DENPASAR – Ketua Komisi III DPRD Bali AA Ngurah Adhi Ardhana memastikan rencana pembangunan Tol Gilimanuk – Mengwi tak akan mematikan ekonomi masyarakat setempat.
Terutama kekhawatiran matinya keberadaan warung-warung yang ada di jalur Denpasar – Gilimanuk saat ini. Semua telah dihitung dan dipastikan tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari proyek ini.
Justru masyarakat Bali mendapat banyak manfaat lantaran ada akses tol yang cepat. “Meski terbatas, tapi nilai ekonominya tinggi. Saya sendiri menghitung adanya tol tidak rugi, masyarakat juga tidak rugi,” ujar Gung Adhi – sapaan akrabnya.
Diungkapkan, jalan tol tidak mungkin memecah desa. Dipastikan akan ada jalan di seberangnya, baik dengan jembatan penyeberangan maupun jalan yang ada di bawah terowongan tol.
“Terkait warung itu, tidak mungkin jalan tol memecah desa. Pasti ada jalan menuju sebelahnya, karena exit tol sebagai pengembangan kabupaten di wilayah itu,” ungkap Adhi Ardhana lagi.
Begitu juga kalau lahan pertanian pasti ada jalan pertaniannya. Ada jalan tinggi atau di bawah, intinya jalan masyarakat tidak mati.
“Karena itu memang harus dipertahankan, itu muncul dalam kajian lingkungan. Kalau jalan tol mematikan masyarakat itu tidak mungkin,” ucap politikus PDIP ini.
“Sekarang kami lihat jalan tol pakai lahan-lahan yang ada, tentunya kosong. Kalau yang saya pahami, sebagian memang ada terkena (lahan produktif, red) masuk akal.
Tapi, pastinya terkait area dimana jalan keluar, itu didesain oleh masing-masing kabupaten/kota,” tandasnya.
Seperti diketahui, proyek tol Gilimanuk – Mengwi menuai banyak pro kontra dari masyarakat. Sebagian menerima dengan alasan ekonomi dan efisensi waktu perjalanan, tapi di sisi lain banyak pula yang menolak.
Alasan kelompok kontra, proyek tol memakan jalur hijau. Di mana lokasi yang dilalui proyek tol adalah jalur basah alias lahan pertanian.
Selain itu, proyek tol memangkas kawasan hutan lindung di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Proyek tol juga berpotensi mengancam budaya adiluhung Bali.