DENPASAR – Ulah empat warga Negara Jerman dan seorang cewek lokal memproduksi video syur saat menginap di Vila Umalas, Kuta Utara, membuat Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta meradang.
Saat ditemui disela-sela penandatanganan MoU antara bupati/walikota dengan Ombudsman RI di Inna Hotel Jalan Veteran, Denpasar, kemarin, Bupati Giri Prasta mengatakan, ulah tak senonoh para pelaku membuat leteh (kotor) Badung.
Menurut Bupati Giri, apa yang dilakukan warga asing itu telah melanggar tata krama dan adat istiadat yang merupakan sistem norma dan tata kelakuan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat secara turun temurun.
“Kami ikut turun dengan menurunkan tim untuk mendeteksi keberadaan mereka. Kita deteksi dulu. Setelah itu saya akan memberikan statemen lebaih rinci,” kata Bupati Giri Prasta.
“Di disini di Bali adat istiadat sangat dijunjung tinggi. Jangan sampai mengganggu dan membuat citra Bali menjadi tidak bagus.
Karena itu, kami Pemda Badung berkoordinasi dengan Polres Badung untuk melakukan tindak lanjut dan menindak tegas sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” timpal Giri Prasta.
Bupati Giri Prasta mengatakan, untuk mencegah tindakan aneh-aneh wisatawan asing di wilayah Badung, pihaknya berusaha memproteksi wilayah dengan melakukan pengawasan.
“Mengenai prilaku orang-orang tertentu ini, sudah barang tentu kami harus melakukan pembinaan baik secara duduk bersama, maupun pembinaan dengan tindakan hukum,” paparnya.
Soal izin Vila Umalas yang menjadi lokasi syuting video syur, Bupati Giri Prasta berjanji akan mengeceknya lagi.
“Ya kan vila dijadikan tempat mesum lalu videonya di jual lagi,” singgungnya. Walaupun hal seperti ini memunculkan ketertarikan secara internasional, sama sekali tidak menguntungkan bagi pemerintah Badung.
Baginya, di Bali khususnya Badung sangat menjaga yang namanya etika, prilaku untuk siapapun orang yang datang ke Badung.
“Ya harus menghormati adat istiadat dan tradisi yang berlaku, kami berkomitmen untuk menjaga pulau Dewata yang kita cintai dengan kearifan lokal Bali yang ada,
etika yang santun, budi pekerti luhur dan kita bisa duduk berdampingan dengan segala perbedaan yang ada,” tuturnya.