RadarBali.com – Penurunan status Gunung Agung dari awas menjadi siaga ternyata belum memulihkan stok material bangunan, khususnya pasir.
Meski saat ini pasokan pasir dari Karangasem kembali normal, namun harganya masih cenderung tinggi. Kondisi ini pun dikeluhkan Real Estate Indonesia (REI) Bali.
Pihaknya berharap pemerintah dapat menekan harga pasir normal kembali. Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura mengatakan, untuk pasir dengan jumlah 5 kubik yang sebelumnya di harga Rp 1,5 juta kini harganya berada di kisaran Rp 2 sampai Rp 2,2 juta.
“Pasokan pasir sudah normal kembali sejak beberapa minggu lalu. Tapi harganya masih tinggi. Peningkatannya sekitar 23 persen,” ujarnya, kemarin (12/11).
Terlebih REI menjadi salah satu pengembang yang diberikan amanat untuk pembangunan rumah bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Karena harga yang sudah dipatok yakni Rp 141 juta juga berdampak. “Untuk itu kami siasati dengan menurunkan margin. Tapi, berapa margin yang diturunkan kami belum merinci,” jelasnya.
Dengan kondisi masih tingginya harga pasir, REI berharap agar pemerintah bisa menekan harga pasir kembali seperti semula. Paling tidak sampai akhir tahun ini.
Mengingat REI saat ini sedang berusaha untuk menyediakan perumahan bersubsidi yang dicanangkan Presiden Jokowi.
“Harga rumah subsidi sudah tidak bisa dirubah lagi, karena sudah ditetapkan tiap tahunnya. Memang ada kenaikan, tiap tahun 5 persen,” kata Pande.
Seperti yang diketahui, REI Bali menjadi salah satu pengembang yang ditunjuk pemerintah pusat untuk menjadi pengembang perumahan bersubsidi di Wilayah Bali.
Total pembangunan rumah bersubsidi yakni sebanyak 4.500 unit yang tersebar di empat Kabupaten, Buleleng, Karangasem, Jemberana, Tabanan.
Dari total rencana pembangunan rumah, dan hingga saat ini realisasinya mencapai 60 persen.