SINGARAJA – Balai Arkeologi (Balar) Bali akan melakukan penelitian lanjutan di Desa Bila dan desa-desa sekitarnya.
Penelitian itu dilakukan setelah Balar menerima laporan temuan ceruk pertapaan di lahan warga Desa Bila, yang kebetulan berada dekat dengan areal pembangunan Bendungan Tamblang.
Kepala Balar Bali I Gusti Made Suarbhawa mengatakan, pihaknya sudah duduk bersama dengan para peneliti di Balar Bali.
Mereka sepakat akan melakukan penelitian di sana. Sebab dalam proses pembangunan Bendungan Tamblang sudah dua kali ditemukan hal yang diduga berkaitan dengan tinggalan sejarah.
Mulai dari terowongan irigasi kuno hingga ceruk pertapaan. “Kami sudah sepakat melakukan penelitian lebih lanjut di sana.
Konteksnya nanti untuk mencari tahu hubungan dengan tinggalan-tinggalan sejarah yang sudah pernah kami temukan di sana sebelumnya,” kata Suarbhawa saat dihubungi dari Singaraja kemarin.
Suarbhawa mengatakan, tinggalan sejarah banyak ditemukan di sepanjang Tukad Aya Buleleng. Mulai dari wilayah Desa Adat Klandis yang ada di hulu sungai, Desa Sawan, Desa Bila, Desa Bengkala, hingga Desa Menyali.
Seluruh desa itu kaya dengan tinggalan sejarah. Diduga wilayah itu menjadi pusat peradaban di masa lalu.
Suarbhawa mengatakan tinggalan sejarah yang ditemukan juga beragam.
Mulai dari sarkofagus hingga prasasti. Itu berarti wilayah Tukad Aya menjadi pusat peradaban dari masa neolitikum hingga masa peradaban Bali Kuno. Baik itu pada masa Raja Udayana, Anak Wungsu, maupun Jaya Pangus.
“Kami yakin wilayah ini secara berkelanjutan menjadi pusat peradaban. Kuncinya adalah keberadaan air. Karena hakikatnya akses utama kehidupan itu kan air. Jadi pada masa itu pusat peradaban pasti tidak jauh dari air,” ujarnya.
Rencananya proses penelitian lanjutan akan dilakukan dalam tempo secepatnya. Para peneliti tak mau kehilangan data maupun objek penelitian. Mengingat saat ini proses pembangunan bendungan terus berlangsung.