25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:51 AM WIB

Lumayan, Omzet PD Dharma Santhika Tembus Rp 261 Juta Sebulan

RadarBali.com  – Kantor Perusahaan Daerah (PD) Dharma Santhika Tabanan di Jalan Pahlawan, Tabanan mulai tampak hidup kembali dalam beberapa bulan ini.

Bertahun-tahun, kantor Perusda milik Pemkab Tabanan ini tidak ada aktivitas, tewas setelah bangkrut di era kepemimpinan Bupati Nyoman Adi Wiryatama.

“Kami dilantik Maret lalu. Tapi karena masih ada kekeliruan dalam Perda Penanaman Modal, maka kami baru mulai bekerja bulan Juli sekaligus rekrutmen karyawan,” jelas Direktur PDDS Putu Sugi Darmawan.

Sugi menjelaskan, pihaknya praktis baru mulai bekerja bulan Juli. Namun, dalam dua bulan itu masih melakukan pengenalan pasar

dan mencari pihak-pihak yang diajak bekerjasama, terutama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) di Tabanan.

Tepat September, lanjut Sugi, PDDS mulai bekerjasama dalam bentuk pemasaran produk BUMDes dan UMKM.

“Untuk sementara ini, sebagai langkah awal kami fokus bekerjasama dengan BUMDes dan UMKM dalam bentuk pemasaran produk mereka,” kata dia.

Dia mengatakan, sudah 15 BUMDes dan UMKM yang kontinyu menyalurkan barang produksinya melalui PDDS, dari 78 yang sudah dijajaki.

Sugi menjelaskan, pola kerjasamanya, barang-barang produksi BUMDes dan UMKM di Tabanan dibeli secara tunai, lalu dijual PDDS secara langsung maupun melalui retail berbagai kabupaten/kota di Bali.

Terutama di wilayah Tabanan, Badung dan Tabanan. “Saat ini sudah 60 toko, baik minimarket dan toko oleh-oleh yang bekerjasama dengan kami dalam pemasaran produk BUMDes dan UMKM di Tabanan,” katanya.

Menurut Sugi, PDDS membeli produk BUMDes dan UMKM secara tunai agar tidak merugikan BUMDes dan UMKM di Tabanan.

Namun, kepada retail, PDDS menggunakan pola konsinyasi atau menitip. “Jadi yang menanggung potensi kerugian di kami.

Tapi tidak apa-apa. Karena kami prinsipnya tidak ingin merugikan BUMDes dan UMKM di Tabanan. Karena ada misi sosial untuk membina BUMDes dan usaha kecil di tabanan,” akunya.

Meski tergolong baru dan sistem yang dikembangkan PDDS berpotensi rugi, Sugi mengaku perkembangannya cukup baik.

Sebagai langkah awal, di bulan September pihaknya sudah meraup omzet sekitar Rp261 juta. “Angka ini sudah cukup lumayan.

Sampai November ini, kata dia, sudah ada 30 produk yang dipasarkan PDDS. Secara umum, produk itu terbagi dalam empat kelompok.

Yakni beras, kopi, camilan dan produk VCO. Di antaranya ada Leak Kopi dari Munduktemu, beras merah dan hitam dari Mengesta, beras dari Gadungan, hingga camilan berupa keripik belut.

“Sekarang sedang menyasar produk herbal,” jelasnya. Saat ini, pihaknya juga sedang menyasar perluasan pasar. Yakni ke Kabupaten Gianyar.

Juga sedang berupaya agar produk BUMDes dan UMKM di Tabanan bisa masuk minimarket berjaringan. Terutama Indomaret, Alfamart, dan Cocomart.

Dijelaskan, sampai saat ini toko-toko swalayan berjaringan tersebut belum memberi respons untuk bekerjasama meski sudah bertemu.

“Indomaret, Alfamart dan Cocomart ini susah. Sampai sekarang belum ada respons. Kalau Krisna dan Joger sudah masuk,” jelasnya.

Selain pemasaran melalui toko swalayan, kata Sugi, juga dilakukan secara online langsung oleh PDDS.

Di antaranya melalui Tokopedia, dan website resmi PDDS. “Mungkin ke depan di Bukalapak dan lainnya,” terang dia

RadarBali.com  – Kantor Perusahaan Daerah (PD) Dharma Santhika Tabanan di Jalan Pahlawan, Tabanan mulai tampak hidup kembali dalam beberapa bulan ini.

Bertahun-tahun, kantor Perusda milik Pemkab Tabanan ini tidak ada aktivitas, tewas setelah bangkrut di era kepemimpinan Bupati Nyoman Adi Wiryatama.

“Kami dilantik Maret lalu. Tapi karena masih ada kekeliruan dalam Perda Penanaman Modal, maka kami baru mulai bekerja bulan Juli sekaligus rekrutmen karyawan,” jelas Direktur PDDS Putu Sugi Darmawan.

Sugi menjelaskan, pihaknya praktis baru mulai bekerja bulan Juli. Namun, dalam dua bulan itu masih melakukan pengenalan pasar

dan mencari pihak-pihak yang diajak bekerjasama, terutama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) di Tabanan.

Tepat September, lanjut Sugi, PDDS mulai bekerjasama dalam bentuk pemasaran produk BUMDes dan UMKM.

“Untuk sementara ini, sebagai langkah awal kami fokus bekerjasama dengan BUMDes dan UMKM dalam bentuk pemasaran produk mereka,” kata dia.

Dia mengatakan, sudah 15 BUMDes dan UMKM yang kontinyu menyalurkan barang produksinya melalui PDDS, dari 78 yang sudah dijajaki.

Sugi menjelaskan, pola kerjasamanya, barang-barang produksi BUMDes dan UMKM di Tabanan dibeli secara tunai, lalu dijual PDDS secara langsung maupun melalui retail berbagai kabupaten/kota di Bali.

Terutama di wilayah Tabanan, Badung dan Tabanan. “Saat ini sudah 60 toko, baik minimarket dan toko oleh-oleh yang bekerjasama dengan kami dalam pemasaran produk BUMDes dan UMKM di Tabanan,” katanya.

Menurut Sugi, PDDS membeli produk BUMDes dan UMKM secara tunai agar tidak merugikan BUMDes dan UMKM di Tabanan.

Namun, kepada retail, PDDS menggunakan pola konsinyasi atau menitip. “Jadi yang menanggung potensi kerugian di kami.

Tapi tidak apa-apa. Karena kami prinsipnya tidak ingin merugikan BUMDes dan UMKM di Tabanan. Karena ada misi sosial untuk membina BUMDes dan usaha kecil di tabanan,” akunya.

Meski tergolong baru dan sistem yang dikembangkan PDDS berpotensi rugi, Sugi mengaku perkembangannya cukup baik.

Sebagai langkah awal, di bulan September pihaknya sudah meraup omzet sekitar Rp261 juta. “Angka ini sudah cukup lumayan.

Sampai November ini, kata dia, sudah ada 30 produk yang dipasarkan PDDS. Secara umum, produk itu terbagi dalam empat kelompok.

Yakni beras, kopi, camilan dan produk VCO. Di antaranya ada Leak Kopi dari Munduktemu, beras merah dan hitam dari Mengesta, beras dari Gadungan, hingga camilan berupa keripik belut.

“Sekarang sedang menyasar produk herbal,” jelasnya. Saat ini, pihaknya juga sedang menyasar perluasan pasar. Yakni ke Kabupaten Gianyar.

Juga sedang berupaya agar produk BUMDes dan UMKM di Tabanan bisa masuk minimarket berjaringan. Terutama Indomaret, Alfamart, dan Cocomart.

Dijelaskan, sampai saat ini toko-toko swalayan berjaringan tersebut belum memberi respons untuk bekerjasama meski sudah bertemu.

“Indomaret, Alfamart dan Cocomart ini susah. Sampai sekarang belum ada respons. Kalau Krisna dan Joger sudah masuk,” jelasnya.

Selain pemasaran melalui toko swalayan, kata Sugi, juga dilakukan secara online langsung oleh PDDS.

Di antaranya melalui Tokopedia, dan website resmi PDDS. “Mungkin ke depan di Bukalapak dan lainnya,” terang dia

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/