Dunia astral tak hanya membuat bulu kuduk berdiri. Tapi juga banyak yang dijadikan objek berkesenian. Baik dalam seni tari dan lainnya.
DARI sekian banyak tari Sanghyang di Bali. Salah satunya yang unik adalah Tari Sanghyang Memedi yang biasanya dibawakan saat upacara keagamaan. Tari sakral ini masih lestari di wilayah Bali Utara. Tari ini biasanya di tarikan oleh satu atau tiga laki-laki yang dalam kondisi trance dengan menggunakan pakaian dari keraras atau dauh pisang kering.
Gerakan penari pun tak beraturan dengan mengikuti nyanyian “undangan” supaya memedi hadir dalam sebuah upacara. Nuansa mistis pun begitu terasa saat tari ini dipentaskan. Sebab, penari yang trance berlari ke sana ke mari dalam kondisi tidak sadar.
Lain halnya dengan I Gusti Bawa Samar Gantang. Penyair yang dikenal sebagai “Penyair Leak” itu membawakan beragam puisi modre yang diciptakan atas dasar 10 huruf suci (dasaksara) yang dipakai untuk memuja kebesaran Tuhan.
Hampir semua karyanya mengangkat tema soal leak. Dari leak wadon, leak kedi, leak rare, dan banyak leak lainnya yang dihasilkan maestro satu ini. Bahkan dalam beberapa kali pentas, aku pria asal Tabanan itu, ada saja mahluk astral maupun leak yang mengganggunya.
Demikian, Samar Gantang tak melihat itu semua. Hanya pengiring maupun penabuh yang mengaku melihat sosok monyet putih dan perwujudan lainnya. Pun saat menjalani Eka Jati sebagai pemangku. Keluarga maupun pemangku yang lain melihat kehadiran makhluk gaib di sekitar sungai ketika Samar Gantang di tandu. Namun begitu, Samar Gantang mengaku tidak melihat sosok gaib tersebut, hanya daun-daun yang terlihat layu saat perjalanan ke sungai.
“Sejatinya banyak jenis makhluk halus. Sama halnya dengan manusia. Namun mereka tidak bisa di lihat terkecuali dan mata batin atau orang yang memiliki indra ke enam,” terangnya.
Lantaran mahluk halus (gaib) hidup dan berada disekitar kita. Perlu kiranya mengetahui cara menangkal. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan Samar Gantang, umat Hindu di Bali biasanya setiap sembahyang dengan mebanten saiban.
Menghaturkan banten saiban sehari-hari merupakan persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu. Tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. “Nah ini salah satu cara menghormati mereka. Agar tidak mengganggu kita ketika hidup,” ucapnya.