32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 11:19 AM WIB

Harta Benda Ludes Terbakar, Kini Hanya Tersisa Pakaian di Badan

Sebanyak 4 kepala keluarga di Banjar Dinas Kelodan, Desa Bengkala, menjadi korban kebakaran. Harta benda mereka ludes terbakar.

Hanya tersisa pakaian di badan. Kini mereka berusaha menata kembali hidup mereka, setelah harta  bendanya musnah.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

MOHAMMAD Hari, 31, begitu tegar. Rumahnya baru saja ludes dilahap api pada Minggu dini hari lalu. Ia tetap ramah menyapa orang-orang yang ditemuinya.

Hari berusaha menata kembali hidupnya, juga kehidupan keluarganya. Setelah kebakaran melahap rumahnya pada pukul 00.30 Minggu (17/4) dini hari lalu.

Hari merupakan salah seorang korban kebakaran di Banjar Dinas Kelodan, Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan.

Insiden itu masih terngiang di kepalanya. Ia ingat betul, hari itu ia begitu lelah setelah seharian memilah barang bekas.

Saat itu dirinya baru saja ingin merebahkan badan. Tiba-tiba ia mendengar teriakan kebakaran dari salah satu tetangganya. Ketika menoleh keluar, api sudah membesar.

Dia pun langsung berusaha memutus sambungan listrik agar tak sampai merembet ke rumahnya. Hari juga berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya.

Sayang angin malam itu berhembus kencang. Barang-barang yang mudah terbakar juga banyak terdapat di sekitar lokasi. Sehingga api cepat merembet ke rumah-rumah lainnya.

Dalam kondisi panik Hari teringat dengan anak bungsunya yang masih tertidur di dalam rumah. “Langsung saya cari istri. Syukurnya anak saya yang umur tiga tahun itu sudah dibopong sama istri. Paling tidak keluarga selamat, itu saja dulu,” katanya.

Mohammad Hari hanya salah satu keluarga yang kehilangan rumah di sana. Masih ada tiga keluarga lain yang juga kehilangan rumah.

Total ada 11 orang yang menjadi korban kebakaran di wilayah tersebut. Seluruhnya berprofesi sebagai pemulung. Saban hari mereka masuk ke TPA Bengkala.

Menjelajah bukit-bukit sampah, memilah sampah demi sampah. Berharap ada yang masih bisa dijual, atau paling tidak masih bisa dimanfaatkan.

Kebakaran pada malam itu, bukan hanya menghanguskan hunian mereka. Namun juga harta benda, dokumen, serta surat-surat berharga.

Barang bekas yang masih punya nilai jual tinggi juga ludes. Aluminum misalnya. Barang tersebut sudah meleleh. Tak bisa dijual lagi.

Barang bekas itu serupa dengan tabungan, bagi mereka para pemulang. “Barang yang harganya tinggi kami simpan dulu.

Pas mau hari raya baru dijual. Sudah ada tiga bulan ini kami kumpulkan barang-barang begitu. Aluminium, tembaga, kuningan, sudah meleleh semua,” ungkap Hari

Kini para pemulung itu masih menanti kabar lebih lanjut dari Jro Wayan Rentiasa, orang yang menampung mereka di lokasi tersebut.

Rentiasa sendiri memilih menempatkan para keluarga itu di gudang pemilahan sampah untuk sementara waktu. Setidaknya pada malam hari mereka tak kedinginan, juga tak kepanasan pada siang hari.

“Maunya mecaru dulu, biar tidak ada kejadian lagi. Lahan ini memang saya yang mengontrak, sekalian bayar pajaknya.

Sementara gudang akan saya pakai tempat tinggal sementara dulu. Setelah upacara baru nanti bangun pelan-pelan,” katanya.

Sementara itu, Perbekel Bengkala  I Made Astika mengatakan pihak desa telah memantau keberadaan mereka.

Hanya saja pihak desa belum bisa memberikan banyak bantuan. Sebab alokasi dana desa sudah difokuskan untuk penanggulangan covid-19.

Pihak desa akan berupaya mencarikan solusi agar mereka dapat menerima bantuan. Setidaknya untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kalau bantuan dana tentunya kami masih belum mencukupi karena anggaran di desa sudah dialokasikan juga untuk penanganan covid-19.

Nanti kami juga akan berusaha mencarikan bantuan dari pihak ketiga, kalau murni dari anggaran desa kami masih belum mampu,” demikian Astika. (*)

 

Sebanyak 4 kepala keluarga di Banjar Dinas Kelodan, Desa Bengkala, menjadi korban kebakaran. Harta benda mereka ludes terbakar.

Hanya tersisa pakaian di badan. Kini mereka berusaha menata kembali hidup mereka, setelah harta  bendanya musnah.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

MOHAMMAD Hari, 31, begitu tegar. Rumahnya baru saja ludes dilahap api pada Minggu dini hari lalu. Ia tetap ramah menyapa orang-orang yang ditemuinya.

Hari berusaha menata kembali hidupnya, juga kehidupan keluarganya. Setelah kebakaran melahap rumahnya pada pukul 00.30 Minggu (17/4) dini hari lalu.

Hari merupakan salah seorang korban kebakaran di Banjar Dinas Kelodan, Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan.

Insiden itu masih terngiang di kepalanya. Ia ingat betul, hari itu ia begitu lelah setelah seharian memilah barang bekas.

Saat itu dirinya baru saja ingin merebahkan badan. Tiba-tiba ia mendengar teriakan kebakaran dari salah satu tetangganya. Ketika menoleh keluar, api sudah membesar.

Dia pun langsung berusaha memutus sambungan listrik agar tak sampai merembet ke rumahnya. Hari juga berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya.

Sayang angin malam itu berhembus kencang. Barang-barang yang mudah terbakar juga banyak terdapat di sekitar lokasi. Sehingga api cepat merembet ke rumah-rumah lainnya.

Dalam kondisi panik Hari teringat dengan anak bungsunya yang masih tertidur di dalam rumah. “Langsung saya cari istri. Syukurnya anak saya yang umur tiga tahun itu sudah dibopong sama istri. Paling tidak keluarga selamat, itu saja dulu,” katanya.

Mohammad Hari hanya salah satu keluarga yang kehilangan rumah di sana. Masih ada tiga keluarga lain yang juga kehilangan rumah.

Total ada 11 orang yang menjadi korban kebakaran di wilayah tersebut. Seluruhnya berprofesi sebagai pemulung. Saban hari mereka masuk ke TPA Bengkala.

Menjelajah bukit-bukit sampah, memilah sampah demi sampah. Berharap ada yang masih bisa dijual, atau paling tidak masih bisa dimanfaatkan.

Kebakaran pada malam itu, bukan hanya menghanguskan hunian mereka. Namun juga harta benda, dokumen, serta surat-surat berharga.

Barang bekas yang masih punya nilai jual tinggi juga ludes. Aluminum misalnya. Barang tersebut sudah meleleh. Tak bisa dijual lagi.

Barang bekas itu serupa dengan tabungan, bagi mereka para pemulang. “Barang yang harganya tinggi kami simpan dulu.

Pas mau hari raya baru dijual. Sudah ada tiga bulan ini kami kumpulkan barang-barang begitu. Aluminium, tembaga, kuningan, sudah meleleh semua,” ungkap Hari

Kini para pemulung itu masih menanti kabar lebih lanjut dari Jro Wayan Rentiasa, orang yang menampung mereka di lokasi tersebut.

Rentiasa sendiri memilih menempatkan para keluarga itu di gudang pemilahan sampah untuk sementara waktu. Setidaknya pada malam hari mereka tak kedinginan, juga tak kepanasan pada siang hari.

“Maunya mecaru dulu, biar tidak ada kejadian lagi. Lahan ini memang saya yang mengontrak, sekalian bayar pajaknya.

Sementara gudang akan saya pakai tempat tinggal sementara dulu. Setelah upacara baru nanti bangun pelan-pelan,” katanya.

Sementara itu, Perbekel Bengkala  I Made Astika mengatakan pihak desa telah memantau keberadaan mereka.

Hanya saja pihak desa belum bisa memberikan banyak bantuan. Sebab alokasi dana desa sudah difokuskan untuk penanggulangan covid-19.

Pihak desa akan berupaya mencarikan solusi agar mereka dapat menerima bantuan. Setidaknya untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kalau bantuan dana tentunya kami masih belum mencukupi karena anggaran di desa sudah dialokasikan juga untuk penanganan covid-19.

Nanti kami juga akan berusaha mencarikan bantuan dari pihak ketiga, kalau murni dari anggaran desa kami masih belum mampu,” demikian Astika. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/