25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:25 AM WIB

Kerap Merugi, PAM Desa Paksebali Justru Untung Saat Pandemi

SEMARAPURA – Industri pariwisata tidak lagi menjadi penyumbang terbesar pendapatan Desa Wisata Paksebali, Kecamatan Dawan sejak wabah virus corona awal tahun 2020 lalu.

Bahkan, salah satu unit usaha Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Paksebali itu mengalami kerugian akibat pemasukan yang tidak mampu memenuhi biaya operasional.

Justru unit usaha PAM (Perusahaan Air Minum) Desa Paksebali yang biasanya selalu merugi, pasalnya menjadi penyumbang terbesar PAD (Pendapatan Asli Desa) Paksebali di tahun 2020.

Perbekel Paksebali, Putu Ariadi, menuturkan, kunjungan wisatawan ke objek wisata Kali Unda mengalami penurunan sejak mulai adanya wabah virus corona awal tahun lalu.

Lantaran kian sepi kunjungan, ia terpaksa menutup usaha rumah makan yang ada di objek wisata tersebut sejak April tahun 2020 hingga akhir 2020.

Sepinya kunjungan membuat rumah makan itu hanya menimbulkan biaya operasional tanpa adanya pemasukan sehingga menimbulkan kerugian.

“Biaya operasional mencapai Rp 30 juta per bulannya,” ungkap Perbekel Putu Ariadi. Kondisi itu membuat unit usaha pariwisata

yang biasanya menyumbang keuntungan berkisar Rp 40 juta di tahun 2019, justru mengalami mengalami kerugian sebesar Rp 40 juta di tahun 2020.

“Padahal tahun-tahun sebelumnya, sektor pariwisata penyumbang terbesar untuk PAD di desa ini. Bahkan di tahun 2018, keuntungan dari unit usaha pariwisata mencapai Rp 70 juta,” bebernya.

Justru unit usaha PAM Desa Paksebali yang kini berbalik menjadi penyumbang terbesar PAD Paksebali dengan mencatatkan keuntungan sebesar Rp 41 juta di tahun 2020.

Padahal sejak berdiri tahun 1984 – 2019, PAM Desa Paksebali cenderung menimbulkan kerugian. “Tahun 2019, PAM Desa mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta,” terangnya.

Menurutnya, peningkatan pendapatan dari unit usaha PAM Desa itu selain semakin baiknya kinerja dalam pencatatan water meter dan penanganan kebocoran, juga karena terjadinya peningkatan konsumsi air di desa itu.

Peningkatan konsumsi air terjadi, menurutnya, karena banyak warga Paksebali yang sebelumnya merantau ke kota-kota besar

seperti Denpasar dan Badung untuk bekerja, akhirnya kembali ke Paksebali lantaran terkena dampak wabah virus corona.

“Jumlah pelanggan PAM Desa Paksebali sebanyak 712 pelanggan. Semoga peningkatan pendapatan ini terus terjaga seiring meningkatnya kinerja kami dalam melayani pelanggan,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Industri pariwisata tidak lagi menjadi penyumbang terbesar pendapatan Desa Wisata Paksebali, Kecamatan Dawan sejak wabah virus corona awal tahun 2020 lalu.

Bahkan, salah satu unit usaha Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Paksebali itu mengalami kerugian akibat pemasukan yang tidak mampu memenuhi biaya operasional.

Justru unit usaha PAM (Perusahaan Air Minum) Desa Paksebali yang biasanya selalu merugi, pasalnya menjadi penyumbang terbesar PAD (Pendapatan Asli Desa) Paksebali di tahun 2020.

Perbekel Paksebali, Putu Ariadi, menuturkan, kunjungan wisatawan ke objek wisata Kali Unda mengalami penurunan sejak mulai adanya wabah virus corona awal tahun lalu.

Lantaran kian sepi kunjungan, ia terpaksa menutup usaha rumah makan yang ada di objek wisata tersebut sejak April tahun 2020 hingga akhir 2020.

Sepinya kunjungan membuat rumah makan itu hanya menimbulkan biaya operasional tanpa adanya pemasukan sehingga menimbulkan kerugian.

“Biaya operasional mencapai Rp 30 juta per bulannya,” ungkap Perbekel Putu Ariadi. Kondisi itu membuat unit usaha pariwisata

yang biasanya menyumbang keuntungan berkisar Rp 40 juta di tahun 2019, justru mengalami mengalami kerugian sebesar Rp 40 juta di tahun 2020.

“Padahal tahun-tahun sebelumnya, sektor pariwisata penyumbang terbesar untuk PAD di desa ini. Bahkan di tahun 2018, keuntungan dari unit usaha pariwisata mencapai Rp 70 juta,” bebernya.

Justru unit usaha PAM Desa Paksebali yang kini berbalik menjadi penyumbang terbesar PAD Paksebali dengan mencatatkan keuntungan sebesar Rp 41 juta di tahun 2020.

Padahal sejak berdiri tahun 1984 – 2019, PAM Desa Paksebali cenderung menimbulkan kerugian. “Tahun 2019, PAM Desa mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta,” terangnya.

Menurutnya, peningkatan pendapatan dari unit usaha PAM Desa itu selain semakin baiknya kinerja dalam pencatatan water meter dan penanganan kebocoran, juga karena terjadinya peningkatan konsumsi air di desa itu.

Peningkatan konsumsi air terjadi, menurutnya, karena banyak warga Paksebali yang sebelumnya merantau ke kota-kota besar

seperti Denpasar dan Badung untuk bekerja, akhirnya kembali ke Paksebali lantaran terkena dampak wabah virus corona.

“Jumlah pelanggan PAM Desa Paksebali sebanyak 712 pelanggan. Semoga peningkatan pendapatan ini terus terjaga seiring meningkatnya kinerja kami dalam melayani pelanggan,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/