RadarBali.com – Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar menggelar rapat bersama jajaran pariwisata di Gianyar.
Di antaranya bersama asosiasi Ubud Home Stay, Ubud Hotel dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar.
Mereka khawatir jika situasi erupsi dan penutupan bandara berlangsung sebulan, dampaknya kolaps dan terjadi pemangkasan jam kerja pekerja pariwisata.
Kepala Dinas Pariwisata Gianyar AA Ari Brahmanta menyatakan, situasi erupsi ini membuat kunjungan wisata ke Gianyar turun drastis.
“Terjadi penurunan hingga 45 persen ke tempat wisata, termasuk okupansi hotel sekarang hanya terisi 15 persen saja (sekitar 1200 tamu menginap, red),” ujar Ari Brahmanta kemarin.
Berdasar data Dinas Pariwisata, kunjungan ke destinasi yang dikelola pemerintah turun 45 persen disbanding tahun 2016 lalu.
Pada November 2016 kunjungan mencapai 75 ribu turis, pada Desember 2016 lalu mencapai 85 ribu turis. “Bulan ini, November 2017 jumlahnya turun mencapai 33 ribu, jauh turunnya,” ujar Brahmanta.
Diakui Brahmanta, situasi ini bisa merugikan dunia pariwisata. Untuk pelaku wisata, apabila bandara terus ditutup, dikhawatirkan bisa merugi.
“Sebulan begini bisa kolaps. Kolaps itu bisa tutup atau pertahankan usahanya,” ujar Brahmanta. Apabila hunian kamar home stay maupun hotel mencapai 10 persen saja, maka pengusaha harus putar otak.
“10 persen itu sulit untuk menutupi ongkos tenaga kerja dan perlengkapan lainnya. Kalau begini bisa 75 persen tenaga yang tak terpakai,” ujarnya.
Biasanya, situasi semacam ini memaksa pekerja wisata untuk cuti. “Kalau situasi kolaps, karyawan hanya bekerja 4 hari seminggu. Mereka juga hanya digaji, tidak dapat tunjangan servis,” jelasnya.
Apabila pengusaha tidak kuat menahan beban, maka dampak paling buruk adalah tutup sementara. “Mudah-mudahan ini nggak akan terjadi. Dan situasi bisa normal kembali,” jelasnya.
Brahmanta, menilai penurunan jumlah kunjungan ini juga memberikan multiplayer efek. Itu karena di bidang pariwisata ada banyak sektor yang terlibat.
Mulai perdagangan, transportasi hingga pertanian dan peternakan. “Contoh, rumah makan Bebek Tepi Sawah butuh bebek.
Ketika tamu sepi, jadi berapa bebek milik peternak yang batal didrop ke rumah makan. Itu baru satu contoh,” terang pejabat asal Ubud itu.
Solusi yang dilakukan saat ini, pemerintah bersama pelaku wisata membentuk Help Desk berupa hospitality yang berlokasi di Kantor Lurah Ubud dan Posko Monkey Forest.
“Tugasnya memberikan validasi informasi. Jadi turis tidak bingung dengan situasi yang ada,” ujarnya. Langkah lainnya membantun tim sosialisasi mengenai edaran pemerintah.
Dari pihak hotel sendiri, memberikan potongan harga mencapai 30 persen. Bahkan, turis yang akan check out diberikan tambahan menginap gratis selama satu hari.
“Menginap gratis satu hari ini sudah kesepakatan seluruh Bali mengantisipasi ada turis yang tidak bisa terbang hari itu,” imbuh Ida Bagus Wiriyawan.
Di bagian lain, Sedahan/Bendahara Pura Desa Lan Puseh Batuan, Wayan Kamar, mengakui ada penurunan jumlah kunjungan ke pura berarsitektur Bali yang khas tersebut.
“Untuk kunjungan ke Pura Desa Batuan turun drastis sejak tiga hari lalu sebesar 65 persen,” ujar Kamar, kemarin. Dia menjelaskan, turis yang datang di hari normal rata-rata 700-1000 orang per hari.