RadarBali.com – Gunung Agung selama seharian kemarin terlihat “malu” menampakkan diri. Puncak gunung lebih sering tertutup mendung.
Sesekali terlihat tampak asap kawah solfatara bertekanan lemah warna putih dengan intensitas tipis membumbung setinggi 100 – 500 meter.
Menariknya, setelah letupan freatik Selasa lalu, kegempaan vulkanik dangkal dan dalam juga terus menurun drastis.
Sejak Kamis malam pukul 00. 00 – 18.00 atau selama 18 jam, hanya terjadi gempa vulkanik dangkal 5 kali, vulkanik dalam 5 kali dan tektonik lokal sebanyak 1 kali.
Namun, yang perlu tetap diwaspadai adalah munculnya gempa tremor secara terus menerus (microtemor).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadi 3 kali gempa tremor dengan amplitudo 2 -4 mm (dominan 2 mm).
Gempa tremor terjadi dini hari hingga menjelang subuh. Tepatnya pukul 00.20 – 01.04, kemudian pukul 01.30 – 03.30, disusul pukul 03.57 – 04.28.
Terkait munculnya gempa tremor secara terus menerus ini, Kasubbid Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, menjelaskan gempa tremor terus menerus muncul akibat pergerakan fluida magmatik.
“Magma masih berusaha menuju ke permukaan,” ungkap Devy kepada Jawa Pos Radar Bali, kemarin (23/11).
Selaras dengan Devy, Lesto Prabhancana, Narasumber Kebencanaan dan Mitigasi Bencana Kementerian Pekerjaan Umum, menyebut gempa tremor mengindikasikan magma terus berjalan mencari celah ke permukaan.
Namun, meski terjadi tremor tidak perlu panik. Sebab, gempa tremor yang muncul ampiltudonya serta intensitas masih kecil, yakni di bawah 4 mm.
“Untuk erupsi magma butuh kekuatan besar. Yang menjadi perhatian ketika amplitudonya di atas 10 – 15 mm,” terang Lesto.