25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:56 AM WIB

Serap Gabah Petani Desa dengan Harga Mahal Tengkulak Marah Besar

TABANAN – Keberadaan tengkulak memiliki dua mata sisi bagi petani. Satu sisi mampu menyediakan modal awal dan di sisi lain mampu mengontrol harga hasil panen petani sesuai keinginannya.

 

Meski demikian, kondisi kerap kali menjadi batu sandungan petani di desa. Melihat hal demikian Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan melalui badan usaha milik desa memberanikan diri membeli hasil gabah petani di desa yang cukup mahal.

 

Dari hasil serapan gabah para petani di desa yang dibeli dengan harga lumayan mahal tersebut. Ternyata mampu menghasilkan PAD desa.

 

“Kami baru menghasilkan PAD sebesar Rp 5 juta dari hasil serapan gabah petani yang kini dikelola oleh BUMDes Desa,” kata Perbekel Desa Kukuh Kerambitan I Nyoman Widhi Adnyana, Minggu (30/5).      

 

Dia mengaku saat pembelian gabah petani di desa dengan harga kisaran Rp 4.000-4.600 membuat para tengkulak komplain. Lantaran para tengkulak yang biasanya selalu mencari keuntungan dari harga gabah yang dibeli petani dengan harga murah. Namun ketika dijual di masyarakat harga yang lebih mahal.

 

“Tengkulak membeli seharga 2.600 sampai 3000 per kilogram. Tengkulak komplain ke saya kok desa berani beli gabah yang lumayan mahal,” akunya.

 

Dia menambahkan sejatinya desa mempersilahkan tengkulak untuk menyerap hasil gabah dari petani di desa. Namun dengan catatan harga yang pantas.

 

Menyerap gabah petani di desa yang dilakukan BUMDes desa baru berjalan sejak 2021. Bukan Untuk melawan tengkulak. Melainkan dengan alasan dapat meningkat taraf penghasilan para petani. Agar petani tidak dibuat rugi setiap kali panen padi tiba.

 

“Itu sebenarnya yang kami inginkan di desa. Kemudian juga usaha BUMDes di desa jalan,” ucap perbekel termuda di Tabanan.

 

Saat ini hampir 16,2 ton gabah pertanian dari luasan lahan pertanian yang produktif sebesar 103 hektar yang diserap oleh BUMDes Desa Kukuh. Untuk modal usaha BUMDes yang bergerak dalam usaha hasil pertanian desa menganggarkan sebesar Rp 200 juta. Modal ini diambil dari anggaran APBDes dan BKK Kabupaten.

 

“Prioritas BUMDes kami tetap akan menyerap hasil pertanian padi. Dengan tujuan petani desa sejahtera,” ujarnya.  

 

Sementara dari sisi penggilingan beras bekerjasama dengan salah satu penggiling beras di desa. Sementara beras dari gabah yang diproduksi dipasarkan di pasar Rendang, Karangasem, Sempidi Badung dan Tabanan.

 

“Kami jual beras di kisaran harga Rp 9 -10 ribu per kilogram. Dengan jenis beras C4 dan IF 16. Rata penjualan beras kami sebulan mencapai 4 sampai 6 ton lebih,” tandasnya.

TABANAN – Keberadaan tengkulak memiliki dua mata sisi bagi petani. Satu sisi mampu menyediakan modal awal dan di sisi lain mampu mengontrol harga hasil panen petani sesuai keinginannya.

 

Meski demikian, kondisi kerap kali menjadi batu sandungan petani di desa. Melihat hal demikian Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan melalui badan usaha milik desa memberanikan diri membeli hasil gabah petani di desa yang cukup mahal.

 

Dari hasil serapan gabah para petani di desa yang dibeli dengan harga lumayan mahal tersebut. Ternyata mampu menghasilkan PAD desa.

 

“Kami baru menghasilkan PAD sebesar Rp 5 juta dari hasil serapan gabah petani yang kini dikelola oleh BUMDes Desa,” kata Perbekel Desa Kukuh Kerambitan I Nyoman Widhi Adnyana, Minggu (30/5).      

 

Dia mengaku saat pembelian gabah petani di desa dengan harga kisaran Rp 4.000-4.600 membuat para tengkulak komplain. Lantaran para tengkulak yang biasanya selalu mencari keuntungan dari harga gabah yang dibeli petani dengan harga murah. Namun ketika dijual di masyarakat harga yang lebih mahal.

 

“Tengkulak membeli seharga 2.600 sampai 3000 per kilogram. Tengkulak komplain ke saya kok desa berani beli gabah yang lumayan mahal,” akunya.

 

Dia menambahkan sejatinya desa mempersilahkan tengkulak untuk menyerap hasil gabah dari petani di desa. Namun dengan catatan harga yang pantas.

 

Menyerap gabah petani di desa yang dilakukan BUMDes desa baru berjalan sejak 2021. Bukan Untuk melawan tengkulak. Melainkan dengan alasan dapat meningkat taraf penghasilan para petani. Agar petani tidak dibuat rugi setiap kali panen padi tiba.

 

“Itu sebenarnya yang kami inginkan di desa. Kemudian juga usaha BUMDes di desa jalan,” ucap perbekel termuda di Tabanan.

 

Saat ini hampir 16,2 ton gabah pertanian dari luasan lahan pertanian yang produktif sebesar 103 hektar yang diserap oleh BUMDes Desa Kukuh. Untuk modal usaha BUMDes yang bergerak dalam usaha hasil pertanian desa menganggarkan sebesar Rp 200 juta. Modal ini diambil dari anggaran APBDes dan BKK Kabupaten.

 

“Prioritas BUMDes kami tetap akan menyerap hasil pertanian padi. Dengan tujuan petani desa sejahtera,” ujarnya.  

 

Sementara dari sisi penggilingan beras bekerjasama dengan salah satu penggiling beras di desa. Sementara beras dari gabah yang diproduksi dipasarkan di pasar Rendang, Karangasem, Sempidi Badung dan Tabanan.

 

“Kami jual beras di kisaran harga Rp 9 -10 ribu per kilogram. Dengan jenis beras C4 dan IF 16. Rata penjualan beras kami sebulan mencapai 4 sampai 6 ton lebih,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/