28.2 C
Jakarta
25 November 2024, 22:06 PM WIB

Kehabisan Uang, Batal Ikut Pemakaman, Pilih Menginap di Bandara

Erupsi Gunung Agung yang berbuntut penutupan bandara I Gusti Ngurah Rai menyisakan beberapa cerita sedih.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

SEJAK ditutup Pukul 07.15 pagi Senin (27/11), bandara paling sibuk kedua  di Indonesia ini disesaki ribuan penumpang mulai dari Terminal domestik hingga terminal Internasional.

Petugas bandara dan juga masing-masing maskapai yang membuka gerai aduan untuk melakukan refund pun tampak sibuk melayani penumpang.

Namun sebagian justru ada yang bertahan dan memilih untuk melanjutkan penerbangan hingga hari ini ketika bandara sudah dinyatakan dibuka.

Sebagian penumpang juga tampak tertidur dengan menggunakan alas seadanya seperti kardus dan koran.

Rasa cemas bercampur aduk terpancar dari wajah-wajah penumpang yang tidak bisa terbang akibat penutupan bandara.

Salah seorang penumpang, Dediardus Sarto, 25 dan tiga rekannya asal Flores tidak bisa terbang. Kondisi ini pun membuat dia dan tiga rekannya yang berangkat dari Pontianak Kalimantan Barat pun pasrah dengan kondisi yang dihadapi.

“Saya dan teman saya berangkat dari Pontianak Minggu dini hari. Sampai jam 7 pagi dan tidak bisa melanjutkan penerbangan pulang,” ujar pria yang bekerja sebagai buruh proyek tersebut.

Di tengah kondisi itu, sialnya uang miliknya pun habis. Sisa uang Rp 700 ribu tersebut sudah digunakan membeli tiket pesawat untuk terbang ke Flores.

Sementara sisa uang dari beberapa temannya juga mengalami kondisi sama. “Sisa uang kami bertiga itu tinggal Rp 100 ribu saja. Dan sudah dipakai makan tinggal puluhan ribu,” ucapnya.

Dengan kondisi itu, ia dan tiga temannya tersebut tidak bisa berbuat banyak, sementara kepastian dibukanya penerbangan belum diketahui.

Beruntung ia memiliki teman yang bekerja di Kawasan Denpasar. “Kemungkinan nanti saya numpang makan sama teman saya. Maunya saya refund tiket, nantinya saya pakai beli tiket kapal laut,” tuturnya.

Lain halnya yang dirasakan Sabina Sangu, 42, perempuan asal Bajawa Flores ini sangat terpukul dengan situasi yang terjadi.

Sabina yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Minggu malam ini juga tertahan saat melakukan transit di Bandara Ngurah Rai.

Perasaan sedih bercampur aduk yang dirasakan lantaran tidak bisa menghadiri pemakaman saudara nya sendiri. “Akan dimakamkan hari ini (Senin) sore. Padahal tinggal saya saja yang ditunggu oleh keluarga,” ucapnya sedih.

Mirisnya, ia dengan almarhum kakaknya tersebut cukup lama tidak bertemu lantaran harus memutuskan merantau sebagai pengasuh di Ibu Kota.

“Ada sekitar tiga tahun saya tidak pulang. Ini baru pulang karena saudara meninggal. Tapi mau bagaimana lagi karena situasinya seperti ini,” imbuhnya.

Sejak dinyatakan tutup, aktivitas penerbangan dari beberapa maskapai yang biasanya berlalu lalang mengantar penumpang pun tidak tampak lagi.

Erupsi Gunung Agung yang berbuntut penutupan bandara I Gusti Ngurah Rai menyisakan beberapa cerita sedih.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

SEJAK ditutup Pukul 07.15 pagi Senin (27/11), bandara paling sibuk kedua  di Indonesia ini disesaki ribuan penumpang mulai dari Terminal domestik hingga terminal Internasional.

Petugas bandara dan juga masing-masing maskapai yang membuka gerai aduan untuk melakukan refund pun tampak sibuk melayani penumpang.

Namun sebagian justru ada yang bertahan dan memilih untuk melanjutkan penerbangan hingga hari ini ketika bandara sudah dinyatakan dibuka.

Sebagian penumpang juga tampak tertidur dengan menggunakan alas seadanya seperti kardus dan koran.

Rasa cemas bercampur aduk terpancar dari wajah-wajah penumpang yang tidak bisa terbang akibat penutupan bandara.

Salah seorang penumpang, Dediardus Sarto, 25 dan tiga rekannya asal Flores tidak bisa terbang. Kondisi ini pun membuat dia dan tiga rekannya yang berangkat dari Pontianak Kalimantan Barat pun pasrah dengan kondisi yang dihadapi.

“Saya dan teman saya berangkat dari Pontianak Minggu dini hari. Sampai jam 7 pagi dan tidak bisa melanjutkan penerbangan pulang,” ujar pria yang bekerja sebagai buruh proyek tersebut.

Di tengah kondisi itu, sialnya uang miliknya pun habis. Sisa uang Rp 700 ribu tersebut sudah digunakan membeli tiket pesawat untuk terbang ke Flores.

Sementara sisa uang dari beberapa temannya juga mengalami kondisi sama. “Sisa uang kami bertiga itu tinggal Rp 100 ribu saja. Dan sudah dipakai makan tinggal puluhan ribu,” ucapnya.

Dengan kondisi itu, ia dan tiga temannya tersebut tidak bisa berbuat banyak, sementara kepastian dibukanya penerbangan belum diketahui.

Beruntung ia memiliki teman yang bekerja di Kawasan Denpasar. “Kemungkinan nanti saya numpang makan sama teman saya. Maunya saya refund tiket, nantinya saya pakai beli tiket kapal laut,” tuturnya.

Lain halnya yang dirasakan Sabina Sangu, 42, perempuan asal Bajawa Flores ini sangat terpukul dengan situasi yang terjadi.

Sabina yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Minggu malam ini juga tertahan saat melakukan transit di Bandara Ngurah Rai.

Perasaan sedih bercampur aduk yang dirasakan lantaran tidak bisa menghadiri pemakaman saudara nya sendiri. “Akan dimakamkan hari ini (Senin) sore. Padahal tinggal saya saja yang ditunggu oleh keluarga,” ucapnya sedih.

Mirisnya, ia dengan almarhum kakaknya tersebut cukup lama tidak bertemu lantaran harus memutuskan merantau sebagai pengasuh di Ibu Kota.

“Ada sekitar tiga tahun saya tidak pulang. Ini baru pulang karena saudara meninggal. Tapi mau bagaimana lagi karena situasinya seperti ini,” imbuhnya.

Sejak dinyatakan tutup, aktivitas penerbangan dari beberapa maskapai yang biasanya berlalu lalang mengantar penumpang pun tidak tampak lagi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/