.

Selanjutnya, meningkatkan kegiatan sosialisasi, edukasi dan mitigasi terkait upaya pencegahan banjir dan banjir bandang dengan menggunakan media elektronik atau media sosial mengingat wilayah Indonesia sedang mengalami pandemi COVID-19;

Melakukan koordinasi dengan Dinas dan Lembaga/Organisasi terkait (Dinas Kominfo, RAPI, ORARI, SENKOM, Forum PRB Daerah, dll) dalam penyebarluasan informasi peringatan dini banjir, banjir bandang, dan tanah longsor secara berkala sampai kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah yang risiko tinggi;

Menyiapkan dan mensosialisasikan tempat evakuasi yang terpisah antara masyarakat yang sehat dengan terkonfirmasi positif COVID-19; Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat terkait penyiapan fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dsb) dan sistem rujukan terutama bagi rumah sakit yang berada di wilayah risiko tinggi bencana;

Menyiapkan infrastruktur 3T (tracing, testing, treatment) di tempat evakuasi dan pengungsian sesuai protokol tempat pengungsian pada masa pandemi COVID-19 (terlampir) serta menegakkan protokol kesehatan (3M) selama ditempat pengungsian;

Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya yang ada di daerah (sumber daya manusia, peralatan, logistik, dll) serta perencanaan mobilisasinya untuk pengungsi;

 

Apabila diperlukan, dapat menetapkan status darurat bencana dan pembentukan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana serta aktivasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/