RadarBali.com – Misi tim Aero Terrasscan (ATS) Bandung bersama dengan PVMBG untuk menerbangkan drone gagal dilakukan kemarin.
Drone sempat tiga kali melakukan penerbangan. Penerbangan pertama dilakukan Sabtu lalu. Saat itu, drone sampai ke atas puncak Gunung Agung.
Bahkan, drone sempat memutar beberapa kali. Hanya saja karena saat penerbangan pertama tersebut drone tidak dilengkapi kamera hanya sensor gas maka ada keraguan kalau drone sudah sampai di sasaran.
Kemarin drone kembali terbang. Bahkan penerbangan dilakukan sebanyak dua kali. Penerbangan pertama dilakukan sekitar pukul 09.00. Tapi, gagal mencapai ketinggian.
Pesawat hanya mencapai ketinggian 2.500 meter dengan lama terbang sekitar 15 menit. Karena ada kerusakan pada bagian pesawat akhirnya pesawat kembali ke pangkalan.
Penerbangan kedua kembali dilakukan setelah pesawat sempat melakukan perbaikan. Penerbangan kedua dilakukan pukul 09.45 wita.
Namun penerbangan kali ini juga gagal dilakukan dan pesawat hanya mencapai ketinggian 1.300 meter.
Penerbangan pertama dua hari lalu pesawat mampu terbang selama 28 menit. Sementara misi pesawat harus balik paling lama 30 menit.
Cuaca sangat mempengaruhi misi tersebut. Cuaca buruk menjadi salah satu penyebab kegagalan misi tersebut.
pesawat canggih tanpa awak tersebut dengan berat 6 kg termasuk kamera dan juga alat atau mesin sensor gas atau asap. Pesawat ini dirancang mampu naik pada ketinggian 3.400 meter.
Selama di Bali, diakui tim ini sudah melakukan tujuh kali penerbangan. “Ya, sebelumnya membuat fofo dan video dan visual lainya,” ujar Umar Rosadi, ahli madya vulkanologi yang juga salah satu dari tim tersebut.
Salah satu kendala selain cuaca adalah baterai karena jarak cukup jauh yakni dari radius 9 km dengan ketinggian mencapai 3,4 Km.
Selama dalam penerbangan pesawat tersebut akan termonitor dalam layar laptop. Beberapa prosedur penerbangan dilakukan sebelum terbang.
Bahkan, prosedur penerbangan dilakukan sama dengan penerbangan pada pesawat yang sebenarnya.
Di antaranya adalah sebelum penerbangan dilakukan pengecekan menyeluruh kondisi pesawat termasuk kesiapan bagian sensor dan kamera.
Tim ini sendiri memang memiliki pengalaman dalam misi menembus langit yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Sehingga penerbangan untuk misi Gunung Agung kali ini sebenarnya relative lebih mudah. “Dulu waktu misi menembus langit ketinggian sampai 20 KM,” ujar salah satu tim dari Aero Dirgantara Purnama.
Sementara misi untuk membawa sensor gas memang baru kali ini dilakukan. Mestinya misi ini menggunakan helikopter namun kali ini menggunakan pesawat tanpa awak.
Sampel gas pada penerbangan pertama sebenarnya sudah berhasil didapat. Hanya saja ada keraguan kalau sampel tersebut akurat karena masih ada gangguan.
Ini karena pesawat baru beberapa kali muter di atas kawah. Selain itu pesawat juga tidak dilengkapi kamera saat itu.