BANGLI- Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangli dan Yayasan Proyek Anak Bali atau yang lebih dikenal dengan Yayasan Bali Children’s Project gelar pelatihan guru pelindung anak Sekolah Dasar Se- Bangli, Senin (20/12) hingga Selasa (21/12) di Gedung SKB Kayuamba, Bangli.
Diikuti guru SD se-Bangli, kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Kabupaten Bangli, I Wayan Gede Wirajaya. Ungkapnya, pemerintah Indonesia mencanangkan program sekolah ramah anak di seluruh pelosok Indonesia. Program sekolah ramah anak ini merupakan upaya menjaga anak-anak Indonesia agar merasa aman dan nyaman dalam mengenyam pendidikan.
Imbuhnya, dikutip dari Panduan Sekolah Ramah Anak (2015), sekolah ramah anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai, hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di dunia pendidikan.
“Sekolah ramah anak merupakan salah satu indikator dalam pengembangan kabupaten atau kota layak anak. Untuk mendukung program tersebut, guru-guru Sekolah Dasar perlu diberikan pembekalan dan pelatihan yang memperkaya wawasan dan menambah kesiapan dalam mendukung pelaksanaan program sekolah ramah anak. Apalagi kasus kekerasan pada anak meningkat terus dari tahun ke tahun,” ucap Wirajaya.
Pelatihan tersebut mengundang Lilik Ismurtono Santoso dari KPPAD Bali, Ida Ayu Ita Aryawati, selaku pengurus FK. Puspa Kota Denpasar dan Trainner AMAN Awarenes dan psikolog Ida Bagus Gede Agung Yoga Pramana. Para narasumber memberikan pemahaman kepada guru-guru tentang kekerasan yang umum terjadi pada anak, kekerasan seksual pada anak, bagian tubuh pribadi dan sentuhan aman serta sentuhan tak aman.
Peserta juga dijejali pemahaman tentang peran safety network dalam perlindungan anak dari kekerasan. Termasuk peran guru dalam perlindungan anak dari kekerasan seksual.
Kegiatan ini ditutup Team Child Protection Yayasan Bali Children’s Project dengan memberikan pelatihan selama 3 jam tentang bagaimana cara mengedukasi anak-anak tentang perlindungan diri dari kekerasan khususnya kekerasan seksual.
“Diharapkan nantinya para guru mampu menyelenggarakan workshop-workshop kecil dan mandiri di masing-masing sekolah,” tegas Wirajaya.