32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:56 PM WIB

Jaga Kualitas Daging, Sapi Dilarang Makan Sampah TPA Suwung

RadarBali.com – DPRD Bali terutama Pansus Ranperda Tentang Perlindungan Sapi Bali mesti cerdas dan cermat dalam bekerja.

Tidak hanya memikirkan bagaimana cara membuat harga daging sapi Bali mahal, tapi juga menjaga kualitas.

Ini mengacu masih banyaknya sapi milik penduduk yang dilepasliarkan di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Suwung, Denpasar.

Sampah organik yang bercampur sampah plastik dan limbah lainnya dinilai berbahaya untuk daging sapi.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakansapi tidak semestinya dibiarkan memakan sampah.

Sebab, sampah yang ada di TPA Suwung bercampur sampah plastik dan limbah berbahaya lainnya.

Pastika juga mengusulkan TPA Suwung dipagari supaya sapi tidak bisa masuk. “Itu (sapi makan sampah) harus dilarang. Harus ada langkah-langkah supaya sapi tidak bisa masuk. Di antaranya ditutup pakai tanah atau yang lain,” ujar Pastika ditemui usai rapat paripurna, kemarin (20/7).

Pastika berharap larangan sapi makan sampah bisa dikoordinasikan terlebih dulu dengan masyarakat setempat. Sebab sapi yang berkeliaran di dalam TPA adalah sapi milik warga.

Menurut Pastika, sapi Bali juga harus dijaga kemurniannya. Mengingat sapi Bali merupakan spesies langka.

“Sapi Bali itu dulunya dari banteng yang sudah dijinakkan leluhur, sehingga wajib dilestarikan,” imbuhnya.

Ke depan, Pastika berharap perda sapi Bali bisa membuat harga daging sapi Bali meningkat. Salah satu caranya yakni memasukkan daging sapi Bali ke dalam hotel. Seluruh hotel di Bali harus menerima daging sapi Bali.

Ditambahkan Pastika, saat ini untuk memenuhi kebutuhan daging sapi harus mengimpor. Pastika menambahkan, kalau saja Bali bisa memenuhi 1.000 ton kebutuhan daging untuk hotel dengan harga baik, maka para petani ternak akan lebih sejahtera.

Karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas daging melalui peningkatan pakan dan perlakuan terhadap sapi pada saat pemeliharaan, pemotongan, dan distribusi.

“Sekarang daging sapi Bali murah sekali dibandingkan daging impor. Bali harus mengimpor 2.000 ton per tahun, itu banyak, lho. Mungkin kuota impor harus dibatasi,” beber mantan Kapolda Papua dan Bali itu.

Ditambahkan, akan ada sentra-sentra peternakan sapi Bali yang dikembangkan. Misalnya pada daerah -daerah yang memiliki sedikit sawah, seperti Nusa Penida, Bangli, dan Jembrana.

Di dalam ranperda pengelolaan sapi Bali, juga akan diatur mengenai kewajiban hotel agar memanfaatkan sapi Bali. 

RadarBali.com – DPRD Bali terutama Pansus Ranperda Tentang Perlindungan Sapi Bali mesti cerdas dan cermat dalam bekerja.

Tidak hanya memikirkan bagaimana cara membuat harga daging sapi Bali mahal, tapi juga menjaga kualitas.

Ini mengacu masih banyaknya sapi milik penduduk yang dilepasliarkan di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Suwung, Denpasar.

Sampah organik yang bercampur sampah plastik dan limbah lainnya dinilai berbahaya untuk daging sapi.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakansapi tidak semestinya dibiarkan memakan sampah.

Sebab, sampah yang ada di TPA Suwung bercampur sampah plastik dan limbah berbahaya lainnya.

Pastika juga mengusulkan TPA Suwung dipagari supaya sapi tidak bisa masuk. “Itu (sapi makan sampah) harus dilarang. Harus ada langkah-langkah supaya sapi tidak bisa masuk. Di antaranya ditutup pakai tanah atau yang lain,” ujar Pastika ditemui usai rapat paripurna, kemarin (20/7).

Pastika berharap larangan sapi makan sampah bisa dikoordinasikan terlebih dulu dengan masyarakat setempat. Sebab sapi yang berkeliaran di dalam TPA adalah sapi milik warga.

Menurut Pastika, sapi Bali juga harus dijaga kemurniannya. Mengingat sapi Bali merupakan spesies langka.

“Sapi Bali itu dulunya dari banteng yang sudah dijinakkan leluhur, sehingga wajib dilestarikan,” imbuhnya.

Ke depan, Pastika berharap perda sapi Bali bisa membuat harga daging sapi Bali meningkat. Salah satu caranya yakni memasukkan daging sapi Bali ke dalam hotel. Seluruh hotel di Bali harus menerima daging sapi Bali.

Ditambahkan Pastika, saat ini untuk memenuhi kebutuhan daging sapi harus mengimpor. Pastika menambahkan, kalau saja Bali bisa memenuhi 1.000 ton kebutuhan daging untuk hotel dengan harga baik, maka para petani ternak akan lebih sejahtera.

Karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas daging melalui peningkatan pakan dan perlakuan terhadap sapi pada saat pemeliharaan, pemotongan, dan distribusi.

“Sekarang daging sapi Bali murah sekali dibandingkan daging impor. Bali harus mengimpor 2.000 ton per tahun, itu banyak, lho. Mungkin kuota impor harus dibatasi,” beber mantan Kapolda Papua dan Bali itu.

Ditambahkan, akan ada sentra-sentra peternakan sapi Bali yang dikembangkan. Misalnya pada daerah -daerah yang memiliki sedikit sawah, seperti Nusa Penida, Bangli, dan Jembrana.

Di dalam ranperda pengelolaan sapi Bali, juga akan diatur mengenai kewajiban hotel agar memanfaatkan sapi Bali. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/