RadarBali.com – Ada yang menarik dari erupsi Gunung Agung. Kendati dinyatakan status Awas (level IV), justru membuat turis asing tertarik datang ke Karangasem.
Mereka memanfaatkan waktu penutupan bandara selama dua hari. Turis yang biasanya hanya berlibur di daerah Nusa Dua, Kuta, Sanur, Tanah Lot dan Ubud banyak mendekat ke Karangasem karena penasaran.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, puluhan turis asing dari Asia maupun Eropa berduyun-duyun mendatangi jembatan di Desa Muntig, Jalan Raya Amlapura – Singaraja.
Jarak jembatan dengan gunung sekitar 10 kilometer. Mereka memanfaatkan Gunung Agung untuk objek swafoto dan foto bersama.
Tidak ada raut takut di wajah mereka. Mereka tampak sangat menikmati meski berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) alias zona merah.
“Saya pertama ke Bali. Mendengar ada gunung erupsi, saya penasaran dan datang ke sini. Di tempat saya tidak ada gunung berapi,” ujar Kwala Wei, turis asing dari Sanghai, Tiongkok.
Wei datang bersama istri dan temannya bernama Liu Jian. Liu merasa sangat senang bisa melihat Gunung Agung meski kemarin tak bisa melihat puncaknya karena tertutup awan.
“Saya sangat senang, di sini pemandangannya bagus. Gunungnya juga bagus,” ujar perempuan berkuli putih itu.
Bahkan, mereka berniat kembali ke Karangasem dan mendekat puncak untuk lebih dekat melihat Gunung Agung.
Kadek Astika, 38, guide yang membawa rombongan Wei dan Liu, mengatakan tamu dari Tiongkok secara umum setengah nekat.
“Mereka tidak takut. Malah minta dibawa ke jarak yang dekat. Seharian saya bawa pindah-pindah tapi gunungya tertutup awan,” jelas Astika.
Astika yang asli Karangasem itupun menyanggupi permintaan tamunya untuk membawa lebih dekat ke Gunung Agung.
Dia berencana membawa tamunya ke kampungnya yang juga berada di zona merah. Astika merasa mendapat hikmah dari penundaan penerbangan Bandara Ngurah Rai.
“Ya, lumayan lah dapat lebih sedikit karena mereka menunda pulang hingga tiga hari. Dapatlah susuk,” selorohnya.