AMLAPURA – Tim penyuluh Bahasa Bali di Karangasem melakukan konservasi inventarisasi puluhan lontar milik warga di Desa Pering Sari, Kecamatan Selat.
Namun, sangat disayangkan, dari puluhan lontar yang ditemukan di beberapa rumah warga ini dalam kondisi tidak terawat.
Bahkan satu lontar yang sudah berusia ratusan tahun dalam kondisi memperihatinkan. Anggota Penyuluh Bahasa Bali Karangasem, Made Sudiantara mengungkapkan, konservasi dan identifikasi lontar dilakukan secara bersama dengan tim dari Provinsi Bali.
Total ada 26 cakep lontar yang dilakukan identivikasi untuk menyelamatkan sisa-sisa peninggalan sejarah leluhur.
“Puluhan lontar yang kami identifikasi dan konservasi jumlahnya ada 26 cakap. Terdiri dari geguritan, usada, wariga, kidung, serta kawisesaen,” ujar Made Sudiantara.
Dari 26 lontar tersebut, ada satu lontar yang berusia ratusan tahun. Lontar tersebut dibuat pada tahun 1819 caka di Desa Pering Sari.
Hanya saja, kondisinya rusak lantaran tidak terawat dan tidak pernah dibuka. “Ada beberapa lontar yang tidak bisa diidentifikasi serta dikonseervasi karena rusak dan dimakan rayap,” terang Sudiantara.
Pihaknya akan terus melakukan konservasi dan identifikasi lontar untuk menyelamatkan benda tersebut dari kerusakan.
Pihaknya mengimbau, bagi warga yang memiliki lontar agar menginformasikan mepada penyuluh bahasa Bali.
“Kami ingin menyelamatkan naskah kuno dan bisa melakukan pendataan. Kami berharap banyak bagi masyarakat yang memiliki atau mengetahui
keberadaan naskah lontar yang ada supaya bisai di informasikan agar kami bisa lakukan indetifikasi. Ini sangat penting karena nilai sastra lontar cukup tinggi,” sambungnya.
Untuk diketahui, ditahun 2020 penyuluh sudah mendapatkan sekitar 100 cakep. Pihaknya berharap masyarakat ikut serta dalam pelestarian naskah lontar.
“Masih banyak lontar di Karangasem yang beluk teridentifikasi. Kendala yang kami hadapi dalam proses ini kurangnya sarana serta prasarana. Seperti minyak sereh dan alkohol untuk membersihkan lontar,” tandasnya.