26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:10 AM WIB

Airlangga Hartarto: Genjot Ekspor Florikultura untuk Ceruk Pasar Dunia

     

JAKARTA, Radar Bali – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi pelepasan ekspor program florikultura dan benih sayuran dengan menghadiri acara pelepasan ekspor florikultura di Minaqu Home Nature, Jungle Fest Bogor (6/5). Hal ini untuk mempercepat program Pemerintah dalam upaya pencapaian pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor.

Florikultura atau tanaman hias yang merupakan salah satu bagian dari subsektor hortikultura memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memberikan peluang bisnis tanaman hias baik untuk penyediaan kebutuhan dalam negeri maupun dunia yang pasarnya masih terbuka lebar.

Global market value tanaman hias mencapai nilai US$22,329 miliar, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,1%.

Selain ekspor tanaman hias, Indonesia juga mempunyai potensi besar dalam ekspor benih sayuran ke mancanegara. Hampir semua produk sayuran di Indonesia punya potensi pasar di luar terutama di Asean, seperti Malaysia dan Thailand. 

Beberapa komoditas yang cukup banyak permintaannya antara lain kangkung, tomat, buncis, labu, dan kacang panjang. Namun permintaan ekspor lebih luas daripada segi produksi. 

“Ke depan untuk peningkatan ekspor benih bisa ditingkatkan kerjasama beberapa perusahaan benih di Indonesia untuk membuka pasar ekspor dan promosi bersama ke luar negeri dengan fasilitasi Pemerintah,” ujar Menko Airlangga.

Adapun pengembangan agribisnis tanaman hias dan benih sayuran ini tentunya akan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru di setiap elemen rantai pasok, termasuk di dalamnya adalah pengembangan dan perbanyakan bibit berteknologi melalui kultur jaringan. Selain itu, inovasi teknologi, pengembangan lahan produksi, standarisasi dan sertifikasi produk perlu ditingkatkan dan menjadi fokus utama.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari – Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau meningkat 17,11% dibanding periode yang sama tahun 2020. Kinerja ekspor pada Maret 2021 mencapai US$18,35 miliar, yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan hampir melampaui posisi tertinggi sejak Agustus 2011 yang saat itu nilai ekspornya sebesar US$18,64 miliar.

 

“Sektor pertanian telah memberikan kontribusi positif sebesar 2,15% di bulan Maret. Ekspor pertanian secara kumulatif pada Januari – Maret 2021 sebesar US$1,05 miliar, mengalami kenaikan sebesar 14,29% terhadap periode yang sama pada tahun 2020,” lanjut Airlangga.

Di sisi ekspor, nilai ekspor florikultura pada tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 nilai ekspor sebesar US$12,07 juta, tahun 2019 sebesar US$13,53 juta (naik 12,1%) dan pada tahun 2020 naik cukup signifikan menjadi sebesar US$19,98 juta.

Menko Airlangga Hartarto menyampaikan arahan yang disampaikan oleh Bapak Presiden Jokowi pada acara Jakarta Food Security Summit (JFSS) bahwa inisiasi Closed Loop perlu terus dikembangkan terutama dalam rangka pengembangan kemitraan dari hulu ke hilir. Kemitraan Closed Loop perlu untuk meningkatkan produktifitas.

Pemerintah akan terus memberikan dukungan kebijakan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspor. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Eximbank terus memberikan dorongan berupa bantuan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berorientasi Ekspor bagi usaha berorientasi ekspor termasuk juga usaha rintisan ekspor dengan maksimal omzet sebesar Rp50 miliar.

“Saya ucapkan apresiasi dan selamat atas keberhasilan Menteri Pertanian yang terus mendorong ekspor florikultura dari Indonesia,” tutupnya. 

Turut hadir dalam acara pelepasan ekspor florikultura antara lain Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Perwakilan Pemerintah Kota Bogor, dan Pimpinan DPRD Kabupaten Bogor. 

     

JAKARTA, Radar Bali – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi pelepasan ekspor program florikultura dan benih sayuran dengan menghadiri acara pelepasan ekspor florikultura di Minaqu Home Nature, Jungle Fest Bogor (6/5). Hal ini untuk mempercepat program Pemerintah dalam upaya pencapaian pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor.

Florikultura atau tanaman hias yang merupakan salah satu bagian dari subsektor hortikultura memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memberikan peluang bisnis tanaman hias baik untuk penyediaan kebutuhan dalam negeri maupun dunia yang pasarnya masih terbuka lebar.

Global market value tanaman hias mencapai nilai US$22,329 miliar, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,1%.

Selain ekspor tanaman hias, Indonesia juga mempunyai potensi besar dalam ekspor benih sayuran ke mancanegara. Hampir semua produk sayuran di Indonesia punya potensi pasar di luar terutama di Asean, seperti Malaysia dan Thailand. 

Beberapa komoditas yang cukup banyak permintaannya antara lain kangkung, tomat, buncis, labu, dan kacang panjang. Namun permintaan ekspor lebih luas daripada segi produksi. 

“Ke depan untuk peningkatan ekspor benih bisa ditingkatkan kerjasama beberapa perusahaan benih di Indonesia untuk membuka pasar ekspor dan promosi bersama ke luar negeri dengan fasilitasi Pemerintah,” ujar Menko Airlangga.

Adapun pengembangan agribisnis tanaman hias dan benih sayuran ini tentunya akan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru di setiap elemen rantai pasok, termasuk di dalamnya adalah pengembangan dan perbanyakan bibit berteknologi melalui kultur jaringan. Selain itu, inovasi teknologi, pengembangan lahan produksi, standarisasi dan sertifikasi produk perlu ditingkatkan dan menjadi fokus utama.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari – Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau meningkat 17,11% dibanding periode yang sama tahun 2020. Kinerja ekspor pada Maret 2021 mencapai US$18,35 miliar, yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan hampir melampaui posisi tertinggi sejak Agustus 2011 yang saat itu nilai ekspornya sebesar US$18,64 miliar.

 

“Sektor pertanian telah memberikan kontribusi positif sebesar 2,15% di bulan Maret. Ekspor pertanian secara kumulatif pada Januari – Maret 2021 sebesar US$1,05 miliar, mengalami kenaikan sebesar 14,29% terhadap periode yang sama pada tahun 2020,” lanjut Airlangga.

Di sisi ekspor, nilai ekspor florikultura pada tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 nilai ekspor sebesar US$12,07 juta, tahun 2019 sebesar US$13,53 juta (naik 12,1%) dan pada tahun 2020 naik cukup signifikan menjadi sebesar US$19,98 juta.

Menko Airlangga Hartarto menyampaikan arahan yang disampaikan oleh Bapak Presiden Jokowi pada acara Jakarta Food Security Summit (JFSS) bahwa inisiasi Closed Loop perlu terus dikembangkan terutama dalam rangka pengembangan kemitraan dari hulu ke hilir. Kemitraan Closed Loop perlu untuk meningkatkan produktifitas.

Pemerintah akan terus memberikan dukungan kebijakan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspor. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Eximbank terus memberikan dorongan berupa bantuan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berorientasi Ekspor bagi usaha berorientasi ekspor termasuk juga usaha rintisan ekspor dengan maksimal omzet sebesar Rp50 miliar.

“Saya ucapkan apresiasi dan selamat atas keberhasilan Menteri Pertanian yang terus mendorong ekspor florikultura dari Indonesia,” tutupnya. 

Turut hadir dalam acara pelepasan ekspor florikultura antara lain Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Perwakilan Pemerintah Kota Bogor, dan Pimpinan DPRD Kabupaten Bogor. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/