GIANYAR – Bupati Gianyar Made Mahayastra meminta masyarakat memaknai hari raya Galungan dengan instropeksi diri. Tidak saling menghujat. Justru harus saling maaf-memaafkan.
Yang terpenting, hari raya yang masih suasana Covid-19, diharapkan tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes).
“Mari saling maaf-memaafkan. Kemarin kita saling menghujat, tapi di hari raya Galungan ini, hari kemenangan Dharma (kebenaran, red) melawan Adharma kita jadikan momentum untuk intropeksi diri,” pinta Bupati Mahayastra.
Bupati Mahayastra juga mengajak, masyarakat menghilhami hari raya dengan baik. “Jangan sampai di hari raya ini kita jor-joran (berlebihan, red),” ungkapnya.
Politisi asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan itu menambahkan, di desanya, setiap hari raya Galungan sudah terbiasa dengan adonan lawar atau masakan Bali yang bernuansa babi.
“Di kampung saya, setiap orang yang sudah menikah wajib mendapat daging yang harus dibayar per tempek (kelompok, red).
Itulah dijadikan momen kami berkumpul bersama keluarga mengolah daging itu menjadi lawar,” ujar Bupati Mahayastra.
Senin kemarin, Mahayastra pun sempat mengadakan acara makan lawar di belakang kantor bupati bersama sejumlah pegawai.
Bupati langsung mengolah, mengaduk adonan lawar untuk para pegawai. “Seperti sekarang ini. Meskipun sedikit yang penting maknanya,” jelasnya.
Ketua DPC PDIP itu mengaku sudah keliling Gianyar mencicipi aneka lawar khas daerah. Tiap desa punya ciri khas lawar tersendiri.
Lawar Ketewel, lawar Guwang, lawar Tampaksiring, lawar Gianyar hingga Payangan punya ciri. “Saya keliling hampir 10 tahun ternyata lawar di Gianyar berbeda-beda dan punya ciri khas. Tapi semuanya enak-enak,” pungkasnya.