33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:00 PM WIB

Erupsi Berkepanjangan, Usaha Jasa Sewa Alat Snorkeling Sepi Order

AMLAPURA – Peningkatan aktivitas Gunung Agung yang terus menggeliat membuat sejumlah pelaku usaha di sektor pariwisata seluruh Bali menerima dampaknya.

Paling terasa tentu saja pelaku usaha pariwisata di Karangasem. Seperti yang terjadi di kawasan wisata Amed.

Meski tidak terkena dampak secara langsung, namun kunjungan wisatawan domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Ni Made Tini, 38, salah seorang pengusaha jasa penyewaan alat snorkeling dan diving ini mengaku pendapatannya terjun bebas.

Apalagi, pada saat Gunung Agung erupsi. “Normalnya dalam satu hari ada sekitar 40 sampai 50 orang wisatawan yang menyewa alat snorkeling,” ujar Tini, di Pantai Jemeluk, Amed, kemarin (3/12).

Namun saat ini, dalam sehari paling hanya satu atau dua orang wisatawan yang menyewa peralatannya. Itupun wisatawan domestik.

“Dalam waktu seminggu, bisa tiga hari nganggur karena tidak ada yang menyewa peralatan saya. Karena itu, dari 60 alat snorkeling yang saya punya, hanya 16 alat saja yang saya bawa,” bebernya.

Untuk satu orang dengan peralatan lengkap mulai dari masker, rompi, dan kaki katak, harga yang dipatok bervariasi.

Dari tiga jenis peralatan, yang kerap kali dipakai adalah masker. Dengan harga 40 ribu, pengunjung bisa menggunakan sepuasnya.

“Paling banyak tamu dari Perancis dan Belanda. Sekarang tidak ada sama sekali, bahkan tamu lokal juga jarang ada,” kata Tini.

Selain menyewakan alat snorkeling, dia juga menjadi salah satu pegawai home stay di Amed. Saat erupsi, beberapa tamu membatalkan menginap. Atau mempercepat waktu pulang.

“Paling ada tiga tamu yang bertahan yang memang tidak takut. Selebihnya pulang semua. Hampir semua hotel dan penginapan mengalami (sepi tamu),” pungkasnya. 

AMLAPURA – Peningkatan aktivitas Gunung Agung yang terus menggeliat membuat sejumlah pelaku usaha di sektor pariwisata seluruh Bali menerima dampaknya.

Paling terasa tentu saja pelaku usaha pariwisata di Karangasem. Seperti yang terjadi di kawasan wisata Amed.

Meski tidak terkena dampak secara langsung, namun kunjungan wisatawan domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Ni Made Tini, 38, salah seorang pengusaha jasa penyewaan alat snorkeling dan diving ini mengaku pendapatannya terjun bebas.

Apalagi, pada saat Gunung Agung erupsi. “Normalnya dalam satu hari ada sekitar 40 sampai 50 orang wisatawan yang menyewa alat snorkeling,” ujar Tini, di Pantai Jemeluk, Amed, kemarin (3/12).

Namun saat ini, dalam sehari paling hanya satu atau dua orang wisatawan yang menyewa peralatannya. Itupun wisatawan domestik.

“Dalam waktu seminggu, bisa tiga hari nganggur karena tidak ada yang menyewa peralatan saya. Karena itu, dari 60 alat snorkeling yang saya punya, hanya 16 alat saja yang saya bawa,” bebernya.

Untuk satu orang dengan peralatan lengkap mulai dari masker, rompi, dan kaki katak, harga yang dipatok bervariasi.

Dari tiga jenis peralatan, yang kerap kali dipakai adalah masker. Dengan harga 40 ribu, pengunjung bisa menggunakan sepuasnya.

“Paling banyak tamu dari Perancis dan Belanda. Sekarang tidak ada sama sekali, bahkan tamu lokal juga jarang ada,” kata Tini.

Selain menyewakan alat snorkeling, dia juga menjadi salah satu pegawai home stay di Amed. Saat erupsi, beberapa tamu membatalkan menginap. Atau mempercepat waktu pulang.

“Paling ada tiga tamu yang bertahan yang memang tidak takut. Selebihnya pulang semua. Hampir semua hotel dan penginapan mengalami (sepi tamu),” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/