Kepala Teaching Factory (Tefa) Budidaya Politeknik KP Jembrana Arie Kiswanto yang juga Ketua Koperasi Produsen Cahaya Mina PKPJ mengatakan,
koperasi produsen melakukan usaha budidaya udang dan ikan. Menjual produk olahan hasil perikanan, pertokoan, hingga jasa simpan pinjam untuk internal pegawai Politeknik KP Jembrana.
DJOKO HERU SETIYAWAN, Negara
DI areal Tefa Tambak Udang, Arie Kiswanto bercerita, hasil budidaya, khususnya udang, dijual ke perusahaan cold storage.
Sedangkan, ikan seperti; lele dan nila, langsung ditawarkan ke pengepul. ’’Untuk ikan hias, setiap week end, sama taruna, dijual saat car free day (di sekitar Gedung Kesenian Ir. Soekarno, Red),’’ jelas Arie.
Diuraikan, taruna diajari sampai memeliki jiwa kewirausahaan. Untuk bisnisnya, dilatih pakai sistem digital. Penjualan produknya, secara online, via Facebook (FB) atau Instagram (Ig).
Produknya, seperti ikan konsumsi atau ikan segar, dipasarkan online. Sedangkan jenis ikan hias, kini pasarnya hampir menjangkau seluruh Indonesia.
Yang dominan, ikan hias jenis cupang. Bibit ikan diperoleh dengan mijah sendiri, hasil pembesaran dijual ke para hobbies.
Di antara bidang usahanya, yang paling optimal adalah tambak udang. Di lahan 1.600 meter persegi (M2), dilakukan panen lima kali atau lima siklus. Hasilnya antara 3-5 ton per petak.
Targetnya, per hektare (ha) bisa 40 ton untuk satu kali siklus panen (90-120 hari). Dalam satu tahun, dua kali panen.
Sebab, ada masa pengeringan, persiapan lahan, selama satu bulan. Hal ini demi sustainable atau keberkelanjutan usaha.
Luas tambak yang dikelola saat ini, 3.200 M2 ditambah empat petak (5.400 M2). Untuk panen, dilakukan secara panen parsial atau sebagian.
Saat umur 60 hari, diambil sebagian, biar udang berkembang biak optimal, dengan mengurangi kepadatan (panen parsial satu ini, diambil 20 persen dari total populasi).
Lantas panen parsial dua (20 persen), parsial tiga juga (20 persen), barulah panen total dalam satu siklus (40 persen).
Panen parsial satu, size 60. Artinya, dalam satu kilogram ada 60 ekor. Makanya, dikenal udang kepala enam. Yang paling bagus, itu kepala dua.
’’Pernah mencapai 28 ekor per kilogram. Itu yang dikenal udang kepala dua,’’ bebernya. Saat ini, teknologi budidaya udang yang bisa diterapkan di skala rumah tangga, budidaya udang tambak mini skala rumah tangga (butamira).
Butuh luas lahan 1 are atau 10 x 10 meter. Bisa menghasilkan 300-350 kilogram. Teknologi ini, cocok untuk skala rumah tangga, hanya butuh kincir air 350 Watt.
Sementara yang kampus Politeknik KP Jembrana, pakai Busmetik alias budidaya udang skala mini empang plastik.
Di Busmetik itu, taruna selalu terlibat, kuliah, praktikum, piket full tiap hari laksanakan produksi, agar kompeten di bidang itu.
Harapannya, tumbuhkan jiwa wirausaha. Di Tefa Budidaya, dikembangkan komoditas ikan; air payau, tawar, dan laut.
Dengan melibatkan taruna atau mahasiswa, mengajari mengetahui potensi di wilayahnya yang nantinya bisa dikembangkan.
Melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP), diberi modal usaha.
Dengan bantuan permodalan ini, diharapkan start up baru Politeknik KP Jembrana, jadi pengusaha. ’’Para taruna punya kompetensi, ketrampilan, skil. Sehingga, kemudian bisa lihat potensi di wilayahnya,’’ pungkasnya. (*)